Aktivasi Otak Tengah.. Beneran Nggak, Tuh?

Hai, berhubung lo sekarang udah beres UAS dan hampir mau liburan, zenius blog kali ini akan bahas hal yang santai-santai tapi menarik dan yang pasti menggelitik pemikiran kritis lo.

Beberapa tahun yang lalu pernah ada fenomena yang cukup menggemparkan di Indonesia, namanya Program Aktivasi Otak Tengah (Selanjutnya disebut AOT). Program AOT ini marak tampil di berbagai acara televisi, mengundang beberapa tokoh pendidikan Indonesia, hingga ikut memecahkan rekor MURI.

Mungkin bagi sebagian orang udah pada tau, mungkin ada teman ato saudara kamu yang pernah ikut? Atau mungkin belum pernah dengar sama sekali? Nah, buat yang belum tau nih..

Coba lo bayangin deh, kalo lo punya kemampuan melihat dengan mata tertutup dan jadi jenius dalam sekejap! Pasti mau dong?! Apalagi kemampuan ini didapat dengan sangat mudah hanya dalam waktu beberapa hari.

Daya ingat lo meningkat, semakin kreatif, hormon lo jadi lebih seimbang, emosi jadi lebih stabil. Sebagai bonusnya, lo bisa meramal masa depan, melihat, membaca, bahkan naik sepeda dengan mata tertutup.

Oke, berikut gw kasih gambaran singkat tentang program Aktivasi Otak Tengah (AOT).

KLAIM PROGRAM AOT :

" Otak tengah (mesenchepalon) adalah bagian otak yang dominan pada saat pembentukan janin. Otak tengah merupakan super controller yang dapat mengatur keseimbangan otak kanan dan otak kiri.

Sayangnya, otak tengah kebanyakan orang dalam keadaan tertidur (tidak aktif). Pengaktifan otak tengah dapat dilakukan untuk anak-anak berusia 5-15 tahun. Ada banyak cara pengaktifan otak tengah. Cara paling mutakhir adalah dengan menggunakan metode ilmiah, dengan bantuan teknologi komputer. Dalam keadaan aktif, otak tengah mampu meningkatkan konsentrasi, kemampuan sosial, kemampuan fisik, meningkatkan kreativitas, dan keseimbangan otak kanan dan kiri. Selain itu, otak tengah juga bertindak sebagai pemancar gelombang sekaligus penerimanya. Hal ini memberikan kemampuan anak untuk dapat melihat dengan mata tertutup."

 

Keren nggak tuh? Gw juga mau kalo kayak begitu!

Tapi… Kalo otak tengah sebombastis itu, kenapa kita ga pernah dengar sebelumnya? Kenapa informasi sepenting ini ga ada di buku biologi sekolah yang gw pake pas ngajar di kelas?

Kalo klaim ini emang benar, kebayang nggak implikasinya? Kemampuan ini bisa mengatasi kebutaan, menghapus perjudian di muka bumi, berguna bagi militer, berguna dalam evakuasi gempa, nggak ada lagi ujian tertulis karena mudahnya mencontek. Ini bisa mengubah dunia!

Pelatihan yang berdurasi nggak nyampe seminggu dan biaya yang paling mahal 5 juta nggak seberapa dibandingkan manfaatnya. Lembaga riset sampe dinas keamanan dari negara mana pun pasti tertarik. Tapi, kenapa cuma booming di Indonesia doang?

So, atas saran dari Glenn dan diskusi dengan seorang teman bernama Virkill yang pernah secara langsung meneliti tentang program aktivasi otak tengah. Gua coba telusuri fenomena ini dan membuat rangkuman singkatnya di blog ini...

 

Fakta ilmiah otak tengah

Walaupun deskripsi program ini banyak dibubuhi istilah yang terdengar ilmiah, tapi gua mengambil posisi skeptis dan mencoba untuk menelusuri beberapa sumber ilmiah yang terpercaya

Berikut deskripsi otak tengah yang gw ambil dari ensikolepdi Britannica Raya, jurnal Oxford, fakultas kedokteran universitas Columbia University.

Otak tengah atau mesencephalon atau midbrain adalah area otak yang menghubungkan otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain).

Otak tengah berfungsi mengontrol respon penglihatan, pendengaran, gerakan bola mata dan dilasi pupil, gerakan motorik, kewaspadaan (alertness), serta mengatur suhu tubuh.

Kelainan fungsi pada otak tengah dapat menyebabkan pergerakan bola mata yang abnormal, penyakit Parkinson, hingga stroke.

Dari definisi singkat di atas, ada 4 poin yang ingin gw highlight:

1. Otak tengah udah aktif sejak lahir

Menggunakan alat-alat kedokteran canggih, seperti PET scan atau MRI, kita bisa lihat bahwa dalam situasi apa pun, nggak ada area di otak yang nggak aktif, kecuali otak lo mengalami gangguan atau lo udah meninggal. Setitik aja ada yang salah dengan neuron (sel saraf) di otak lo, pasti menimbulkan efek serius. Kalo otak tengah kita nggak berfungsi, ya kemungkinan kita bakal buta, tuli, lumpuh, Parkinson, sampe stroke. Kenyataan lo sehat wal afiat dan bisa baca tulisan ini sekarang adalah bukti kalo otak tengah lo berfungsi dengan baik.

2. Otak tengah tidak menghubungkan otak kiri dan kanan

Penghubung otak kiri dengan otak kanan itu corpus collosum dan udah kehubung sejak kita lahir. Pras (tutor Biologi zenius) pernah ngebahas tuntas tentang otak kiri-kanan juga di blog ini. Dari definisi ilmiah sebelumnya di atas, otak tengah itu menghubungkan otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain).

3. Otak tengah nggak memancarkan gelombang seperti antena pemancar

Kalo emang ada gelombang, jenis apa? Sifat gelombangnya bagaimana? Panjang gelombangnya? Harus bisa terukur dan dibuktikan, dong. Nggak ada satu pun sumber referensi dan jurnal ilmiah terpercaya yang mengkonfirmasi kalo otak tengah bisa memancarkan dan menerima gelombang.

4. Otak tengah bukan komponen tunggal dan nggak ada hubungannya dengan kemampuan sosial

Setiap bagian di otak memiliki fungsinya masing-masing, dan bekerja sama satu sama lain menciptakan keharmonisan kerja tubuh manusia. Fungsi spesifik otak tengah yang sebelumnya disebutkan di atas juga nggak ada hubungannya dengan kemampuan sosial.

Gw ambil analogi dengkul (lutut) deh. Tanpa dengkul, kita nggak bisa jalan, nendang, lari, dan lain-lain. Kalo kemampuan lutut hilang, ya lama-lama kita bisa sih kehilangan rasa PD, kuper, dll. Dengkul emang penting, tapi apa dia komponen yang bekerja sendiri tanpa paha, tulang kering, betis, dll? Dan, lutut juga udah berfungsi sejak lahir. Nggak ada namanya aktivasi lutut.

 

Menyelidiki kemampuan membaca dengan mata tertutup

Program AOT mengklaim bisa memberi bonus kemampuan membaca dengan mata tertutup. Cara kerjanya menggunakan gelombang tadi. Otak tengah memancarkan gelombang, pantulannya diterima balik oleh otak tengah. Hemhh... mirip kemampuan lumba-lumba, kelelawar, atau cara berjalan bagi penyandang tuna netra.

Tapii.. Membaca dengan mata tertutup beda lho dengan berjalan dengan mata tertutup. Ketika berjalan dengan mata tertutup, kita bisa mengetahui jarak dan lokasi benda di sekitar dengan menggunakan tongkat atau meraba-raba. Lah, kalo tulisan di kertas? They’re all the same, bro-sist.. seriously! Dan sebelumnya udah kita bahas, otak tengah nggak punya kemampuan seperti antena pemancar.

Nah, sebelum kita bahas satu per satu, coba deh lo lihat video di youtube berikut biar agak kebayang gimana sih kegiatan mereka itu.




Oke, setelah kamu tonton video youtube di atas, yuk kita bahas...

Pertama-tama, sebenernya gimana sih proses seseorang bisa membaca? Cahaya mendarat di kertas. Pantulan cahaya tersebut diterima oleh organ optik kita, yaitu mata. Impuls cahaya itu jatuh sampai di retina mata dan diteruskan ke otak yang mengartikan simbol-simbol huruf untuk kemudian dibaca. Nggak ada organ lain di tubuh manusia yang mampu mengenali cahaya selain mata. Ketika mata ditutup, gimana kita bisa menerima impuls cahaya tersebut?

Organ peraba bisa dipake untuk mengetahui informasi tekstur dan suhu benda. Hidung menerima sensor bau, telinga buat suara, lidah buat rasa. Apakah warna memiliki bau? Suhu memiliki warna? Mencium suatu benda untuk menentukan warna, sama dengan memotret pake microphone.

Kalo lo liat video di atas, lo bisa liat anak-anak kecil tersebut mencium benda-benda untuk menentukan warna. Mata mereka ditutup dengan kain, tapi keliatan banget ada celah di bawah hidung buat ngintip. Liat aja kepala mereka dongak-dongak ke atas gitu. Nggak terlalu ngaco untuk mengatakan kalo aksi mencium dan menjilat adalah usaha mendekatkan objek ke dekat mata.

Banyak lembaga besar dunia yang menawarkan kemampuan membaca (ya nggak cuma lembaga AOT aja) dengan mata tertutup justru dibongkar sebagai kepalsuan. Hingga saat ini ada puluhan lembaga lain yang masih menawarkan hadiah uang dalam jumlah banyak untuk sekedar “pembuktian” akan kemampuan ini.

Contohnya adalah Bronikov Method. Ini ada video kepalsuan Bronikov method yang dibongkar oleh sebuah stasiun TV.

Mau tau cara buktiinnya? Lo bisa coba sendiri. Tapi tentunya lo harus menguji ke anak yang ngaku “telah teraktivasi” otak tengahnya. Kalo lo nemu yang ngaku bisa gitu, coba lu tangkep terus karungin, hehehe. Berikut adalah cara pembuktian yang biasa dilakukan.

  1. Bukan matanya yang ditutup, tapi tulisannya yang ditutup kain. Kalo emang ada gelombang dari otak tengah yang bisa menembus tengkorak dan kain, seharusnya bisa dong.
  2. Celah bawah kain yang menutupi mata ditutup dengan selotip hitam untuk memastikan ga ada celah buat ngitip.
  3. Penggunaan kaca mata renang, di mana bagian tembus pandang disemprot pake spray hitam.
  4. Kondisi mata tertutup dengan kain seperti biasa, tapi posisi kertas sejajar dengan mata, ga boleh dongak.
  5. Posisi kertas di atas atau di belakang kepala
  6. Mata dibiarkan terbuka, anak diminta lirik ke atas. Posisi kertas di dada anaknya. Mau mencium silakan, tapi ga boleh nutup mata atau lirik ke bawah.

Sampai dengan saat ini, BELUM ada satu pun anak AOT ataupun metode membaca dengan mata tertutup di dunia yang berhasil lolos tes di atas!

 

Kenapa anak kecil?

Kenapa AOT hanya menargetkan anak kecil dan bukan orang dewasa? Apa anak-anak itu diajarin buat berbohong? :(

Lembaga AOT akan dengan gampang menjawab anak kecil berada dalam usia perkembangan dan mudah menangkap sesuatu.

Sebenarnya, ada yang lebih tentang anak kecil..

Anak kecil punya daya imajinasi yang sangat kuat. Masih ingat nggak, pas kecil, kita berfantasi jadi tuan putri, kursi ruang tamu dianggap sebagai bongkahan gunung dan lantai adalah magma gunung berapi, bantal dianggap buaya. Kita nganggap diri kita superhero yang datang untuk menyelamatkan dunia, atau sekedar pamer kekuatan. Kita suka cerita tentang kekuatan super dan memiliki imajinasi luar biasa. Kemudian naifnya menganggap kekuatan tersebut “mungkin” dimiliki manusia. Batasan imajinasi dan realita jadi tipis dan kita belum ada kekritisan ke situ.

Di sisi lain, anak kecil yang dididik dengan baik tentu ga suka berbohong. Namun satu yang pasti, anak-anak sangat sensitif dengan pendapat orang lain mengenai dirinya. Anak kecil ga suka direndahkan, terutama oleh teman dan orang tuanya sendiri. Kalo ada yang ngejek, sampai ga mau sekolah dan perlu diming-imingi mainan sama ortu. Banyak anak yang ingin berprestasi untuk ngebuat orang tuanya bangga dan membanggakan dirinya. Inget aja pas kita masih kecil. “Ih, kemarin papa ku beliin aku boneka baru dong”, “Mama ku beliin aku boneka 3”, “Aku dibeliin satu kotak”. “Papaku manajer”, “Mamaku direktur”, “Ayahku presiden!”

Dengan mudahnya anak kecil bisa berbohong.

Bayangkan kalo ada yang mengatakan, “Jika kamu cerdas, kamu bisa membaca ini dengan mata ditutup.” Ketika semua orang berharap padanya, anak kecil jadi merasa terancam dianggap nggak cerdas kalo nggak mampu melakukannya. Sementara itu, dengan penutup mata, akan mudah mengintip. Sebagian anak pun “terpaksa” berbohong untuk menyelamatkan harga diri.

Kalo jujur, dia akan direndahkan, dianggap nggak cerdas, dan kesannya bikin malu orangtua yang udah ngeluarin duit jutaan rupiah. Kalo dia bohong, dia dianggap jenius dan mendapat pengakuan. Dengan batasan imajinasi dan realita yang tipis, dia akan cenderung terus mempertahankan kebohongannya bahkan menciptakan kebohongan-kebohongan lain. Miris, yah? *sigh*

 

Kenapa sampai sekarang masih banyak yang percaya dengan Aktivasi Otak Tengah (AOT)?

Pernah tau efek placebo? Ketika kita percaya atau diminta percaya bahwa suatu hal akan memberikan manfaat tertentu, ketika ada indikasi manfaat itu beneran kejadian, kita akan mencocok-cocokkannya berkat perlakuan tersebut. Bias konfirmasi. Sama lah kayak kasus astrologi.

Pernah ada penelitian placebo effect ini oleh H.K. Beecher. Dia mengevaluasi 15 kasus kesehatan dengan jenis penyakit yang berbeda dan menemukan bahwa 35% dari 1082 pasien mengaku merasa sembuh secara memuaskan tanpa mengetahui bahwa treatment medis yang diberikan pada mereka hanyalah obat-obatan palsu yang sebenarnya adalah hanya vitamin atau bahkan permen. Itulah placebo, atau dikenal masyarakat dengan istilah sugesti.

Dalam kaitannya dengan Program AOT, banyak orang tua yang terlanjur percaya dengan promosi, testimoni, serta menyaksikan sendiri aksi “membaca dengan mata tertutup”. Orang tua akan merasa apa pun jadi mungkin setelah hal yang mustahil terjadi. Dengan keyakinan ini, apa pun pertanda positif yang muncul dari sang anak akan dimaknai sebagai hasil dari AOT. Ini nambah kepercayaan buta ke AOT. Sementara itu, sang anak yang percaya efek-efek dari aktivasi, akan tersugesti untuk memberikan efek sesuai yang diharapkan, seperti patuh pada orang tua, lebih tenang, dsb.

Itulah yang menyebabkan kenapa program-program AOT ini bisa sampai booming, bahkan masih marak di beberapa tempat di Indonesia hingga saat ini.

***

Ortu emang selalu ingin yang terbaik buat anaknya, dan sebagai anak juga pasti ingin membanggakan ortu. Namun, miris rasanya jika kebanggaan itu didasarkan pada kebohongan dan kepalsuan. Dari sini gua harap kita semua belajar sesuatu, yaitu untuk menyingkai SEGALA FENOMENA yang ada di sekitar kita secara kritis. Gali lagi kebenaran akan setiap hal. Salam Kritis dari Zenius !

Sumber : https://www.zenius.net/blog/2717/aktivasi-otak-tengah

Apa Sih Konsep IQ - EQ - SQ Itu Sebenarnya ?

Udah jadi dambaan tiap ortu kalo anaknya itu bakal jadi anak yang pinter, cerdas dan berbudi pekerti luhur (sedaapp). Pasti lo sering ngalamin deh, didoain, diharepin, dipaksa, bahkan diomelin sama ortu cuma biar lo jadi pinter. Oleh karena itu, pasti lo nggak asing dong sama singkatan IQ, yg merupakan singkatan dari Intelligence Quotient atau nilai kecerdasan seseorang. Belom juga ngerti tentang apa itu IQ, eeh udah ada lagi yang namanya EQ (Emotional Quotient), dan tiba-tiba muncul lagi istilah SQ (Spiritual Quotient). Sebenernya apaan sih itu? Emang bener yah kecerdasan emosional dan spiritual orang bisa dikuantifikasi?

Belom juga udah ngerti masing-masing istilah IQ, EQ, SQ itu apa, eeh tiba-tiba kita udah disuruh buat tes IQ lah, test EQ, belajar dan ikut program ini-itu, demi meningkatkan nilai IQ, EQ, dan SQ kita. Naah, sebelom kita capek-capek belajar dan muter otak sampe jungkir balik segala macem demi ningkatin apa yang sebenernya kita belum paham. Naah, blog zenius kali ini bakal seru banget karena gue bakal kasih tau elo selengkapnya apa itu konsep IQ, EQ, dan SQ yang sebenernya. Oke, kita langsung aja deh nih ngomongin yang pertama.

IQ - Intelligence Quotient

IQ atau nilai kecerdasan seseorang. Nah yang ini nih sebenernya konsep yang udah ada sejak akhir abad 19, kira-kira di tahun 1890-an, yang pertama kali dipikirin oleh Francis Galton (sepupunya Charles Darwin, Bapak Evolusi). Berlandaskan dari teori sepupunya mengenai konsep survival dari individu dalam suatu spesies, yang disebabkan oleh “keunggulan” sifat-sifat tertentu dari individu yang diturunkan dari orangtua masing-masing, Galton menyusun sebuah tes yang rencananya mengukur intelegensi dari aspek kegesitan dan refleks otot-otot dari manusia. Baru pas awal abad 20, Alfred Binet (dibaca: Biney), psikolog dari Perancis, ngembangin alat ukur intelegensi manusia yang mulai kepake sama orang-orang. Dari alat ukur ciptaan Binet ini, akhirnya berkembang deh alat-alat ukur IQ sampe yang kita kenal dan pake sekarang.

Gara-gara orang mulai sadar sama pentingnya intelegensi dan pengetesannya, mulai deh tuh, para ahli psikologi neliti dan bikin hipotesis tentang kecerdasan. Banyak banget deh yang akhirnya muncul dengan pendapat yang berbeda-beda, masing-masing dengan bukti yang dianggap kuat oleh masing-masing pihak. Ada yang menganggap bahwa kecerdasan adalah konsep tunggal yang dinamakan faktor G (General Intelligence). Ada juga yang menganggap kecerdasan itu pada intinya terbagi jadi dua macam set kemampuan, yaitu fluid (Gf) dan crystallized (Gc). Berbagai macam pengetesan kecerdasan dibikin ngacu ke pandangan-pandangan ini sepanjang abad ke 20. Tapi yang lagi ngetren sekarang tuh yang namanya multiple intelligence, atau kecerdasan berganda yang dicetuskan oleh Howard Gardner di tahun 1983. Gardner nyebutin bahwa kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum, namun merupakan set-set kemampuan yang spesifik dan berjumlah lebih dari satu, yang semuanya merupakan fungsi dari bagian-bagian dari otak yang terpisah, serta merupakan hasil dari evolusi manusia selama jutaan tahun.

Gardner awalnya membagi kecerdasan manusia menjadi delapan kategori yaitu:

  1. (a) Music-rhythmic & Harmonic,
  2. (b)Visual-spatial,
  3. (c) Verbal-linguistic,
  4. (d) Logical mathematical,
  5. (e) Bodily-kinesthetic,
  6. (f) Intrapersonal,
  7. (g) Interpersonal,
  8. (h) Naturalistic.

Masing-masing lengkapnya kayak apa mending elo google aja deh, kepanjangannya Men. Intinya, lo bisa tangkep lah dengan gampang kalo liat istilahnya aja. Nah, seiring berjalannya waktu, akhirnya Gardner nambahin lagi aspek kecerdasan kesembilan, yaitu (i) Existential - yang mencakup sisi spiritual dan transendental. Walaupun populer, teori ini mendapat banyak kritik karena kurangnya bukti empiris.

Nah, oleh karena itu, sampe sekarang para ahli belom sepakat dalam ngasih definisi apa itu kecerdasan, diukur pake alat apa, serta apa arti dari skor kecerdasan seseorang. Makanya, sekarang tuh para praktisi ilmu psikologi, pendidik, sekolah, dan beberapa negara maju udah ga make lagi tuh istilah “tes IQ”. Alih-alih mereka bilangnya test tertentu kaya “tes kemampuan akademik”, “tes kecerdasan verbal”, dan sebagainya.

Masalahnya, di Indonesia nih masih umum banget istilah IQ. Ga jarang juga kan kita denger pertanyaan: “IQ lo berapa?”, “Gimana Men, besok tes IQ, udah siap?”, “Itu butuh IQ berapa sih biar bisa keterima di sekolah/kelompok itu?”, dan sebagainya. Lewat tulisan ini, gue rada pingin nyuarain juga nih ke elo-elo pada, bahwa banyak banget pengetesan yang sebenernya ga ngukur kecerdasan umum, tapi ngakunya sebagai tes IQ. Harus ati-ati deh buat nyikapinnya. Ini bukan berarti yang namanya IQ atau kecerdasan umum itu ga ada yeh. IQ itu ada, tapi yang bermasalah itu alat ukurnya biasanya gak akurat. Jadi biarin deh urusan begituan diserahin dulu ke para ahli bidang yang bersangkutan.

Balik lagi nih, ke pandangan umum masyarakat tentang konsep “kecerdasan umum” atau yang dikenal sebagai IQ tadi. IQ gue tinggi, terus? IQ gue jongkok, terus? Kalo nilai skor tes gue jeblok, apa berarti gue orang bego, gitu? Nah, pertanyaan-pertanyaan ini nih ga bisa dijawab dengan jawaban yang simpel kayak: “Iya ya ternyata gue bego karena IQ gue rendah”, atau sebaliknya. Yang namanya bego, itu nggak cuma gara-gara IQ lo rendah doang, atau cerdas karena IQ lo tinggi. Gini misalnya, lo punya skor IQ tinggi trus pada suatu kesempatan lo lagi bawa motor. Karena pingin cepet-cepet sampe, lo ambil jalan yang berlawanan arus. Trus gara-gara ini, lo jadi didamprat orang yang lagi jalan kaki di jalur yang semestinya. Trus akhirnya lo dibilang “ah tolol luh!” (maapin kata-kata gue kalo rada kasar, gue cuma mau bikin ini lebih realistis aja). Masuk akal juga kan, kalo lo didamprat kaya gitu, padahal skor IQ lo tinggi.

Kasus di atas bikin suatu kesan buat kalangan umum non-akademik buat berpikir bahwa kemampuan pikiran belum tentu membuat lo jadi terlihat cerdas dan adaptif dalam bertingkah laku. Padahal kan tadi di atas disebutin bahwa kecerdasan itu pada intinya adalah kemampuan yang membuat manusia adaptif sebagai individu. Pandangan-pandangan umum yang kayak gini yang akhirnya membuat para ilmuwan kejiwaan ngembangin sebuah konsep terpisah yang dinamakan..

Emotional Quotient Intelligence

Lah kok, jadi beda istilah?! Tadi di atas bilangnya emotional quotient (EQ) kok sekarang jadi Emotional Intelligence (IE)? Sebenernya sih sama, tapi emang udah jelas banget sih kalo istilah EQ (yg arti harafiahnya itu “hasil pembagian dari emosi) itu salah. Lebih tepat digunakan kecerdasan emosional buat jelasin konsep yang dimaksud. Makanya akhirnya para ahli lebih milih istilah emotional intelligent (EI). Ngerti nggak sampe sini Men?

Nah, kalo sampe poin ini lo udah bisa pahamin, kita lanjut bahas soal apa yg orang-orang bilang soal EQ (atau EI). Sering banget kita denger orang-orang awam suka ngomong “Percuma IQ tinggi tapi EQ jeblok” atau semacamnya. Sering kan? EQ pertama kali dikonsepin oleh Keith Beasley pada tulisannya pada artikel Mensa pada tahun 1987. Tapi, istilah ini baru bener-bener mendunia (dan udah ganti jadi EI) setelah Daniel Goleman pada bukunya “Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ” yang terbit pada tahun 1995. Walaupun buku ini dianggap bukan sebagai buku akademik, tapi konsep EI yang disusun oleh Goleman bikin para ahli psikologi rame-rame bikin penelitian tentang hal ini.

Kecerdasan Emosional, pada intinya adalah kemampuan kita buat ngidentifikasi, ngukur, dan ngontrol emosi diri sendiri, orang sekitar, dan kelompok. Para peneliti EI punya posisi bahwa EI lebih penting daripada sekadar kecerdasan kognitif. Goleman sendiri membagi kemampuan-kemampuan emosional menjadi lima kemampuan:

  1. (a) kesadaran diri,
  2. (b) kontrol diri,
  3. (c) kemampuan social,
  4. (d) empati,
  5. (e) motivasi.

Goleman berpendapat bahwa tanpa kelima kemampuan ini, orang yang memiliki IQ tinggi bakal kehambat dalam kegiatan akademik serta pekerjaan.

Walaupun laku keras di kalangan umum, banyak ilmuwan dan praktisi psikologis yang tetep skeptis sama kecerdasan emosional. Yang paling mereka kritik adalah pengetesannya. Ilmuwan harus bekerja berdasarkan bukti. Jika seorang ilmuwan di bidang apapun bikin suatu hipotesis, harus didukung sama pengukuran yang akurat. Nah, para ahli psikologi ngekritik EI karena alat ukurnya nggak valid (valid ini maksudnya nggak ngukur apa yang harusnya diukur). Alat-alat tes EI itu kebanyakan soalnya berupa pilihan-pilihan jawaban yang bisa aja orang yg ngisi ngibul pas ngejawabnya. Makanya, para ahli kurang bisa nerima hasil pengukuran EI. Belom kelar masalah EI, eh tiba-tiba ada lagi yang ngusulin sebuah konsep kecerdasan baru yang dinamain..

Spiritual Quotient Intelligence

Spiritual Intelligence (SI) atau kecerdasan spiritual. Pertama kali dikonsepin sama psikolog yang bernama Danah Zohar, pada tahun 1997. Konsep ini dapat dibilang baru dalam dunia psikologi, karena emang konsepnya aja belom dianggep matang. Banyaaaak banget kritik soal konsep SI ini bahkan bukan soal pengukurannya atau nilainya, tapi soal konsep dasarnya. SI ini dibuat oleh Zohar untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memaknai kehidupannya, jadi nggak ada hubungannya dengan agama atau pun kerohanian dalam konsep awam.

Kemampuan-kemampuan yang menurut Zohar tergabung dalam konsep SI antara lain: Spontanitas, visioner, rasa kemanusiaan, kemampuan untuk bertanya hal-hal yang bersifat mendalam seperti “siapakah saya dalam dunia ini?”, kemampuan untuk menerima perbedaan, dan sebagainya. Nah, lagi-lagi, selain konsepnya yang belom mateng, alat ukurnya lebih ngaco lagi, kalo menurut ahli-ahli ilmu psikologi. Alat ukurnya lebih bisa bikin yang ngisi ngibul soal kondisinya, yang akhirnya bikin skor tesnya jadi tinggi-tinggi deh. Susah kan ngukurnya kalo kaya gini!?

Seperti biasa, dunia bisnis berkembang jauuuuh lebih cepet daripada dunia ilmu pengetahuan. Kalo ada konsep-konsep yang menarik dan “laku dijual”, para pelaku bisnis pasti cepet tanggep makenya padahal belom yakin itu konsep udah mateng atau belom. Kalo dalam ilmu lain, fisika kimia misalnya, kalo ada penemuan yang belom mateng terus udah laku di pasaran, resikonya kan jelas lah yaa, meledak lah, beracun lah, bikin mati sekampung lah.

Nah, kalo dalam ilmu psikologi, dampak-dampak itu nggak keliatan langsung, tapi sebenernya bakal ujung-ujungnya kerasa dampaknya. Contohnya gini deh, konsep EI dan SI belom mateng, alatnya belom valid, tapi udah dipake buat nyeleksi manajer di satu perusahaan. Dari hasil tes dibilang bahwa si calon X punya kecerdasan emosional dan spiritual yg tinggi, tapi tesnya nggak valid. Walhasil, taunya si manajer nggak bekerja sesuai yang diharepin. Akhirnya, sayang kan duit yang dipake buat seleksi dan gaji si manajer X.

Maka dari itulah, semua yang kira-kira punya embel-embel “quotient” nya atau “kecerdasan” ini itu emang kedengeran seksi di kuping kita. Yang namanya ortu itu pingin anaknya cerdas, berpekerti luhur, spiritual, dsb. Udah keniscayaan itu sih. Tapi, kita sebagai kaum terpelajar yang harus berpikir kritis, jangan lah cepet-cepet percaya sama apa pun yang dibilang sama orang lain. Telusurin sendiri sebelom rugi. Di Indonesia nih misalnya, udah jelas konsep EI belom jelas alat ukurnya, pelatihan-pelatihan dan pengukuran EI udah menjamur di mana-mana. Pake alat apa juga nggak peduli deh, yang penting laku.

Terus, Danah Zohar di atas kan udah bilang kalo SI nggak ada hubungannya dengan agama, tapi pelatihan-pelatihannya banyaaaaaaak banget (ini beneran banyak banget yeh, se-Indonesia). Kebayang nggak kalo ternyata konsepnya nggak mateng dan itu pelatihan malah bikin kita jadi cerdas secara spiritual, tapi malah misalnya jadi takut sama kehidupan, ngerasa banyak dosa, dsb. Nggak nyambung dong sama yang dikonsepin sama Danah Zohar? Ya nggak?!

Nah, pesen moral dari tulisan ini cuma singkat: Sebagai kaum terpelajar, kita harus telusurin dulu sebelum percaya apa pun, terutama kalo itu bisa bikin kita rugi baik secara finansial maupun psikologis.

Sumber : https://www.zenius.net/blog/2636/apa-konsep-iq-eq-sq

Ramalan Astrologi : Beneran Atau Omong Kosong Doang?

Apakah lo percaya astrologi? Apakah lo termasuk yang suka buka majalah hanya untuk ngeliat ramalan zodiak minggu ini? Gimana keadaan asmara lo minggu ini? Keuangan aman? Kesehatan drop karena sering begadang?

Eits, sebelum lo tenggelam lagi dalam kata-kata manis zodiak, gw ingin menantang belief lo tentang astrologi. Melalui tulisan ini, gw akan mengajak lo melihat apa itu sebenarnya ramalan astrologi, dari mana sejarahnya, kenapa ramalan astrologi bisa begitu populer, dan apakah sebenernya ramalan astrologi itu bohongan ato jangan-jangan ada benernya juga?

Oke, singkatnya nih.. lebih dari 2300 tahun yang lalu, orang Babilonia percaya bahwa dewa-dewa tinggal di antara bintang dan benda langit serta memiliki kekuatan untuk mengendalikan nasib manusia. Orang Babilonia membagi langit menjadi 12 rasi bintang yang sekarang kita kenal sebagai zodiak (sistem horoskop). Menurut sistem horoskop, kepribadian dan kejadian masa depan kita dapat diketahui dari posisi matahari, bulan, dan benda langit lainnya saat kita lahir. Semacam ada kekuatan yang mempengaruhi kehidupan di Bumi. Ada yang bilang kekuatan itu berupa gravitasi, elektromagnetik, dan lain-lain. Tapi kenyatannya, benarkah seperti itu? Yuk, kita kupas tuntas semuanya tentang ramalan astrologi.

Astrologi vs. Astronomi

"Gue mau masuk jurusan astrologi."
"Gimana ramalan astronomi lo minggu ini?"

Eh tunggu bentar, kebalik yah? Hehe.. Sebenarnya Astrologi sama Astronomi itu beda atau sama aja sih?

Jadi gini, jaman dulu pengetahuan para astronom masih sangat terbatas mengenai benda langit, kecuali dari apa yang bisa diobservasi melalui mata telanjang. Makanya, dulu astrologi masih digabungkan dengan astronomi, sampai akhirnya Galielo Galilei menjadi orang pertama yang menggunakan metode ilmiah untuk menguji astrologi secara objektif.

Tapi jelas, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat, astrologi dan astronomi bukan hal yang sama lagi. Astronomi modern adalah studi ilmiah mengenai benda angkasa, yang nggak ada hubungannya sama sekali dengan situasi asmara lo.

Tinjauan Psikologi terhadap Astrologi

Nah, kenapa kok astrologi itu kayaknya benar? Lo pernah denger nggak tentang validasi subjektif?

"Validasi Subjektif" itu terjadi ketika dua peristiwa yang tidak terkait atau acak dianggap berhubungan karena keyakinan atau ekspektasi menuntut adanya hubungan antara dua peristiwa itu. Dengan kata lain, kita sendiri yang menghubung-hubungkan persepsi kepribadian diri dengan isi horoskop.

Konsep validasi subjektif diuji pertama kali oleh psikolog Bertram R. Forer. Forer memberikan tes kepribadian kepada siswa-siswa di sebuah kelas. Setelah itu, hasil/analisis kepribadian dibagikan ke setiap siswa. Dia bilang ke siswanya, kalo mereka dapet analisis yang unik (berbeda satu sama lain) sesuai hasil tes sebelumnya. Terus, mereka diminta untuk kasih skor ke analisis kepribadian yang mereka terima: skala 0 (sangat buruk) - 5 (sangat baik) kesesuaiannya dengan diri mereka.

Tapi ada triknya nih: setiap siswa menerima analisis yang sama persis. Rata-rata skor penilaian siswa satu kelas terhadap analisis yang mereka terima adalah 4,26. Menurut para siswa, analisisnya 85% akurat. Nah lho, kok bisa analisis yang sama dianggap akurat oleh banyak orang?

Coba deh perhatikan potongan analisis yang disajikan ke siswa-siswa tersebut.

Kamu punya kebutuhan untuk disukai dan dipuja orang lain.
Kamu punya potensi besar yang belum kamu manfaatkan sebaik mungkin.
Beberapa impianmu cenderung tidak realistis.
Kamu adalah pemikir mandiri dan tidak menerima perkataan orang lain tanpa bukti yang jelas.

 

Kalimat-kalimat di atas umum banget, samar (vague), jadi bisa berlaku untuk siapa saja. Pernyataan ini disebut dengan Barnum statement.

Ini berlaku pada ramalan zodiak, kata-katanya samar, nggak spesifik. Jadi, bisa ngena/nge-hit siapa aja. Pisces itu katanya penuh kasih. Lah, gw tau teman gw yang Capricorn juga penuh kasih. Aries itu katanya mandiri. Lah, gw (yang katanya) Pisces juga mandiri. Semua orang juga bisa bilang dirinya mandiri.

Dalam eksperimen lain, seorang astrolog Perancis yang terkenal, Michael Gauquelin ingin menguji profesi astrologi secara ilmiah. Ia menawarkan ramalan horoskop individual gratis untuk setiap pembaca sebuah majalah dan meminta feedback mereka mengenai keakuratan analisis individualnya. Triknya sama dengan eksperimen Forer: ia menggunakan ramalan horoskop yang sama persis ke ribuan pembaca dengan horoskop yang berbeda-beda. Hasilnya? 94% pembaca menjawab bahwa ramalannya sangat akurat dan mendalam.

Ini adalah contoh validasi subjektif. Orang hanya fokus pada bagian yang benar, yang ngena (hits) dari sejumlah analisis umum. Astrolog mengandalkan kemampuan manusia untuk lebih mengingat "hits" dan melupakan ramalan yang meleset (selective bias). Bahkan, kalo ada prediksi yang akurat, bisa jadi itu kebetulan belaka.

Mungkin lo bisa ngerasain sendiri ketika baca ramalan zodiak. Pas baca kalimat yang menurut lo nggak make sense, nggak lo peduliin. Sekalinya baca kalimat yang KEBETULAN benar dengan situasi yang sedang lo hadapi, “Wah bener banget!”

Sama juga dengan ramalan kejadian yang akan terjadi. Jika ramalan nggak terjadi, ya lo nyantai aja. Nggak terlalu menghiraukan. Toh, ramalan zodiak doang. Tapi, sekalinya kebetulan tuh kejadian beneran, “Gila, ramalan bintang gw bener!

Efek ini terus terakumulasi dari waktu ke waktu, membuat astrologi tetap berjaya dan dipercaya.

Sumber gambar: http://lifesamitch.tumblr.com/post/2764458631/regarding-the-astrological-sign-changes-what

Astrologi dalam Menilai Kecocokan Pasangan

“Gw lihat di internet, Cancer itu cocoknya sama Scorpio. Gw pacaran sama Scorpio, trus kita putus. Gw baca lagi, ternyata Cancer itu cocoknya sama Pisces. Eh, gw nemu majalah, Cancer cocoknya sama Taurus. Jadinya gw mesti pacaran sama siapa?”

Sebuah survey terhadap 2.978 pasangan menikah dan 478 pasangan yang bercerai menunjukkan bahwa tidak ada korelasi sama sekali antara perceraian dengan kecocokan zodiak.

Coba pikir lagi baik-baik...

Pas lo baca horoskop dan jika horoskop itu benar, kepikiran nggak, bahwa berarti 1/12 populasi dunia juga mengalami nasib serupa? Mungkin nggak tuh? Kalo kita ambil asumsi populasi manusia di dunia sekarang ini sekitar 7 milyar manusia, dan katakanlah diasumsikan semua manusia lahir secara tersebar dalam 12 bulan. Berarti 1/12 populasi manusia itu ada 584 juta manusia. Sekarang, kalo ramalan astrologi lo kebetulan bener bilang lo putus sama pacar, apakah 1/12 populasi bumi ini juga lagi putus sama pacarnya? Kalo minggu ini lo lagi kenal bisul di pantat, apakah ada 584 juta manusia lainnya juga ikutan kena bisul di pantat?

Mau coba sendiri nge-debunk astrologi? Gampang kok. Ramalan astrologi selalu nggak konsisten. Kumpulin aja ramalan astrologi dari berbagai sumber. Bandingkan satu sama lain. Nih, gw contohin. Gw akan ambil ramalan zodiak gw, Pisces, untuk 12 November 2013.

Horoskop #1 (id.she.yahoo.com): Fisik: Sinusitis kambuh

Horoskop #2 (vemale.com): Masalah terkait pencernaan akan menyerang Anda minggu ini. Jika ini terus terjadi selama beberapa hari, maka saatnya ke dokter dan memeriksakan diri. Ini adalah akibat dari pola makan dan juga kebiasaan makan sembarangan. Minggu ini, detoks diri dengan makanan sehat dan ringan. Jangan paksakan diri untuk makan berat.

Horoskop #3 (edsur.info): Kesehatan : Hilangkan segala kecamuk yang ada di dalam dada. Jika disimpan terus hanya akan membikin dada terasa sesak.

Horoskop #4 (kucoba.com): Kesehatan: Batuk pilek mulai datang lagi, untuk itu hindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan batuk pilek Anda bertambah parah saja.

Horoskop #5 (gen22.net): Kesehatan: Jangan tidur terlalu malam.

Keliatan kan. Baru dari 5 sumber aja, ramalan horoskop gw hari ini udah saling nggak konsisten. Kenyataannya, hari ini kesehatan gw sedang baik-baik aja. Dan gw nggak punya sinus, ye.

Tinjauan Fisika dan Astronomi terhadap Astrologi

Oke, sekarang kita tinjau deh dari segi "teknis"nya. Katanya nih, ramalan astrologi dikaitkan erat sama gravitasi dan elektromagnetik. Nah sekarang, jika ada kekuatan dari benda langit yang memiliki efek yang real ke urusan kemanusiaan di Bumi, mestinya bisa diukur dong. Coba kita telaah kekuatan gravitasi dan elektromagnetik yang sering disebut-sebut itu.

Nah pertama, coba deh lo liat gambar di samping tentang list horoscope dan hubungannya dengan benda-benda langit. List horoscope ada matahari, bulan, dan beberapa planet lain dalam tata surya kita.

Di Fisika, kita belajar kalo gravitasi dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu massa dan jarak. Gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Semakin jauh sebuah objek dari kita, semakin kecil pula kekuatannya terhadap kita. Sekarang, berapa sih jarak Bumi ke matahari, bulan, dan planet-planet lain? Jutaan kilometer, cin! Gimana bisa gravitasi mereka mempengaruhi kita langsung secara individu?

Dan katakanlah benda langit yang paling dekat dengan bumi adalah Bulan. Dengan sifat gravitasi yang berbanding terbalik dengan jarak, seharusnya pengaruh horoskop Cancer donk yang paling mempengaruhi dibandingkan zodiak yang lain, tapi para astrologer dari dulu bilangnya kekuatan pengaruh semua horoscope sama aja. Berarti nggak sinkron dengan sifat gravitasi dalam fisika donk.

Gimana dengan elektromagnetik (EM)?

Nah, di fisika kita tau bahwa elektromagnetik itu bergantung pada jarak dan muatan listrik. Secara keseluruhan, planet memiliki muatan netral. Ada sih yang punya muatan listrik, seperti jupiter, tapi jupiter nun jauh di sana. Benda langit yang memiliki kekuatan EM terbesar di tata surya kita adalah matahari. Kalo gitu, seharusnya Leo (Sign Zodiac buat Matahari) juga punya pengaruh yang lebih besar donk dibandingkan horoscope yang lainnya. Nggak sinkron lagi nih sama hukum fisika elektromagnetik.

Gimana kalo kekuatan itu tidak dapat dijangkau oleh sains?

Ya sama aja, seperti yang kita tahu, kekuatan berbanding terbalik dengan jarak. Kekuatan benda yang letaknya jauh, lebih kecil daripada kekuatan benda yang lebih dekat dari kita. Tapi kata para astrologer, kekuatan semua planet itu sama. Venus yang lebih dekat ke Bumi punya kekuatan yang sama dengan Pluto yang paling jauh dari Bumi.

Lah, terus jadinya faktor kekuatannya apa dong? Jarak bukan, massa bukan. Terus, gimana dengan asteroid yang juga anggota tata surya dan ratusan planet lain yang ditemukan melalui ilmu astronomi modern. Kenapa nggak diperhitungkan dalam astrologi?

Astrologi lahir pada zaman di mana benda angkasa diamati dengan mata telanjang. Zaman di mana manusia masih meyakini kalo Bumi adalah pusat alam semesta (geosentris). Nyatanya, jelas kini kita tahu kalo Matahari lah pusat tata surya (heliosentris).

Menurut astrologi, tiap pagi tanggal kelahiran kita, matahari akan terbit dan melewati rasi bintang yang bersesuaian. Gw lahir pada tanggal 3 Maret. Berarti, setiap tanggal 3 Maret, (seharusnya) matahari akan terbit dan melewati rasi bintang Pisces. Apa iya? Iya, tapi itu 2000 tahun yang lalu, ketika orang Babilonia pertama kali melahirkan astrologi.

Dalam 2000 tahun terakhir, rotasi Bumi membuat Bumi bergeser dari porosnya, sehingga rasi bintang bergeser 1 derajat setiap 72 tahun. Akibatnya, zodiak kita bergeser satu. Jadi sekarang, kalo gw nungguin matahari terbit pada 3 Maret, matahari akan terbit melewati rasi bintang Aquarius, bukan Pisces lagi.

Ciee, yang bingung sekarang zodiaknya apa ~

Sumber gambar: http://www.bisque.com/help/patterns/patterns/precession.htm

Dari sini, kita bisa bilang kalo Astrologi adalah sistem yang primitif. Masih relevan kah untuk kita gunakan sekarang?

Bahaya Astrologi

Ya mungkin astrologi nggak sepenuhnya benar. Tapi, santai lah. Buat fun aja. Nggak ada bahayanya kan? WRONG!

Saat ini, menurut jajak pendapat Gallup, 25% dari Amerika percaya Astrologi. Sekitar ratusan juta dollar dihabiskan untuk astrologi tiap tahunnya di US sana. Itu gede lho, dan kayaknya sia-sia aja dihabiskan untuk suatu hal yang nggak jelas kebenarannya.

Pada tahun 1980-an, Nancy Reagan, istri Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, berkonsultasi ke seorang peramal astrologi untuk mengetahui peruntungan meeting dan rencana yang disusun pada hari itu. Suaminya, Presiden Amerika Serikat, oke-oke aja dengan “tingkah” istrinya.

Masih berpikir ini nggak berbahaya? Orang se-powerful Ronald Reagan, menyusun jadwal pertemuan berdasarkan klaim random dan omong kosong dari sistem yang nggak ilmiah. Bayangkan, kalo presiden negara ini bikin keputusan pake astrologi! Wah, prihatin saya.....

Bahaya yang paling mengkhawatirkan adalah astrologi mempromosikan uncritical thinking. Semakin kita mengajari orang untuk gampang aja menerima cerita anekdot, informasi yang dipilih secara cherry-picking (pilih yang mendukung, abaikan yang tidak mendukung), dan omong kosong, semakin sulit pula kita mengajarkan orang untuk berpikir jernih dan kritis.

Kalo lo nggak bisa berpikir jernih, kemampuan lo sebagai manusia mandiri akan terkikis. Lo akan dengan gampangnya disuapin berbagai hal oleh orang lain, yang kebenarannya masih belum jelas. Lo bakal gampang disetir oleh orang lain.

Gw tau lo lebih dari itu. Be Critical, be Awesome!

Sumber : https://www.zenius.net/blog/2373/ramalan-astrologi-zodiak-horoscope-debunk

Bedah Tuntas Mitos Otak Kanan/Otak Kiri

“Men.. Lu nggak cocok masuk IPA karena lu dominan otak kanan”
“Anak IPS tuh cocok jadi businessman, dominannya otak kanan kata seminar-seminar bisnis”
“Gw kayaknya kebanyakan make otak kiri nih, apa aja gw itung termasuk probilitas nembak cewe”

Pernah nggak, denger kalimat-kalimat serupa di obrolan sehari-hari?. Pengalaman gw sendiri, pernah denger bahasan otak kiri dan kanan mulai dari pengajar di ruang kuliah, pembicara di seminar bisnis sampe sesama penumpang angkot yg lagi ngetem. Kayaknya percakapan dan “fakta” tentang otak kiri dan kanan udah dapet status kebenaran. Layaknya fakta sains lainnya seperti hukum gravitasi dan teori evolusi.

Pada tau darimana perihal pembedaan otak ini berasal? Dan kenapa kayaknya diyakini banget kebenarannya? Ok, gw akan bahas di tulisan ini mulai dari:

  1. Asal usul mitos, yg berasal dari Pa De Paul Broca, ilmuwan dari Prancis. Yang kebetulan profesinya Neurosaintis yg hobinya bedah-bedah otak.
  2. Berkembangnya mitos Otak Kanan dan kiri dari istilahnya yg bener yakni Brain Lateralization.
  3. Dampak mitos pada pembagian jurusan, cara belajar dan bahkan sampe ke kuliah dan kerjaan.

 

Asal-usul mitos

Ada musium di Paris yg namanya susah, Musee de l’Homme. Salah satu koleksinya adalah deretan toples-toples diisi cairan formalin dan benda mengambang dalamnya adalah otak manusia. Mulai dari otak orang-orang yang dianggap jenius sampe pembunuh dan psikopat diawetin di sana. Salah satu toples tersebut berisi otak seorang ahli bedah otak (Ironis ya? hehe..), dan pada labelnya tertulis Paul Broca.

Siapa sih Paul Broca? Dan kenapa ditaro di awal bagian tulisan ini? Dia termasuk yang pertama yang ‘ngeh’ kalo ada bagian di otak yg bertanggung jawab untuk kemampuan bicara kita. Ada daerah di sekitar depan sebelah kiri otak yang kalo rusak, bisa bikin orang tersebut kesulitan bicara, daerah ini dinamain Area Broca. Jadinya orang bakal menderita kesulitan bicara dan berkomunikasi ketika pembuluh daerah di Area Broca pecah dan menderita stroke ringan.

Broca juga saintis pertama yang bilang kalo orang yang menderita epilepsi, bisa berkurang kejang-kejangnya kalo ‘jembatan’ antara otak kiri dan kanan, yg namanya corpus colossum, diputus. Dan emang, hasil penelitiannya membantu banyak orang yg menderita epilepsi bisa hidup secara normal tanpa takut kejang-kejang dan tersedak kala gejala itu muncul. Jadi, maklum aja kalo pendapat Broca tentang dualitas fungsi di otak sangat dihormati dan diterima luas di masyarakat sains pada saat itu.

Berkembangnya mitos

Pendapat Broca tentang adanya area spesial di otak untuk kemampuan bahasa. Dan ditambah bukti-bukti dari rekan dokternya tentang pasien yg mengalami kesulitan bicara ketika terjadi stroke di otak sebelah kiri. Kedua hal tersebut bikin orang2 banyak mengasosiasikan otak kiri dengan kemampuan berbahasa dan kompleksitas sintaksis berbahasa. Nggak salah juga sih, ada percobaan sebagai berikut, coba baca kalimat di bawah:

The boogles are blundling the bludget
The boogles is blundling the bludget

Jangan khawatir kalo lu nggak ngerti artinya, itu kata-katanya asal aja kok, hehe.. Tapi, orang yg punya kerusakan di bagian kiri otak akan kesulitan bedainnya. Untuk yg ngerti grammar jelas yg benar adalah yg pertama. Boogles dengan akhiran ‘s’ menunjukan plural dan diikuti oleh ‘are’. Walau kata-katanya nggak ada arti, ada bagian di otak yg nentuin grammar.

Selain susah bedain grammar, kadang ada kondisi yg namanya Aphasia. Sering nggak lu, susah mau bilang suatu kata tapi tau artinya. Lu mau bilang ambilin pensil tapi tangan lu bikin gerakan nulis dan pala lu geleng-geleng sambil bilang “itu.. tuh.. ah apa sih.. ya pokoknya itu lah”. Nah, kalo kerusakannya di Area Broca, orang bahkan jadi bener-bener nggak bisa nyebutin nama barang-barang, tapi bisa deskripsiin bentuk, warna, dan guna barang-barang tersebut.

Kalo kiri kuat korelasinya dengan grammar dan sintaksis, gimana dengan otak belahan kanan? Dan dari mana mitos populer yang bilang kalo otak kanan tuh cocok untuk artist dan bisnisman yg nggak perlu kalkulasi rumit? Kalo kondisi susah nyebut nama barang adalah Aphasia, nah ada kembarannya di otak kanan namanya Agnosia. Kelainan yg diakibatkan kerusakan di bagian kanan akan nimbulin kesulitan mengenali pola yg biasa dengan mudah kita kenalin, yaitu muka manusia. Heh? Kok bisa? Bukannya secara evolusi kita akan kenal pola apa pun yang mirip muka manusia? Nah, coba kita masuk ke dunia orang Agnosia dengan mengenali gambar apakah di kanan ini?

Bisa liat jelas kan? Muka siapa hayo? Coba balik gambarnya. Yang pake hape atau laptop gampang, nah yg pake PC mohon bantuan orang lain untuk jungkir balikin monitornya :D. Sebelum lu balikin gambarnya, pasti otak lu berusaha keras ngenalin pola atau gambar apaan sih? Itulah Frustasinya orang yg kena Agnosia untuk mengenali pola-pola gambar dan gambar yang overlap.

Dari kedua kondisi tadi:

Aphasia, kesulitan berbahasa akibat kerusakan di otak bagian kiri dan..
Agnosia, kesulitan mengenali pola akibat kerusakan di otak bagian kanan, maka...

 

Muncullah pendapat berlebihan di luar wilayah kedokteran, malah lebih ke arah psikologi praktis dan populer, kalo otak bagian kiri untuk hal-hal yg runut seperti linguistik atau kalkulasi. Dan, konsekuensinya, orang-orang yg kerjanya insinyur atau saintis dan ahli bahasa “kuat” di otak bagian kiri. Dan pasangannya, Otak bagian kanan untuk hal-hal seperti visual atau sensor spasial (ruang), maka orang yang suka gambar atau kerja di bidang visual “kuat” di bagian kanan.

“Trus ya gapapa lah ada pendapat gitu, toh ada benarnya dari sejarah neurosains zaman Broca. Lagian juga orang-orang nyaman dengan pembagian otak kiri dan kanan, dan akhirnya kita nggak bisa maksa org yg suka Seni untuk belajar Matematika, kan?”

Tunggu dulu, seperti juga makan sate kambing, kalo keblablasan juga nggak sehat. Sama halnya pendapat di sains... #ApaSih

Dampak Mitos

Iya, memang ada area atau bagian di korteks otak kita yg bertanggung jawab untuk hal-hal tertentu, seperti bahasa dan visual. Tapi kenyataannya, dalam proses berpikir dan menerima input sinyal dari indera, otak kita bekerja secara bersamaan atau simultan. Pelukis memang make bagian kanan otak untuk nerima sinyal warna dan bentuk, tapi dia juga make otak bagian kiri untuk koordinasi gerakan halus nyapu kuas di kanvas. Saintis yg lagi ngitung kurva kecepatan maksimum enzyme emang make otak kiri untuk kalkulasi konsentrasi enzim, tapi otak kanan juga berperan untuk ekstrapolasi data di grafik. Bahkan orang yg lagi nyanyi sebenarnya gunain dua bagian otak secara simultan dengan bantuan bagian Amygdala untuk emosinya.

Kadang, fakta sains itu suka dibikin lebay sama kalangan yang nggak dalemin sains. Contoh kasus gampang deh, ada buku bisnis yang judulnya berbau-bau DNA (lu cari di toko buku juga pasti nemu - you know what I mean). Nah, buku itu analogiin orang-orang di perusahaan sebagai DNA yg bisa “termutasi” dan berubah jadi baik seperti di evolusi gen. Mungkin dari sinilah istilah mutasi pegawai negeri jadi populer. Huahaha...

Nah, dampak mitos yg kentara banget dan bikin kesalahpahaman makin melebar adalah :

  1. Dikotomi antara orang bidang seni atau sosial dan sains. Dibilang kalo dua bagian itu bertolak belakang. Banyak yg bilang “Sosial itu gak kayak sains yang dari A ke B” atau “Sains itu ilmu pasti gak kayak Sosial” dan bahkan “Seni tuh jangan pake logika”. SALAH BESAR MASBRO ! Semua kesalah- pahaman itu muncul karena udah ada prasangka kalo kita ditakdirkan kuat di otak kanan atau di kiri.
  2. Salah Penjurusan di Sekolah atau Kuliah. Kalo kita jago banget kalkulus ya masuknya jurusan eksakta (nama eksakta yg artinya “Pasti” aja udah salah). Terus, kalo kita nggak bisa kalkulus, kita masuk ke sosial atau bahasa gitu? Udah cukuplah kesalahpahaman orang2 zaman gw sekolah atau ortu kita yg ngebagi sembarangan pelajaran di sekolah dengan istilah Sosial dan Sains plus Bahasa. Jujur aja, anak Bahasa sering banget jadi kasta beda dari Sains, bener nggak? Kenyataannya, bagian otak yg tanggung jawab untuk ngitung Trigonometri dan mahamin grammar ada di satu area? Lah, gimana kalo jurusannya di sekolah dipisah?
  3. Otak kanan diperluin buat sukses bisnis. Ini beneran jadi jargon yg populer di seminar bisnis, baik di dalam atau luar negeri. Singkatnya, mereka bilang kalo lu mau jadi entrepreneur harus pake otak kanan. Alasannya? Otak kiri kan buat kalkulasi jadi malah bikin lambat aja. Kalo lu mau bisnis lu harus terjun langsung nggak pake mikir lama, nggak pake itungan rumit untung rugi, lu jalanin aja dulu, yang penting langsung jadi member, dan apakah lu punya mimpi?.. Eh, oops keterusan biasa denger diprospek sama yg nawarin MLM, hehe..

Dari tiga dampak mitos otak kiri dan kanan yg paling deket kena sama lu semua adalah nomor 1 dan 2. Jadi apa donk nasihat bijak mengenai dampak mitos ini?? Tulisan ini nggak berusaha ngasih lu saran untuk milih jurusan apa nanti di SMA atau di kuliah, untuk tema yang satu ini udah diwakilin sama tulisan Faisal yang keren banget tentang gimana cara milih jurusan yang tepat. Tulisan ini ngasih latar belakang berkembangnya dan fakta yg beneran di sains. Makanya, dari dulu Wisnu udah tekanin berkali-kali tentang pentingnya berpikir kritis! Dengan berpikir kritis, lu bisa bikin keputusan berdasarkan fakta yg bener. Selain itu, lu juga bisa ngasih “pencerahan” untuk orang-orang yang salah menghakimi orang-orang dengan membaginya berdasarkan kanan dan kirinya otak.

Brain lateralization atau pembagian otak bagian kanan dan kiri berikut spesialisasi bagian tertentu untuk fungsi tertentu emang betulan diteliti di sains. Tapi, apakah minat dan bakat lu udah Hardwired atau pasti dan nggak bisa diubah-ubah? Apakah bakat seni selalu bertolak belakang sama sains? Apakah kemampuan analisis sosial nggak merluin rigiditas dari sains? Apa pun yg kita kerjain akan gunain dan manfaatin dua bagian otak, kanan dan kiri secara simultan.

Jadi, otak dan bakat nggak sesimpel judul albumnya Bon Jovi, “This left feels right...”

Salam Berpikir Kritis!

Sumber : https://www.zenius.net/blog/2181/bedah-tuntas-mitos-otak-kanan-otak-kiri

Tan Malaka: Bapak Republik Indonesia yang terlupakan

Bulan Juni itu sering diingat sebagai bulan lahirnya tokoh-tokoh besar nasional Indonesia. Diawali dengan hari lahirnya Pancasila (1 Juni) kemudian disusul dengan hari lahirnya mantan presiden pertama Indonesia Soekarno (6 Juni), mantan presiden kedua HM.Soeharto (8 Juni), mantan presiden ketiga B.J Habibie (25 Juni), dan juga presiden ketujuh kita saat ini Joko Widodo (21 Juni). Wah, banyak banget yah tokoh besar nasional Indonesia yang lahir di bulan Juni? Eit, sebetulnya ada satu lagi tokoh besar Indonesia yang lahir di bulan Juni, sayangnya jarang banget generasi muda Indonesia yang tau tentang keberadaan maupun perjuangannya. Wah, siapa tuh??

Tokoh besar yang gue maksud ini gak main-main jasanya bagi negara kita, beliau ini bisa dikatakan sebagai orang yang pertama kali berjuang menentang antikolonialisme di Hindia Belanda, bahkan sebelum Soekarno dan Hatta. Beliau juga menjadi orang pertama yang mencetuskan konsep tentang "Negara Indonesia" dalam bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (1925). Buku inilah yang menginspirasi Soekarno, Hatta, Sjahrir, dkk untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari barisan yang lain. Sementara itu, tokoh besar yang terlupakan ini, berjuang "sendirian" untuk memerdekakan Indonesia dari mulai menulis buku, membentuk kesatuan massa, berbicara dalam kongres internasional, ikut bertempur di lapangan melawan Belanda secara langsung, sampai akhirnya harus keluar-masuk penjara berkali-kali, diburu oleh interpol, dan kejar-kejaran sama polisi Internasional.

Tragis? Banget! dan yang lebih tragis lagi adalah, perjuangan beliau untuk negeri kita ini malah "dibalas oleh Indonesia" dengan timah panas. Ya, beliau ditembak mati oleh tentara Republik yang didirikannya sendiri (Tentara Indonesia) di Kediri 1949 dan sampai hari ini jenazahnya belum dipastikan keberadaannya. Kendati Presiden Soekarno telah mengangkat namanya sebagai pahlawan nasional pada 28 Maret 1963. Namun, sejak era Orde Baru (1966-1998), keberadaan tokoh ini seperti dihapus dalam sejarah Indonesia, namanya dicoret dari daftar nama pahlawan Nasional dan hampir tidak pernah dibahas dalam pelajaran Sejarah SD-SMA sampai dengan sekarang.

Penasaran siapa tokoh yang satu ini? Kenapa orang sepenting ini hampir tidak pernah disebut dalam pelajaran sejarah? Kenapa orang yang telah berjasa begitu besar bagi Indonesia malah meninggal di tangan tentara nasional Indonesia? Bagaimana kisah perjuangan dia? Okay, tokoh besar yang mau gue ceritakan ini bernama Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka atau lebih dikenal dengan nama Tan Malaka. Seorang luar biasa yang diberi julukan "Bapak Republik Indonesia" oleh Mohammad Yamin dan bahkan dianggap oleh sebagian kalangan sebagai the true founding father of Indonesia.. dan pada artikel zeniusBLOG kali ini, gue akan mencoba "menghidupkan" kembali tokoh besar Indonesia yang selama ini telah terkubur dari ingatan masyarakat dan juga generasi muda Indonesia. Gue akan menceritakan kembali perjuangan panjangnya bagi negeri ini dari mulai Pandan Gadang (Suliki), Bukittinggi, keliling pulau Jawa, sampai Amsterdam, Berlin, Moskwa (Moscow), Xiamen (Amoy), Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong, Singapura, Rangon, dan Penang. Yuk, simak kisah serunya!

 

Perjuangan Awal (1908 – 1919)

Pada awalnya Ibrahim adalah seorang pemuda desa di Pandan Gadang, Suliki, sekarang Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Seperti pemuda-pemuda asal Minangkabau lainnya pada waktu itu, ia tinggal di surau sejak usia 5 tahun dan mempelajari ilmu agama dan beladiri Pencak Silat. Ketika usianya 11 tahun, ia mendaftarkan diri ke Kweekschool, sekolah calon guru di Fort de Kock (sekarang bernama Kota Bukitinggi). Di sana, dia demen banget sama pelajaran Bahasa Belanda, dan lebih lanjut malah disuruh sama gurunya untuk jadi guru Bahasa Belanda.

Singkat kata, setelah 5 tahun ngeyam pendidikan di Kweekschool, orang-orang sekampungnya nganggep dia merupakan aset kampungnya yang harus di-support. Oleh karena itu, orang-orang di kampungnya, terutama kalangan “engku”/kakek-kakeknya, pada ngumpulin duit biar Ibrahim bisa lanjut sekolah di Negeri Belanda. Ia akhirnya diterima di Rijkskweekschool (Sekolah Kejuruan Guru Kerajaan/Negeri) di Kota Haarlem, Belanda. Naah, di Haarlem inilah, doi bisa belajar banyak soal filsafat ekonomi dan sosial yang pas itu emang lagi gila-gilanya berkembang di Eropa.

Arus perkembangan ekonomi dan sosial di Eropa ini disebabkan oleh arus panjang revolusi industri (1750-1850) yang dampaknya masih terasa di akhir abad 19 dan awal abad 20. Di satu sisi, perkembangan teknologi dunia berkembang sangat pesat, dari penemuan baterai, kapal uap, telegraf, telepon, mobil hingga pesawat terbang. Tapi, di sisi lain, dampak sosial yang terjadi sangat memprihatinkan: harga barang jatuh, usaha kecil menengah bangkrut, upah buruh sangat murah, adanya kesenjangan sosial antara pengusaha dan buruh, dsb.

Fenomena ekonomi dan sosial yang berkembang begitu cepat di Eropa ini yang membakar semangat Ibrahim (sekarang sudah bergelar Tan Malaka) untuk terus belajar kendati situasi keamanan di sana sangat rawan karena Perang Dunia I. Sementara itu, fenomena ketimpangan sosial yang terjadi di Eropa, disambut dengan lahirnya pemikiran baru yang ditawarkan oleh para filsafat ekonomi dan politik, yaitu ideologi sosialisme dan komunisme yang menawarkan "keadilan" bagi para buruh dan kaum tertindas.

Ideologi itu semakin berkembang setelah kesuksesan Revolusi Bolshevik pada tahun 1917 di Rusia yang sangat menginspirasi gagasan komunisme. Hal itu membuat Tan Malaka semakin penasaran dengan gagasan komunisme dan melahap habis buku Karl Marx, Friedrich Engles, Vladimir Lenin, dll yang pada intinya menawarkan kesetaraan hak ekonomi bagi masyarakat. Lambat laun haluan ideologi Tan Malaka makin terbentuk ke arah ideologi sosialisme dan komunisme hingga dirinya sempet ketemu dengan Henk Sneevliet, tokoh komunis yang baru aja balik dari Hindia Belanda setelah mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) atau Perkumpulan Sosial Demokrasi Hindia, cikal bakal Partai Komunis Indonesia.

Implementasi Perjuangan (1919 – 1922)

Setelah menyelesaikan studi di Belanda, Tan Malaka menjadi seorang guru Bahasa Melayu untuk anak-anak buruh perkembunan teh dan tembakau di Sanembah, Sumatera Utara. Pengalaman mengajar inilah yang menjadi inspirasi pertama Tan Malaka untuk memperjuangkan hak rakyat dari bentuk kolonialisme Belanda. Dari pengalaman mengajar inilah, Tan Malaka melihat secara langsung penderitaan kaum buruh perkembunan teh yang diupah rendah, sering ditipu karena buta huruf dan tidak lancar berhitung, diperas keringatnya habis-habisan di tanah mereka sendiri.

Berbekal dari semangat membela kaumnya ini, serta pengetahuan sosial politik yang dia pelajarin selama di Eropa, Tan Malaka memutuskan untuk bergabung dengan organisasi ISDV. ISDV sendiri sebetulnya adalah organisasi bentukan para anggota partai buruh di negeri Belanda tahun 1914 yang bermukim di wilayah Hindia Belanda. Pergerakan organisasi ISDV ini berbasis ideologi Marxisme yang pada intinya memperjuangkan hak kepemilikan tanah dan alat produksi kepada rakyat agar tidak dimonopoli oleh kaum pemilik modal dan kolonial asing.

Perkumpulan ISDV ini bisa dibilang cukup radikal dalam ngelawan "penindasan" dari kolonial Belanda sampe-sampe ngerekrut para tentara dan pelaut Belanda buat angkat senjata ngelawan para komandan mereka sendiri. Ujung-ujungnya pihak Belanda memenjarakan para "penghianat" tersebut, sampai para pentolan ISDV yang orang Belanda (termasuk Sneevliet) dipaksa pulang kembali ke negeri Belanda.

Ternyata, gerakan ISDV yang terang-terangan membela kaum tertindas ini nggak betul-betul mati sepenuhnya. Dalam proses bentrokan ISDV dengan pemerintah Belanda, ISDV sempat mengundang simpati para pemuda muslim di Sarekat Islam (selanjutnya disebut SI), yang pada saat itu dipimpin oleh Semaoen dari Surabaya dan Darsono dari Solo. Lambat laun, gerakan ISDV ini semakin beralih dari "LSM wong londo pembela hak pribumi" jadi didominasi oleh kaum pribumi muslim. Sampai akhirnya pada tahun 1920, ISDV resmi berganti nama menjadi "Perkumpulan Komunis di Hindia" (PKH).

Sementara itu, Tan Malaka yang udah gemes banget melihat penderitaan para buruh, memutuskan pindah ke Jawa dan ikut berjuang bersama PKH hasil pentukan SI dengan ISDV. Di Semarang, Tan Malaka dipercaya untuk merintis Sekolah Rakjat untuk menjadi guru sekaligus kepala sekolah di Semarang. Ternyata, setelah bergabung dengan PKH, Tan Malaka nggak cuma sibuk ngajar mencerdaskan rakyat doang, tapi juga ikut berjuang di serikat pekerja/buruh di seluruh Jawa, dari serikat buruk tambang minyak, rel kereta, percetakan, dll.. semuanya diikuti oleh Tan Malaka agar hak para buruh dapat dibela oleh orang-orang terdidik.

Namun sayangnya, kolaborasi antara Sarekat Islam dengan PKH tidak berjalan harmonis karena banyak anggota SI (terutama H.Agus Salim) yang berpikir bahwa pandangan politik sosialis dan komunis tidak selaras dengan syariat Islam. Sementara itu, Tan Malaka sendiri berpendapat bahwa hal itu tidak perlu dipersoalkan. Tapi, ujung-ujungnya PKH tetap lepas sepenuhnya dari kepengurusan SI dalam keputusan Kongres Sarekat Islam VI 1921.

Setelah menjadi organisasi mandiri, PKH menunjuk Semaoen sebagai ketua. Dalam masa kepemimpinannya, Semaoen cenderung mengambil langkah hati-hati dan menghindarin konflik sama pemerintahan kolonial. Sementara itu Tan Malaka orang yang cenderung lebih gemes dan frontal dalam melawan Belanda. Sampai akhirnya, ketika Semaoen harus meninggalkan Nusantara untuk menghadiri konferensi buruh internasional di Moskow, Tan Malaka punya kesempatan untuk mengambil alih kepemimpinan PKH.

Gaya kepemimpinan Tan Malaka ini beda banget sama sama Semaoen, doi ngambil jalur radikal, bodo amat sama penilaian Belanda. Kalo bisa diibaratkan, Semaoen ini seperti Gandhi yang kalem, Tan Malaka ini seperti Che Guevara yang frontal. Malaka mimpin gerakan aksi demonstrasi para buruh dan pedagang kios pegadaian. Dari situlah, Tan Malaka berhasil mengambil kepercayaan masyarakat, terutama kaum pekerja, bahwa PKH adalah mitra sejati kaum pekerja dan bersedia untuk membantu melawan penindasan terhadap pekerja.

Lama kelamaan, pemerintah kolonial Belanda gerah juga sama satu tokoh yang udah bikin situasi bisnis mereka kacau di mana-mana, sampai akhirnya Tan Malaka ditangkep polisi Belanda. Kemudian, atas perintah Gubernur Jenderal Dirk Fock, Tan Malaka diasingkan ke Belanda biar ngga bisa mimpin pemberontakan lagi. Di situ, pemerintah Belanda bisa sedikit bernafas lega karena satu biang kerok sumber masalah berhasil "dibuang" jauh-jauh ribuan kilometer dari Hindia Belanda.

Perjuangan Dalam Masa Pengasingan (1922 – 1942)

Biasanya orang tuh ya, kalo udah ditangkep polisi, digebukin, sampai diasingkan, mbok ya harusnya kapok. Tapi, buat Malaka, sih, ga ada ceritanya dia kapok berjuang untuk rakyat Hindia Belanda. Di dalam pengasingan, Malaka malah join sama Communistische Partij Nederland (CPN) atau Partai Komunis Belanda. Lebih gawatnya lagi, saking cerdasnya Tan Malaka, dia juga kepilih jadi kandidat ke tiga untuk duduk di parlemen Belanda dari partai ini! Mantap! Bahkan sebetulnya, suara buat Malaka jauh ngelebihin kandidat nomer dua CPN. Sayangnya, karena umurnya masih muda banget (25 tahun), dia ngga bisa jadi anggota DPR-nya Belanda.

Selain radikal, Tan Malaka juga bisa kita bilang ngga bisa diem. Gagal jadi anggota parlemen di Belanda, dia pindah ke Berlin ketika ide komunisme sedang sangat berkembang pasca Perang Dunia I yang berhasil ngegulingin kekuasaan Kaisar Wilhelm II. di Berlin, Tan Malaka ketemu dan gabung lagi sama rekan seperjuangannya, yaitu Darsono (yoi! Darsono dari Solo pentolan Sarekat Islam), yang pada waktu itu jadi perwakilan COMINTERN (Communist International) di kota itu.

Setelah ketemu lagi sama Darsono, Tan Malaka ikut bergabung menjadi anggota Comintern dan pindah ke Moscow Rusia untuk berfokus mengurus negara-negara Timur termasuk Hindia Belanda. Pada Kongres Internasional Comintern ke empat tahun 1922, Tan Malaka bikin kaget para pemimpin-pemimpin komunis dunia, termasuk Lenin dan Trotsky, karena pendapatnya yang nyebutin bahwa Comintern bisa kerjasama dengan negara-negara Islam untuk membela kaum tertindas. Namun, gagasan itu tidak sampai direalisasikan. Berikut kutipan langsung pendapat Malaka di kongres tersebut:

“Bersandingan dengan Bulan Sabit, Bintang Soviet akan menjadi panji perang akbar untuk kira-kira 250 juta Muslim yang ada di Sahara, Arabia, Hindustan, dan Hindia Kami (Indonesia maksudnya).”

Berikutnya, Tan Malaka ditugaskan menjadi agen Comintern di Asia Tenggara dan bermarkas di Kanton, Tiongkok. Di sanalah, Tan Malaka menyusun sebuah gagasan masa depan bagi Hindia Belanda yang dia bukukan dengan judul “Naar de ‘Republiek Indonesia’” atau "Menuju Republik Indonesia". Buku yang disusun tahun 1925 ini menjadi tulisan pertama yang nyebut frase “Republik Indonesia” yang mengacu pada perjuangan kemerdekaan Hindia Belanda dari kolonialisme.

Buku ini berisi analisis Malaka terhadap kancah politik dunia pada saat itu, dan juga gagasan awal bagaimana sih perjuangan menuju negara bernama Indonesia itu direalisasikan. Selain itu, di buku ini Tan Malaka juga berhasil menganalisa sekaligus meramalkan dengan tepat bahwa ga lama lagi persaingan kekuatan ekonomi Jepang dan Amerika bakal berujung ke meletusnya perang di Pasifik, dimana situasi kekacauan itu bisa jadi kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan revolusi untuk melawan Belanda. Buku inilah yang pertama kali menginspirasi kaum cendekiawan muda di tanah air maupun Belanda (Soekarno, Hatta, Amir Sjarifuddin, Nasution, dkk) untuk ikut merealisasikan gagasan negara Indonesia ini menjadi kenyataan. Enam belas tahun setelah buku ini dicetak, analisa Tan Malaka terjadi. Beneran meletus tuh Perang Pasifik dalam rangkaian Perang Dunia II, sekaligus menjadi peluang bagi Bung Karno, Hatta, Sjahrir, dkk untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Setelah PKI dihancurkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1926, Tan Malaka ngediriin Partai Republik Indonesia di Manila. Dia ngejalanin partai ini dari jauh, dan mendirikan perwakilan di berbagai daerah di Indonesia dengan bantuan rekan-rekan mantan anggota PKI. Setelah puluhan tahun ngungsi, dipenjara-penjarain, dibuang dari satu negara ke negara lain, Tan Malaka akhirnya memutuskan untuk diem-diem balik ke Indonesia dengan naik perahu kecil secara rahasia nyeberang Selat Malaka, dan setelah nyampe di Jakarta, Tan Malaka menyamar sembari kerja jadi pegawai dinas kesejahteraan sosial.

Kembali ke Indonesia dan Perjuangan mempertahankan Kemerdekaan (1942 – 1949)

Walaupun Belanda udah diusir oleh Jepang, tapi Tan Malaka masih menyembunyikan jati dirinya sampai Bung Karno, dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 1945. Selama masa persembunyiannya itulah, Tan Malaka menulis karya terbesarnya yang berjudul “MADILOG (Materialisme-dialektika-logika)” -- sebuah buku yang isinya argumen dia tentang pentingnya pola pikir analitik dalam mencapai sebuah kesimpulan yang valid. Buku ini ditulis karena Tan Malaka ngeliat kelemahan terbesar sebagian besar rakyat Indonesia (yang pada masa itu) cenderung belum terbiasa berpikir kritis, seringkali tidak logis dan rasional, serta belum mampu berdialog secara sehat. Kurang gokil gimana lagi coba, doi?!

Setelah Jepang nyerah dari sekutu dan Indonesia memerdekakan diri, Malaka baru deh, merasa aman untuk munculin identitas aslinya ke muka umum. Langkah pertamanya sehabis Proklamasi dibacakan oleh Sukarno adalah tur keliling Jawa dan memberitakan "kabar gembira" tentang kemerdekaan sekaligus membakar semangat rakyat untuk betul-betul mempertahankan kemerdekaan sampai status ini diakui secara internasional.

Pada saat keliling Pulau Jawa ini, Tan Malaka melihat sendiri bahwa ternyata rakyat menyambut kemerdekaan ini dengan semangat yang luar biasa untuk mempertahankan tanah airnya, kalau perlu sampai mengorbankan nyawa. Namun di sisi lain, Tan Malaka justru melihat pergerakan pemimpin negara baru ini (Bung Karno, Hatta, Sjahrir) cenderung "lembek" dan terus mau disetir oleh orang Barat, supaya negara ini mendapat pengakuan oleh masyarakat internasional. Tan Malaka berpendapat, bahwa kemerdekaan ini sudah diraih sepenuhnya, dan kita tidak perlu lagi melakukan jalur perundingan apa-apa lagi, karena nanti khawatirnya, isi perjanjian tersebut akan merugikan Bangsa Indonesia di kemudian hari.

Dalam ujung tur keliling Jawa tersebut, Tan Malaka juga sempat bergabung dengan perjuangan rakyat Surabaya untuk secara langsung berjuang mengusir tentara Belanda (Allied Force for Netherland East Indies- AFNEI) yang dipimpin oleh Lord Mountbatten dan wakilnya, Brigadir Aubertin Walter Sothern Mallaby dalam upaya mencoba lagi menyusup ke Indonesia

Setelah memenangkan peperangan di Surabaya, pada bulan Desember 1945 Tan Malaka kembali berjuang di Purwokerto untuk menyusun strategi perlawanan total terhadap para penjajah Barat yang akhirnya jadi sebuah perkumpulan yang dinamain “Persatuan Perjuangan” (PP). Perkumpulan ini adalah sebuah manifesto dari kekecewaan rakyat Indonesia terhadap keputusan pemerintah Republik Indonesia yang pada saat itu cenderung untuk menempuh jalur perundingan buat dapetin pengakuan internasional. Ternyata dukungan dari perkumpulan PP ini buanyak banget, lho. Dalam waktu seminggu, udah ada ratusan organisasi gabung ke PP ini. Di sisi lain, pembentukan PP ini juga didukung kuat oleh Jenderal Sudirman, yang lagi sibuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan sekutu di Jawa Tengah.

Ironisnya, pendirian kelompok yang bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan inilah yang nantinya membuat Tan Malaka nantinya terbunuh oleh tentara Indonesia sendiri. Walaupun punya banyak dukungan dari rakyat, kepentingan para elit politik di Jakarta untuk meminimalisir konflik dengan pihak Barat terus mengintervensi "perjuangan lapangan" yang dilakukan oleh Tan Malaka. Pada puncak perjuangannya pada pertengahan tahun 1946, para pemimpin PP pada ditangkepin sama pemerintahan Sutan Sjahrir karena dianggap pembangkang yang bandel dan gak mau nurut sama pemerintah pusat.

Kekih deh Tan Malaka. Ngenesnya lagi, ternyata PKI sebagai partai yang dulu dia bela mati-matian sampe harus ngungsi ke banyak negara, malah bersikap pro sama Sjahrir. Tapi dasar emang Tan Malaka, sewaktu bebas dia berjuang di lapangan, kalo dipenjara itu saatnya untuk bikin buku bagus. Pada saat dipenjara sama Sjahrir inilah doi bikin beberapa buku mahsyur yang dikasi judul “Rentjana Ekonomi”, “Theses”, dan “Gerilya Politik Ekonomi (GERPOLEK)”.

Ketika dibebasin dari penjara sama Pemerintahan Amir Sjarifuddin (yang emang orang PKI), Tan Malaka langsung melihat kenyataan bahwa kekhawatiran dia selama ini yang menentang jalur perundingan ternyata kejadian juga melalui perjanjian Renville, yang isinya sebagai berikut:

  1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia
  2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
  3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Inilah yang bikin Tan Malaka jengkel, dan pembuktian bahwa jalur diplomasi pada masa awal kemerdekaan Indonesia itu adalah tindakan yang keliru karena kita bisa dimain-mainin sama Belanda yang udah jauh lebih punya pengaruh di dunia Internasional.

"Tuh kan gua bilang juga apa!! Ngapain sih harus berunding-berunding lagi segala, wong kita udah merdeka, ngapain harus berunding? Kalo berunding lagi bisa jadi kita nggak merdeka 100%!"

Itulah kira-kira isi hati Tan Malaka pada saat itu. Menanggapi isi perjanjian itu, Tan Malaka banyak banget membentuk gerakan masyarakat untuk menghimpun kekuatan massa yang menentang perjanjian Renville dan merebut kembali keutuhan wilayah Indonesia dari Sabang--Merauke dari mulai ngebentuk Gerakan Revolusi Rakyat (GRR), PARI, sampai Murba (Partai Musyawarah Rakyat Banyak).

Dalam situasi ini, Tan Malaka lagi-lagi dianggap sebagai "pembuat onar", namun kali ini bukan oleh Belanda, tapi oleh pemerintah Indonesia sendiri. Walaupun mulai dicap buruk oleh pemerintah pusat, Tan Malaka tetap bandel dan malah menghimpun kekuatan di Jawa Timur untuk menghadapi Agresi Militer Belanda II, yang akhirnya pecah bulan Desember 1948.

Dalam situasi genting seperti itu, Presiden Soekarno membekukan pemerintahan Republik dan menggantinya jadi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dengan pusatnya di Bukittinggi. Situasi ini semakin kacau dan mencekam bagi seluruh rakyat Indonesia yang terancam kehilangan identitasnya serta negara yang baru saja ingin dibangun. Dalam kondisi Indonesia yang antara ada dan tiada seperti itu, Tan Malaka ngomong di radio dari daerah Kediri, untuk tetap melanjutkan perjuangan dengan cara:

  1. Tidak mengakui Perjanjian Linggarjati dan Renville.
  2. Menghancurkan negara boneka bentukan Belanda.
  3. Mengambil alih semua wilayah Indonesia yang masih dikuasai oleh Belanda.
  4. Mengambil alih semua aset Belanda dan Eropa lainnya.
  5. Mengembalikan harga diri rakyat Indonesia.
  6. Mengabaikan seluruh ajakan perundingan.
  7. Tidak menyetujui perjanjian apapun yang tidak menyebutkan bahwa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945
  8. Menyatukan seluruh partai dan badan keamanan rakyat.

Himbauan inilah yang membakar semangat rakyat tapi juga sekaligus menyebabkan Tan Malaka dianggap sebagai pemberontak yang dianggap berbahaya oleh pemerintahan Perdana Menteri Muhammad Hatta. Sejak saat itulah Tan Malaka diburu oleh tentara negara yang dia bela mati-matian selama 30 tahun terakhir, sampai akhirnya terbunuh oleh tentara nasional Indonesia di Kediri Jawa Timur pada tanggal 19 Februari 1949 dan jenazahnya tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang. (ada yang menyebutkan Tan Malaka dikubur secara rahasia, ada versi lain yang menyebutkan mayatnya dihanyutkan di Kali Brantas).

Warisan Bagi Rakyat Indonesia

Sebagaimana setiap negara besar memiliki founding father, seperti katakanlah Amerika memiliki George Washington, Thomas Jefferson dan Benjamin Franklin. India punya M.K Gandhi dan Jawaharlal Nehru, Filipina punya Benigno Aquino dan Jose Rizal, Pakistan punya Muhammad Ali Jinnah, dan juga bangsa-bangsa lainnya. Kita bangsa Indonesia juga punya founding father, antara lain Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, Achmad Subardjo, Radjiman Wediodiningrat, dan juga Tan Malaka.

Empat belas tahun setelah kematiannya, tepatnya pada 28 Maret 1963 Presiden Soekarno mengangkat nama Tan Malaka sebagai pahlawan nasional Indonesia. Namun 3 tahun kemudian, setelah Soekarno turun dari jabatan presiden (1966) dan digantikan oleh era Orde Baru. Nama Tan Malaka kembali disembunyikan dari sejarah Indonesia, dan bahkantidak pernah disebutkan dalam daftar nama-nama pahlawan nasional di sekolah seluruh penjuru Indonesia selama puluhan tahun bahkan mungkin sampai sekarang. Penyebabnya? Apalagi kalau bukan keterlibatan Tan Malaka yang sangat kental dengan gerakan kiri, sosialis, atau komunis yang menjadi musuh besar pada era pemerintahan Orde Baru.

Mungkin lo semua mencoba menalar, apakah Soekarno, Hatta, Sjahrir, terlalu lembek menghadapi tekanan negara lain? Ataukah justru Tan Malaka yang terlalu sembrono dalam bertindak? Apakah Tan Malaka salah mengambil langkah dalam paham ideologi politik sosial-komunis? Bagi kita yang hidup di tahun 2015 dan mencoba melihat kembali ke belakang, mungkin akan sulit untuk meraba-raba mana yang lebih benar di antara mereka. Memang tidak selamanya Soekarno sejalan dengan Hatta, dengan Sjahrir, dan juga dengan Tan Malaka. Mereka semua, para pendiri negeri ini, memiliki pertimbangannya sendiri-sendiri dalam mengambil keputusan saat menghadapi kemelut situasi pada masa itu. Terlepas dari itu semua, setiap perjuangan mereka patut kita hormati, karena bagaimana pun mereka semua adalah founding father of Indonesia yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengantarkan seluruh rakyat Indonesia menuju kemerdekaan.

Semoga artikel ini, dapat kembali mengingatkan kita semua pada para pendiri negeri kita ini, khususnya untuk Tan Malaka yang paling sering dilupakan. Selamat ulang tahun ke-118 Tan Malaka (2 Juni 2015), semoga generasi Indonesia ke depannya dapat mewujudkan impian beliau untuk membangun masyarakat yang berpikir secara kritis, logis, rasional, dan mampu berdialog secara sehat. Merdeka!

"Lindungi bendera itu dengan bangkaimu, nyawamu dan tulangmu. Itulah tempat yang selayaknya bagimu, seorang putera Indonesia tempat darahmu tertumpah" - Tan Malaka, Massa Aksi (1927)

Sumber : https://www.zenius.net/blog/7968/biografi-tan-malaka

Fritz Haber, dari Pupuk ke Senjata Kimia

Menjelang tahun baru nanti, mungkin udah ada yang sibuk nih menyiapkan petasan dan kembang api untuk mengisi kemeriahan malam tahun baru. Sebagian besar dari kalian pasti sudah pada tau dong kalo petasan memanfaatkan mesiu sebagai bahan peledaknya. Dan, salah satu unsur yang dipake untuk membuat mesiu adalah Amonia. Tapi, sedikit sekali yang tahu sejarah penggunaan amonia sebagai salah satu unsur penting pembuatan bahan peledak erat sekali kaitannya dengan pengentasan ancaman kelaparan global. Loh, kok bisa, gimana ceritanya?

Di Zenius Blog kali ini, gue akan bercerita tentang sosok ilmuwan jenius yang kontribusinya sangat besar bagi kemanusiaan hingga merasuk ke sel-sel organisme yang hidup di muka bumi kini. Sosok yang berhasil menyelamatkan penghuni bumi dari krisis makanan. Ya, kita pernah mengalami masa, di mana umat manusia berada di ambang bencana kelaparan global, seperti di film-film. Kalau di film-film, sosok penyelamat yang mampu menghindarkan manusia dari ancaman kelaparan dan kepunahan biasanya diagung-agungkan sebagai pahlawan. Tapi, berbeda dalam kenyataan, sejarah mencatat, penyelamat manusia dari kelaparan juga seorang yang dituduh sebagai pembunuh massal. Tuduhan kontroversial yang membuat namanya tenggelam dan tidak seharum nama ilmuwan-ilmuwan besar lainnya..

 

Semangat Revolusi Industri dan Ramalan Malthus

The power of population is indefinitely greater than the power in the earth to produce subsistence for man”.

-Thomas Malthus-

Hayo, inget Thomas Malthus nggak? Mungkin kalian pernah denger kalo pakar demografi dan ekonomi Inggris ini pernah bilang bahwa pertumbuhan populasi dunia itu mengikuti barisan geometri (contoh: 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, ....) sementara pertumbuhan produksi makanan mengikuti barisan aritmetika (contoh: 1, 2, 3, 4, 5, 6, ...). Thomas Malthus meramalkan bahwa kalau begini terus, lama-lama bumi tidak akan mampu lagi memberi makan seluruh manusia yang ada. Kita akan dilanda krisis makanan.

Apa yang membuat Maltus membuat ramalan tersebut? Thomas Malthus ini hidup di tahun 1766–1834, di saat Revolusi Industri di Eropa baru saja dimulai. Revolusi Industri dimulai dengan penemuan mesin uap yang kemudian memicu berbagai penemuan atau inovasi teknologi lainnya yang merevolusi kehidupan manusia di segala aspek. Lahirlah mesin-mesin pabrik dan transportasi yang memungkinan masyarakat memproduksi barang dengan lebih cepat dan massal. Pabrik dibuka di mana-mana, lapangan pekerjaan terbuka luas. Perekonomian berkembang pesat. Populasi manusia pun meledak. Nah, ramalan Malthus dicetuskan berdasarkan pengamatannya terhadap perkembangan penduduk di era Revolusi Industri. Oiya, Wisnu pernah nulis lebih dalam tentang statistik populasi dunia. Secara singkat, perkembangan penduduk dalam 2.000 tahun terakhir bisa terangkum pada grafik di bawah ini.

Ternyata ramalan Malthus beneran kejadian. Produksi pangan pada saat itu tidak bisa mengimbangi membludaknya jumlah penduduk. Walaupun tanah-tanah baru di koloni-koloni bangsa Eropa di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia menjanjikan kenaikan produksi pangan, tapi ada hal yang sangat mengganggu para ilmuwan, terutama yang penelitiannya berkutat pada peningkatan produksi pertanian pada waktu itu.

 

Apa sih, sebenarnya masalah di bidang pertanian yang mengganggu produksi pangan pada masa Revolusi Industri hingga membawa ancaman kelaparan global?

 

Masalahnya terletak pada Nitrogen sebagai salah satu unsur hara vital bagi tanaman.

Tiap tanaman membutuhkan Nitrogen untuk pertumbuhan mereka. Nitrogen ini diperlukan untuk mensintesis asam amino yang nantinya menjadi protein, tulang punggung semua kehidupan di Bumi. Manusia juga memerlukan Protein. Tapi protein yang kita dapatkan berasal dari dua sumber, yaitu hewan yang kita ambil dagingnya dan tumbuhan dari biji atau produk metabolisme sekunder lainnya. Hewan herbivora pun mengambil protein dari tanaman. Dengan demikian, kemampuan tanaman untuk mendapatkan Nitrogen merupakan kunci penting bagi kehidupan di Bumi.

Atmosfer bumi kita ini kaya sekali akan Nitrogen. Bahkan 78% dari udara bumi adalah Nitrogen. Oksigen cuma 21%, karbondioksida 0,04%, sisanya gas-gas lain. Sayangnya, tanaman (ataupun hewan) tidak bisa semudah itu memanfaatkan langsung unsur nitrogen yang ada di udara. Tanaman baru bisa memanfaatkan nitrogen dalam bentuk nitrat (pupuk tanah).

Bagaimana tanaman mendapatkan suplai Nitrogennya dalam bentuk nitrat? Cara paling mudah adalah lewat tanah. Proses dekomposisi dari materi-materi organik, seperti tanaman mati, daun yang jatuh, bahkan bangkai-bangkai hewan jadi sumber untuk perombakan mikroorganisme dekomposer. Salah satu zat yang dirombak dari bangkai-bangkai tersebut adalah protein. Protein mengalami proses deaminasi, di mana gugus aminanya dikeluarkan dari asam amino, dan berlanjut berubah menjadi amonia. Amonia ini masih bersifat racun, belum bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Kerja dilanjutkan oleh bakteri nitrifikasi yang mengubah senyawa amonia beracun tersebut menjadi nitrit atau nitrat, yang diserap kembali oleh tanaman. Cara lainnya, Nitrogen juga dapat ditangkap dari udara oleh mikroorganisme kolega mereka yang bersimbiosis (mutualisme) di akar tanaman suku kacang-kacangan Leguminoceae, semisal Lamtoro atau tumbuhan Palawija.

Pada masa awal pertanian, petani masih menerapkan perladangan berpindah. Ketika para petani tersebut kembali ke lahan awalnya setelah berpindah-pindah selama 5 tahun, lahan awal sudah terisi lagi oleh senyawa-senyawa Nitrogen akibat mikroorganisme. Kedua prinsip di atas dapat digunakan untuk menghidupi populasi manusia yang masih hidup dalam populasi-populasi kecil.

Tapi, bagaimana dengan dunia di tahun 1800an, di mana populasi manusia meningkat secara eksponensial? Haruskah petani menunggu sampe 5 tahun lahannya agar kembali subur penuh nitrat melalui kerja "alamiah" mikrooorganisme? Terlebih lagi, semenjak Revolusi Industri, lahan pertanian makin sempit karena sebagian besar lahan dialihfungsikan sebagai lahan pabrik. Banyak petani banting setir jadi buruh pabrik. Lahan pertanian yang ada pun dieksploitasi dengan intensif.

Oleh karena itu, harus ada inovasi di bidang pertanian supaya kita sanggup memberi makan seluruh manusia di Bumi. Gimana tuh inovasinya? Jawabnya ada pada sosok ilmuwan Jerman keturunan Yahudi yang kontribusinya terhadap manusia terus menjadi kontroversi, Fritz Haber.

Kecemerlangan Haber Menjawab Ancaman Kelaparan Global

Fritz Haber lahir dari pengusaha keturunan Yahudi yang bergerak di bidang Farmasi, di Breslau Prusia, salah satu negara dalam Konfederasi Jerman pada Desember 1868. Alih-alih mengikuti jejak ayahnya menjadi pengusaha, Haber memilih jalur sains dan riset sebagai minatnya. Ketertarikan Haber ke sains dipicu oleh pamannya Hermann yang menyediakan ruangan di apartemennya untuk percobaan-percobaan kimia dasar sewaktu kecil. Ia lulus dengan predikat cum laude pada 1891 dari Universitas Friedrich Wilhelms di Berlin dengan spesialisasi di bidang Kimia Organik. Di tahun 1898, Haber pindah ke Karlsruhe dan diangkat menjadi Profesor penuh.

Pencapaian Haber yang paling cemerlang adalah sintesis Amonia dari Nitrogen di udara. Seperti dibahas sebelumnya, dunia terancam kelaparan akibat tanah kehilangan kesuburan karena hilangnya sejumlah besar Nitrogen akibat pertanian yang intensif. Hal yang sangat ironis karena komposisi Nitrogen di udara sebesar 78% tidak bisa digunakan oleh banyak tanaman secara langsung.

Teknik awal yang menggunakan suhu 1000 derajat celsius dalam tekanan normal, dirasa tidak efektif, hanya menghasilkan 0.0044% amonia. Haber memperbaharui teknik fiksasi ini dengan tekanan tinggi 200 atm dengan suhu yang tidak terlalu tinggi 600 derajat celsius, serta katalis kimia Osmium untuk “menangkap” Nitrogen dan “mengikatnya” menjadi senyawa amonia yang nantinya dapat diubah menjadi pupuk. Hasilnya? Efisiensi dari hasil amonia 0.0044% meningkat menjadi 18%. Terobosan ini sangat revolusioner dalam bidang pertanian, seolah-olah Haber dapat membuat “Roti dari udara”.

Ide fiksasinya menjadi industri massal pengadaan pupuk oleh perusahaan BASF (perusahaan kimia terbesar di dunia) yang dimotori saudara iparnya, Bosch. Karena itulah nama fiksasi Nitrogen sekarang dikenal dengan Proses Haber-Bosch. Mungkin kalian pernah dengar istilah ini di pas belajar Kimia kelas XI, bab Kesetimbangan.

Proses Haber-Bosch adalah salah satu pencapaian terbesar pada abad ke-20. Dulunya produksi pupuk sangat bergantung pada deposit amonia di alam yang terbatas. Sejak terobosan ini, pupuk dapat dengan mudah diproduksi dari nitrogen atmosfer yang melimpah. Produksi pangan langsung meningkat. Krisis makanan teratasi. Manusia terhindar dari kepunahan. Kini, hampir 100 juta ton pupuk dari nitogen sintetik diproduksi setiap tahunnya. Bahkan, stok pangan yang memberi makan hampir setengah populasi bumi jaman sekarang diproduksi melalui proses Haber-Bosch.

Untuk terobosan proses fiksasi Amonia dari nitrogen bebas ini, Haber mendapat hadiah Nobel..

Akan tetapi, penghargaan Nobel yang diraih Haber menuai banyak kontroversi dari kalangan ilmuwan sendiri. Banyak yang mengkritik Haber dan enggan untuk melabelinya sebagai pahlawan. Karena mereka menilai, Haber punya sisi lain yang pantas membuat dirinya disebut sebagai penjahat kemanusiaan. Bersiaplah untuk cerita kelam dari Haber..

 

Patriotisme dan Sains

Haber hidup pada masa semangat penyatuan Jerman dan nasionalisme yang dimotori oleh Otto Von Biscmarck menderu-deru. Ia sampai berpindah menjadi penganut Kristen, meninggalkan agama keluarga besar dan komunitasnya, Yahudi. Kepindahan Haber ini mungkin erat kaitannya dengan slogan Jerman bersatu yang meniadakan loyalitas dan afiliasi dengan hal-hal lama dan totalitas pengabdian untuk Jerman. Konversi ke Kristen memudahkan Haber melebur ke komunitas Jerman dan berakibat positif ke karirnya.

Patriotisme Jerman semakin bergemuruh ketika Kaiser Wilhelm II melihat bahwa Jerman belum mendapat negara untuk dikolonisasi. Jerman terlambat 200 tahun dalam era penjajahan dan kolonisasi. Negara Eropa lainnya punya Koloni untuk diekspoitasi. Inggris memiliki India, Prancis daerah Indocina dari Vietnam sampai Burma, Spanyol memiliki Amerika Selatan, bahkan Belanda, sebuah negara kecil memiliki Hindia Belanda yang luas, Indonesia sebagai sapi perahan.

Semangat ini menular ke Haber. Kata-kata patriotisme semacam “Perdamaian untuk umat manusia dan perang untuk tanah air” membuatnya menerima posisi tinggi sebagai Direktur di Institut Kaiser Wilhelm untuk Kimia Fisik. Di sini, ia banyak mendedikasikan penemuannya untuk pemerintah Jerman yang sedang sibuk perang dan agresi militer.

Hasil penemuan Haber, Fiksasi Amonia dari udara, menjadi kunci penting kemenangan Jerman di awal perang. Blokade suplai Nitrat dari Chili (produsen terbesar nitrat alami pada masa itu) oleh Angkatan Laut Inggris, tidak serta merta membuat Jerman lumpuh. Metode Haber selain membuat tanah subur dengan pupuk, juga menyediakan suplai Amonia untuk pembuatan mesiu. Sekali lagi Haber melakukan sihirnya, membuat “Mesiu dari udara”. Tapi dunia bersiap untuk sihir yang lebih mengerikan dari Haber.

Senjata Kimia Pertama

Dalam upaya perluasan kekuasaan, Jerman pun terlibat Perang Dunia I. Seorang jurnalis, Edmond Taylor, pernah bilang kalo PD I memakan korban dan menghancurkan bangunan lebih sedikit dari PD II. Namun, dalam banyak hal, PD I meninggalkan bekas luka yang lebih dalam. Pada Perang Dunia I inilah, senjata kimia pertama lahir.. atas kontribusi Fritz Haber.

Tanggal 22 April 1915, setahun setelah perang dimulai. Jerman sedang alot perang menghadapi Prancis. Fritz Haber berdiri di medan pertempuran Ypres (Belgia) dengan seragam militer sambil menyalakan cerutu. Ia mengawasi pelepasan 168 ton gas Klorin (yang ia kembangkan sebagai senjata kimia) dari 6000 kaleng oleh pasukan Jerman. Ia memperkirakan arah angin akan bertiup ke arah baris pertahanan pasukan Prancis. Tidak perlu membom dari udara, lepaskan gas dan angin yang akan membawa awan kuning gas kematian ke kubu Prancis dan Belgia. Sekitar 10 ribu korban jatuh pada jam-jam pertama, gas memenuhi parit-parit pertahanan, tidak ada tempat lari semua udara dipenuhi asap kuning.

Penuturan salah satu prajurit Kanada, Sersan Elmer Cotton yang selamat dari Ypres:

Kepala seperti sakit sekali seperti terbelah, rasa haus yang hebat dan berakibat kematian langsung jika meminum air. Paru-paru seperti ditusuk pisau, batuk-batuk mengeluarkan lendir hijau dari hidung dan mulut. Rasanya seperti mati tenggelam pelan-pelan di darat

Ribuan tentara Prancis lari ke arah baris pertahanan Jerman, kesakitan, bingung dan buta akibat gas. Kondisi pasukan tersebut membuat ngeri, bahkan pasukan Jerman. Mereka meminta pasukan Prancis yang selamat untuk rebah dan menerima peluru yang ditembakkan dari senapan-senapan Jerman, supaya kematiannya tidak terlalu menyakitkan oleh gas klorin.

Sukses besar dari pertempuran kimia pertama dilanjutkan. Ypres lagi-lagi menjadi saksi brutalnya senjata kimia yang dilepaskan dalam skala besar. Pertempuran Ypres kedua memakan korban 70 ribu tentara Prancis dan Inggris, serta 35 ribu tentara Jerman – Austria.

Atas kesuksesan serangan Jerman ini, Haber diberi pangkat Kapten oleh pemerintah Jerman dan diundang pada pesta perayaan di Berlin. Haber berada di puncak dunia, menyelesaikan masalah pangan, kelangkaan mesiu, dan memberi senjata mematikan untuk militer Jerman. Tapi tragedi akan masuk dalam hidup Haber.

Dibuang dan Dikucilkan, Tirai Kekaisaran Haber Ditutup

Sesaat setelah pesta yang diadakan untuk Haber atas suksesnya pertempuran Ypres kedua, Clara Immerwahr, istri Haber mengungkapkan kekecewaannya pada Fritz Haber, suaminya. Clara sangat depresi dengan keterlibatan suaminya menjadi kaki tangan militer Jerman. Clara, yang juga ilmuwan kimia, kecewa bahwa sains yang ia sukai dan tekuni jadi senjata pembunuh massal di tangan Fritz. Semua saran untuk meninggalkan militer dan kembali ke riset untuk kemanusiaan tidak ditanggapi Haber yang menggebu-gebu ingin membuktikan patriotisme Jermannya. Mungkin hal ini disebabkan oleh posisi Haber yang terlahir sebagai Yahudi yang dianggap sebagai kelas kedua di komunitas Jerman saat itu. Clara tidak mampu menahan lagi. Malam tanggal 5 Mei 1915, ia mengambil revolver dari laci Fritz Haber, berjalan sendiri ke taman depan rumah mereka, dan menembak dirinya sendiri. Jenazah Clara ditemukan esok paginya oleh Hans anaknya. Haber yang terkejut, tidak sempat mengurus jenazah Clara karena tidak mendapat ijin cuti dari Kekaisaran Jerman. Front Rusia menunggu untuk digas hari ini. Perang tidak mengenal cuti.

Penggunaan senjata kimia, seolah membuka kotak Pandora yang mengeluarkan beragam iblis dari dalamnya. Inggris dan Prancis yang kehilangan banyak pasukannya di pertempuran Ypres, membalas dengan hal serupa, gas kimia. Senjata kimia yang jadi keunggulan Jerman sekarang dimiliki oleh kedua pihak. Pertempuran yang mengerikan jadi tambah menjadi neraka. Kondisi perang berbalik ketika Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson memutuskan terjun ke perang Eropa di sisi Inggris dan Prancis. Ditambah dinamika revolusi Bolshevik yang terjadi di Rusia serta kalah jauhnya teknologi perang yang dimiliki Kesultanan Ottoman di Turki, maka Jerman menyatakan kekalahan perang pada tahun 1918.

Buat yang penasaran dengan kronologi detil Perang Dunia I, bisa nonton video zenius.net-nya di sini.

Tuduhan penjahat perang oleh Sekutu membuatnya harus mengungsi ke Swiss dan menyembunyikan diri beberapa bulan. Antara tahun 1920 sampai 1926, Haber, masih berusaha membuat keajaiban. Inflasi hebat yang melanda Jerman paska perang membuat ekonomi hancur lebur. Untuk meringankan bencana ekonomi ini, Haber menawarkan untuk mengekstrak emas dari air lautan ke pemerintah Jerman. Tapi, jumlah molekul emas yang hanya 10 bpm (bukan lagi per juta, tapi Bagian Per Miliar) di laut, membuat proses ini tidak efisien.

Naiknya partai Nazi ke puncak pemerintahan akibat kekecewaan warga Jerman karena kekalahan perang membuat posisi Haber menjadi semakin sulit. Darah Yahudi yang ada di dalam dirinya membuat ia sasaran yang tepat untuk kemarahan warga Jerman yang mengagungkan ras Aria, kampanye fasis dari partai Nazi. Di akhir karirnya, ia mencoba menarik hati pemerintahan Nazi dengan membuka arsip-arsip lama di tahun 1920an, senjata kimia yang tidak berbau tapi sangat mematikan, Zyklon B. Tragisnya, gas ini yang kemudian hari di akhir Perang Dunia II, dipakai oleh Nazi untuk membunuh ribuan orang Yahudi di kamp konsentrasi. Banyak dari mereka adalah kerabat dan saudara Fritz Haber.

Dibuang oleh komunitas ilmuwan Eropa karena dianggap sebagai seorang yang sadis, menggunakan senjata kimia pembunuh massal. Kesedihan yang melanda dari meninggalnya Clara dengan cara yang tragis. Diancam untuk dibunuh oleh partai Nazi karena darah Yahudinya. Terbuang dari negara Jerman yang ia bela selama perang. Ia berpindah-pindah tempat dari satu negara ke negara lainnya. Akhirnya, Haber meninggal di Basel Swiss pada 29 Januari 1934 dalam perjalanan tanpa tujuan ke selatan. Dalam wasiatnya ke anaknya Hans, ia meminta dikuburkan di sebelah makam istrinya Clara di Dahlem Berlin.

 

****

Zenius sering sekali mention nama-nama tokoh yang berhasil mengubah dunia dalam artian positif. Sebelumnya kita pernah nulis tentang Bill Gates yang mendedikasikan harta kekayaannya untuk mengentaskan kemiskinan di dunia, Soe Hok Gie sebagai pemikir intelektual yang mengkritik ketidakadilan dan kemunafikan, hingga deretan nama besar lainnya yang seru banget untuk dipantengin kisah hidupnya. Tapi, Fritz Haber, adalah kisah nyata dari depiksi karakter saintis gila atau kejam yang sering menjadi tokoh antagonis di film-film Hollywood. Terlepas dari kompleksitas kehidupannya, kita tidak bisa melupakan kebrilianan sosok Fritz Haber yang terus menjadi reminder bagi dunia sains.

Sumber : https://www.zenius.net/blog/6247/biografi-fritz-haber