Tampilkan postingan dengan label Tips. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tips. Tampilkan semua postingan

Mau belajar SBMPTN lebih awal, sebaiknya mulai dari mana?

Meskipun sekarang ini kita masih memasuki awal-awal bulan dari tahun ajaran baru, tapi kalo gua perhatikan traffic yang akses zenius.net, ternyata gak sedikit juga siswa kelas 12 SMA/SMK maupun alumni SMA/SMK yang udah bertekad dari jauh-jauh hari untuk mulai persiapan belajar menghadapi sbmptn 2016! Mungkin kesannya rada lebay kali ya, ujian SBMPTN-nya aja masih bulan Juni tahun depan, masa belajarnya udah mulai dari bulan September sekarang?

Untuk bisa dibilang lebay atau nggak, sebetulnya relatif juga yah. Kalo kita berkaca pada tingkat persaingan SBMPTN setiap tahunnya (15% - 18%), emang bisa disimpulkan persiapan belajar untuk SBMPTN itu gak bisa sembarangan. Jadi gua maklum banget kalo cukup banyak di antara murid zenius, yang udah bertekad belajar SBMPTN dari bulan-bulan sekarang.. dan emang jujur aja nih ya, selama gua jadi pemerhati pendidikan 3 tahun belakangan ini, bisa dibilang salah satu kesalahan umum siswa kelas 12 itu adalah : kelamaan nunda belajar untuk SBMPTN karena terlalu berharap pada jalur seleksi SNMPTN. Buat lo yang mungkin punya harapan besar untuk bisa masuk PTN melalui jalur SNMPTN, mungkin ada baiknya melihat data persentase penerimaan SNMPTN skala nasional ini:

Tahun Jumlah Peserta SNMPTN Peserta Yang Lolos Persentase Penerimaan SNMPTN
2015 852.093 137.005 16,07%
2014 777.536 125.406 16,13%
2013 765.531 133.604 17.45%

Yah intinya, tingkat persaingan di jalur SNMPTN itu sangat ketat, untuk tahun depan (2016) kemungkinan besar persentase penerimaannya juga gak beda jauh, sekitar 16-17%. Di sini, gua bukan bermaksud ngelarang lo ikut seleksi SNMPTN ya... tentu lo berhak daftar dan ikut jalur seleksi SNMPTN, dan emang gak ada salahnya juga untuk dicoba. Tapi saran dari gue, sebaiknya lo mengasumsikan bahwa keterima di SNMPTN itu adalah bonus aja. Kenapa? karena pada dasarnya kecuali lo sekarang adalah siswa kelas 10 semester 1-2, udah gak terlalu banyak yang bisa lo lakukan untuk mengubah hasil seleksi SNMPTN (selain dengan cara taktis milih jurusan). Sebaliknya untuk jalur SBMPTN, lo masih punya cukup banyak waktu mempersiapkan diri untuk belajar SBMPTN 2016.

"Okay tapi masalahnya, kalo mau mulai belajar untuk SBMPTN harus mulai dari mana nih? Sementara gua sendiri aja masih bimbang mau masuk jurusan mana. Belum lagi, gua gak tau seberapa banyak bahan SBMPTN yang harus dipelajari."

Nah, justru di artikel ini gua mau menjawab semua pertanyaan lo itu. Singkatnya, ujian SBMPTN itu dibagi menjadi 3 materi ujian, yaitu TKPA, TKD Saintek dan TKD Soshum. Bagi lo yang nantinya mau daftar jurusan bercorak IPA, seperti teknik, mipa, kedokteran, dsb berarti lo harus mengambil ujian TKD Saintek dan TKPA. Sementara bagi lo yang mau daftar jurusan kuliah bercorak IPS, seperti hukum, ekonomi, ilmu politik, dsb berarti lo nantinya mengambil ujian TKPA dan TKD Soshum. Kira-kira gambarannya seperti ini:

Untuk lebih detailnya, lo bisa ngeliat pembagian rundown ujian pas hari-H SBMPTN 2015. Dalam artikel ini, gua asumsikan peraturan pemerintah masih sama dengan tahun lalu (terkait rundown ujian SBMPTN) yang diselenggarakan hanya pada 1 hari.

 

Kalo lo perhatiin rundown di atas, gak heran yah kenapa ujian TKPA ditaro di tengah diapit oleh Saintek dan Soshum. Jelas alesannya supaya yang ambil jurusan kuliah IPA, bisa ujian Saintek dulu pagi-pagi, baru lanjut TKPA siangnya. Sementara yang ambil jurusan IPS, bisa bersama-sama ujian TKPA siang, terus lanjut Soshum sore harinya.

Okay, berdasarkan pembagian 3 kategori ujian beserta dengan sub-materi yang perlu dipelajari, mungkin lo bingung harus mulai dari mana belajarnya. Dalam kesempatan ini, gua pribadi berpendapat... bagi lo yang mau mencuri start belajar duluan untuk persiapan SBMPTN dibandingkan para pesaing yang lain, gua sarankan untuk fokus memantapkan materi TKPA dulu aja sebelum lo mulai nyentuh materi Saintek atau Soshum. Kenapa lebih baik fokus ke materi TKPA dulu aja? Ada beberapa alasan yang menurut gua penting, di antaranya adalah:

1. Mau gak mau, (hampir) pasti lo akan menghadapi materi TKPA.

Terlepas lo akan ambil SBMPTN Saintek, Soshum, atau IPC lo pasti akan menghadapi ujian TKPA. Bahkan beberapa Ujian Mandiri PTN maupun PTS, juga memberikan ujian materi TKPA. Jadi bisa dibilang, you have nothing to lose kalo mau mulai memantapkan materi TKPA untuk mencuri start belajar dari pesaing lo yang lain.

2. Buat yg masih bimbang ambil Saintek/Soshum. Belajar TKPA dulu adalah jalan paling aman.

Bagi sebagian orang, emang perlu sedikit waktu untuk merenungkan arah masa depannya mau ambil jurusan apa. Emang wajar banget kalo di bulan-bulan awal tahun ajaran begini, lo masih dalam proses merenungkan mau masuk jurusan mana. Bisa jadi lo sekarang minat di bidang kedokteran, eh taunya nanti Januari tiba-tiba tertarik masuk ekonomi. Ada juga mungkin yang sekarang kepikiran buat lintas jurusan dari IPA ke IPS (atau sebaliknya), eh taunya pas bulan Februari gak jadi mau lintas jurusan. Nah, supaya waktu dan energi lo gak terbuang percuma, gua pribadi menyarankan mending main aman dengan, dengan mencurahkan waktu dan energi lo untuk mantepin materi TKPA aja dulu. Kan berabe juga kalo misalnya lo udah keasikan belajar materi Saintek berbulan-bulan, eh taunya di tengah jalan kepincut pengen masuk jurusan IPS.

3. Materi TKPA itu relatif bisa jadi 'lumbung nilai', tapi malah sering diremehin! (terutama sama pesaing lo)

Seriously, banyak peserta SBMPTN yang ngeremehin materi TKPA alias belajarnya cuma setengah-setengah (bahkan ada juga yang gak belajar sama sekali), terus akhirnya nyesel karena point mereka justru ancur berantakan di materi yang harusnya bisa jadi 'lumbung nilai'. Kalo gua boleh berpendapat, sebetulnya materi TKPA ini gampang-gampang-susah. Maksudnya gimana?

Kalo dari jumlah materi dan tingkat kesulitannya, menurut gua materi TKPA ini relatif lebih mudah dan bahan materinya lebih sedikit daripada TKD Saintek maupun TKD Soshum. Masalahnya, banyak peserta SBMPTN yang ngeremehin TKPA & jarang latihan soal/try out. Akibatnya waktu ujian hari-H : banyak kena jebakan soal, gak teliti baca soal, gak taktis waktu jawab soal, kelamaan ngulik soal tanpa nyadar kalo waktu yang dikasih dikit banget, banyak soal yang gampang tapi gak kesentuh karena udah waktunya keburu udah selesai, dsb.

****

Okay, intinya sih jangan sampai lo kepeleset di materi yang harusnya bisa jadi kesempatan bagus buat lo untuk mendulang point sebanyak-banyak. Nah, sekarang gua mau bahas ujian TKPA ini secara umum, baru nanti gua bahas lebih detail.

Gambaran Umum Ujian TKPA

Ujian TKPA secara umum terbagi menjadi 3 mata pelajaran utama yaitu TPA (45 soal), Matematika Dasar (15 soal), Bahasa Indonesia (15 soal), dan Bahasa Inggris (15 soal). Berarti total soal materi TKPA adalah 90 nomor dengan durasi waktu ujian 105 menit. Biar lebih kebayang, lo bisa lihat illustrasi di bawah ini:

 

Perlu dicamkan baik-baik bahwa tes TKPA ini (menurut gua sih) memang didesain supaya (hampir) mustahil semua nomor bisa diselesaikan dengan waktu yang disediakan. Coba pikirin aja, dengan total jumlah 90 nomor dan waktu yang tersedia 105 menit. Berarti kalo dipukul rata, setiap nomor (seolah-olah) bisa dikerjakan 1 menit 10 detik. Padahal kalo dipikir baik-baik tipe soal logika analitik, bahasa indonesia, dan bahasa inggris itu memerlukan waktu yang relatif lama untuk dijawab karena lo dituntut untuk membaca bahan teks yang panjang dulu sebelum menjawab soal.

Jadi yang mau gua tekankan di sini adalah: jangan terlalu lama berkutat sama soal-soal tertentu. Ingat bahwa target utama lo dalam ujian TKPA adalah mendulang point sebanyak-banyaknya, jangan sampai soal-soal yang sebetulnya mudah dikerjakan, malah jadi terlewat/gak sempet dikerjain hanya karena waktunya udah keburu habis.

Di sisi lain, lo juga harus mikirin porsi pengerjaan antara soal TPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris supaya sebisa mungkin seimbang. Kesalahan umum yang sering banget kejadian adalah: Lo keasikan berlama-lama ngulik soal TPA & matdas, terus waktu mau mulai ngerjain soal Bahasa Indonesia, gak sadar kalo siswa waktunya tinggal 15 menit lagi! Akhirnya lo panik terus ngerjain soal Bahasa Indonesia dan Inggrisnya terburu-buru, gak teliti, banyak kejebak, bahkan ada aja siswa yang sampai gak sempet nyentuh soal Bahasa Inggrisnya sama sekali.

Nah, saran dari gua, lo bikin porsi waktu pengerjakan masing-masing soal supaya seimbang, misalnya:

  • Porsi waktu mengerjakan soal TPA (45 soal) = 40 menit
  • Porsi waktu mengerjakan soal Matdas (15 soal) = 20 menit
  • Porsi waktu mengerjakan soal Bhs Indonesia (15 soal) = 15 menit
  • Porsi waktu mengerjakan soal Bhs Inggris (15 soal) = 15 menit
  • Porsi waktu mengulang soal yang terlewat atau gak yakin jawabannya bener = 15 menit

Jadi waktu ngerjain soal TPA, biasakan kerjakan itu dengan cepat. Fokus sama soal yang lo pasti bisa dulu. Kalo ada yang kira-kira sulit, langsung lewatin aja dulu, jangan buang-buang waktu. Biasakan lo membuat porsi waktu pengerjaan, jangan berkutat sama satu soal terlalu lama. Pastikan pada menit ke-40, seenggaknya lo udah 'menyentuh' semua soal TPA, terlepas ada beberapa nomor yang kelewat itu wajar. Segera masuk ke 15 soal matdas, kerjakan tipe soal yang paling lo kuasai, mudah, dan cepat. Kalo ada soal yang kira-kira makan waktu lama atau sulit, lewatin aja dulu sambil diberi tanda. Untuk materi Bahasa Indonesia, gunakan strategi yang sama, kerjakan dengan cepat, lewati soal yang kurang yakin, pastikan 15 nomor bisa 'tersentuh' dalam waktu 15 menit. Begitu juga dengan soal Bahasa Inggris, biasakan kerjakan dengan cepat, efektif, dan melakukan pembagian waktu yang strategis.

Dengan waktu yang tersisa (misalnya 15 menit), lo bisa gunain waktu itu untuk ngecek lagi soal-soal yang tadi dilewat, ngecek apakah kode soal udah bener, nomor peserta ujian udah bener, dsb. Mungkin emang gak seluruh soal bisa sempet lo jawab karena waktunya emang sengaja dibuat supaya mepet banget. Tapi senggaknya lo bisa mengalokasikan seluruh kemampuan lo secara merata dan efektif pada semua soal yang pasti bisa lo kerjain. Coba lo biasakan untuk disiplin membagi porsi waktu pengerjaan dari sejak try out sbmptn sekarang-sekarang, jadinya nanti pas hari-H SBMPTN, lo udah terbiasa disiplin memanfaatkan waktu secara optimal. Lebih detail tentang strategi belajar masing-masing materi TKPA, gua bahas di bawah ini:

 

TPA - Tes Potensi Akademik (45 soal)

TPA atau Tes Potensi Akademik biasanya sering dikait-kaitkan dengan semacam tes IQ yang materinya gak perlu dipelajari. Anggapan itu salah banget yah guys. Materi TPA itu memang secara teori gunanya untuk mengukur kemampuan logika, pemahaman komunikasi lo, daya analisa, dsb... yang pada intinya, tes TPA itu menjadi standard tertentu bagi universitas untuk menyaring para calon mahasiswanya. Tentu sebagai pihak universitas, mereka pengennya dapet para calon mahasiswa yang bisa berpikiran logis, daya analisa tinggi, kemampuan memahami bahasa komunikasi dengan baik, dsb.

Nah, komponen soal TPA itu sendiri ada macem-macem, dan setiap buku panduan biasanya punya istilahnya sendiri-sendiri. Kalo untuk versi zenius, gua sempet nanya ke Wilona (tutor TPA zenius), dia pribadi membagi komponen soal TPA jadi lumayan detail dan komprehensif, yaitu 7 komponen berikut:

  1. Verbal
  2. Logika Proposisi
  3. Logika Analitik
  4. Pola Barisan
  5. Aritmetika
  6. Diagram Venn
  7. Pola Gambar

Nah, cuma masalahnya dari 8 komponen soal ini, bisa jadi gak seluruhnya keluar dalam 60 nomor soal TPA. Kadang-kadang pada SBMPTN tahun tertentu, porsinya lebih banyak di logika analitik, pada tahun yang lain malah lebih banyak soal verbal yang keluar, kadang yang dominan pola gambar, dst.. Terus gimana dong? Yah, solusinya ya pelajari aja semua komponen soalnya dengan sebaik-baiknya!

 

Matematika Dasar SBMPTN (15 soal)

Okay, untuk bahan Matdas, rasanya gua gak perlu bahas panjang lebar, karena pada artikel zenius sebelumnya, Wisnu udah bahas seluruh tips, strategi belajar, dan juga pembagian materi berdasarkan kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Selain itu, Wisnu juga udah sempat membedah frekuensi materi bab yang paling sering keluar untuk soal-soal SBMPTN Matdas dari soal SBMPTN Matdas 2010-2014, berikut adalah pembagian topik soal-soal Matematika Dasar yang udah dikupas oleh Wisnu:

Okay, berdasarkan pembagian topik di atas, moga-moga cukup membantu lo untuk melihat prioritas bab mana aja yang lebih fokus untuk dipelajari yak.

 

Bahasa Indonesia SBMPTN (15 soal)

Kadang mungkin banyak orang mikir, apa susahnya sih ujian Bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia kan bahasa 'ibu' yang kita gunakan sehari-hari? Masa iya, kayak gitu doang gak bisa? Ironisnya, mayoritas kegagalan siswa SMA pada ujian nasional dari tahun ke tahun itu justru pada ujian Bahasa Indonesia. Kenapa bisa begitu? Ada beberapa faktor, salah satunya karena kita gak sadar bahwa komunikasi yang kita gunakan sehari-hari itu sudah tidak bisa dibilang penggunaan Bahasa Indonesia yang benar, tidak terkecuali yang hidup di kota besar apalagi yang di daerah terpencil.

Terlepas dari itu, pelajaran Bahasa Indonesia memang dari dulu relatif disepelekan, dianggap remeh, dan tidak penting. Padahal faktanya, soal ujian Bahasa Indonesia itu gampang-gampang susah, banyak jebakan, dan menuntut kecermatan dan logika yang baik.

Kalo lo perhatiin, mungkin dari tahun ke tahun tipe pola soal Bahasa Indonesia di SBMPTN ya gitu-gitu aja, paling ditanya ide pokok, gagasan utama, topik bahasan, tema artikel, atau kesimpulan dari bacaan. Herannya, masih banyak siswa yang masih gak ngerti apa itu bedanya topik dengan tema, masih gak bisa bedain apa itu gagasan utama dan kesimpulan pada bacaan. Jadi seringnya para peserta ujian itu ngerasa pede bisa ngerjain, padahal jawabannya banyak yang salah. Nah lho, jangan sampai impian lo untuk bisa kuliah di PTN favorit malah gagal hanya gara-gara pelajaran Bahasa Indonesia yak!

 

Bahasa Inggris SBMPTN (15 soal)

Okay, pada soal Bahasa Inggris, lo akan berhadapan dengan 15 soal pertanyaan dalam bacaan atau biasa disebut dengan istilah Reading Comprehension. Sekilas bentuk 'pertanyaan dalam bacaan' itu kesannya cuma hal yang sepele, apalagi jumlah soalnya cuma 15 nomor doang. Tapi jangan salah guys, justru karena kesannya sepele inilah, banyak banget peserta SBMPTN (baca: para pesaing lo) yang terlalu ngeremehin materi ujian Bahasa Inggris. Kok bisa ya 15 nomor soal yang bentuknya pertanyaan dalam bacaan aja bisa sampai jadi momok tersendiri yang gak bisa diremehin?

Okay, berdasarkan hasil obrolan gua dengan Donna (tutor Bahasa Inggris zenius) dan anak-anak alumni zenius, beberapa kesalahan umum yang sering kejadian adalah... otak lo udah keburu butek duluan gara-gara dihajar sama 45 soal TPA + 15 soal matdas + 15 soal Bahasa Indonesia... Jadinya waktu lo baru mulai masuk ke soal Bahasa Inggris, mental lo udah drop duluan begitu ngeliat bacaan Bahasa Inggris yang panjang-panjang, belum lagi waktu yang tersisa buat ngerjain soal Bahasa Inggris itu seringnya udah mepet banget. Dalam kepanikan, biasanya peserta ujian malah asal nembak atau nyerah gak diisi sama sekali. Gak jarang, hal inilah yang jadi salah satu penyebab peserta gagal dalam ujian SBMPTN.

Sekarang lo coba pikirin aja deh, yang namanya PTN top nasional itu pasti punya standard tersendiri untuk menyaring para calon mahasiswanya dong. Hampir pasti sih, salah satu standard itu adalah kemampuan Bahasa Inggris yang cukup baik. Kenapa kemampuan Bahasa Inggris jadi standard? Lo bayangin aja, dari mulai buku cetak, jurnal ilmiah, sumber referensi artikel, bahkan kadang soal ujian waktu kuliah itu menggunakan Bahasa Inggris! Sekarang kalo dalam ujian SBMPTN lo gak ngisi soal Bahasa Inggris sama sekali atau asal nembak doang... secara gak langsung lo memberikan kesan pada tim seleksi, bahwa kemampuan Bahasa Inggris lo payah banget atau bahkan gak bisa sama sekali! Akibatnya ya jelas lo gak akan masuk standard untuk bisa jadi calon mahasiswa di PTN top nasional dong...

"Nah lho, terus gimana dong? Bahasa Inggris gua kan emang payah. Apalagi kalo waktu ngerjain, otak gua udah terkuras habis ngerjain soal TPA dan Bahasa Indonesia. Apa yang harus gua lakukan?"

Nah, cara supaya lo bisa tahan ngehadepin soal Bahasa Inggris pas otak udah capek itu ya gak ada cara lain selain dibiasain! Maksudnya 'dibiasain' itu gimana? Maksudnya lo coba latih otak lo untuk terbiasa membaca teks Bahasa Inggris sampai betul-betul lancar. Kalo lo dari jauh-jauh hari udah terbiasa baca teks Bahasa Inggris, maka energi yang otak lo gunakan untuk baca teks Bahasa Inggris itu jadi relatif enteng! Jadi walaupun otak lo sebetulnya udah agak letih karena habis ngerjain soal TPA dan Bhs Indonesia, waktu berhadapan dengan bacaan Bahasa Inggris gak perlu jiper/takut lagi, karena itungannya bacaan kayak gitu udah jadi makanan ringan buat lo, hehe..

Terus gimana dong caranya supaya bisa dibiasain? Kuncinya memang persiapan belajar Bahasa Inggris itu jangan diremehin! Otak lo itu perlu proses adaptasi untuk bisa menguasai bahasa lain, jadi persiapannya pun gak bisa sebentar.

****


Okay, itulah kurang lebih beberapa tips dari gue terkait bagaimana sebaiknya lo mengalokasikan waktu dan energi untuk belajar SBMPTN pada bulan-bulan awal seperti ini. Buat lo yang baca artikel ini di waktu yang relatif udah mepet, gua sarankan lo baca artikel ini:

Kalo gua baru mulai belajar SBMPTN dari sekarang, masih sempet gak yah?

Moga-moga artikel ini bermanfaat buat lo semua, khususnya buat lo yang mau ngejar point sebanyak-banyaknya pada materi ujian TKPA. Good luck everyone, and do your best!

Sumber : https://www.zenius.net/blog/9096/belajar-sbmptn-tkpa-tpa-bahasa-indonesia-inggris

Ngejar IPK tinggi atau Aktif Organisasi / Kepanitiaan?

Halo guys... apa kabar nih liburannya? Buat lo anak kelas 12 & alumni mungkin lagi harap-harap cemas ya nunggu pengumuman SBMPTN 2016. Atau mungkin ada juga yang masih sibuk ikut beberapa Ujian Saringan Mandiri sebagai alternatif lain masuk kuliah selain SBMPTN & SNMPTN. Nah, terlepas dari hasil pengumuman SBMPTN, gua mau cerita-cerita dikit nih tentang dunia perkuliahan di kampus. Jadi bagi lo yang sebentar lagi masuk ke dunia perkuliahan, atau bagi para alumni zenius yang sekarang lagi menempuh kuliah di semester awal kuliah, kemungkinan topik yang akan gua bahas ini bakalan cocok dan bersentuhan banget sama keseharian lo.

Oke, lo mungkin udah bisa nebak sendiri apa yang mau dibahas dengan ngeliat judul artikel di atas. Yak, kesibukan di dunia perkuliahan emang macem-macem deh! Dan hal itulah yang membuat mahasiswa seringkali harus memilih kegiatan apa yang mau dijalaninya. Ada tipe mahasiswa yang memang fokusnya cuma kuliah, ngerjain tugas, belajar buat ujian, dan mengejar nilai akademis (baca: IPK) setinggi mungkin. Ada mahasiswa yang malah fokus sama organisasi kemahasiswaan, ada juga tipe yang sibuk dengan UKM (unit kegiatan mahasiswa) dan kerjaannya ikut lomba ini-itu atau pertukaran pelajar sampai ke luar negeri. Belum lagi, tipe mahasiswa yang suka asik-asikan aja ikut kepanitiaan acara fakultas. Wah, macem-macem deh pokoknya!

Nah, biasanya nih... bagi para mahasiswa baru di awal-awal semester, bakalan ngerasa kaget banget dengan segudang jenis kegiatan yang bisa mereka pilih. Tapi di sisi lain, timbul juga dilema untuk fokus mau ngerjain apa. Sampai biasanya muncul 2 macam pendapat yang kurang-lebih bunyinya seperti ini:

  1. Kuliah itu beda sama waktu SMA, jangan cuma dihabisin waktunya buat belajar & fokus dengan nilai akademis aja. Pengalaman di organisasi dan prestasi di UKM nantinya akan jauh lebih menentukan kesuksesan lo dan kematangan lo di dunia kerja!
  2. Ah organisasi & kepanitiaan cuma bikin sibuk ga puguh! Ujung-ujungnya waktu kuliah cuma abis untuk rapat panitia melulu. Gara-gara sibuk kepanitaan, ada yang sampai bela-belain bolos kuliah, ga ngerjain tugas, sampai nilai ujian semester berantakan semua. Namanya lagi kuliah, berarti nomor satu itu belajar dan kuliah yang bener! Bukan malah sibuk ga jelas tapi nilai akademis ancur lebur.

Nah, bagi lo yang udah kuliah... gua yakin lo ga asing lagi dengan 2 tipe pandangan di atas. Bagi yang belum atau sebentar lagi mau kuliah, gua harap tulisan ini bisa jadi tips lebih awal untuk menghadapi dinamika kehidupan kuliah. Khusus buat lo yang belum pernah nyentuh dunia perkuliahan, mungkin agak asing dengan istilah IPK, UKM, terus apa bedanya organisasi dan kepanitaan (waktu SMA kan cuma ada 1 doang, namanya OSIS). Oke, berikut di bawah ini adalah penjelasan singkatnya:

  1. IPK: Singkatan dari Indeks Prestasi Kumulatif. IPK merupakan alat ukur prestasi lo selama lo kuliah di kampus lo. Kasarnya, keseluruhan nilai lo tuh bakal direpresentasikan dengan angka (indeks) dari skala 0.00-4.00 dan besarnya IP tersebut ditentukan dengan nilai mata kuliah lo (dari nilai A - E) dikali dengan bobot sks masing-masing mata kuliah tersebut. Nantinya, kalo IP lo setiap semester (istilahnya IP/IPS) digabung sampai semester akhir kelulusan, dan menjadi IPK.
  2. ORGANISASI: kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. Biasanya, organisasi punya periode kepengurusan yang relatif lebih lama daripada kepanitiaan (rata-rata 6 bulan sampai 1 tahun). Kemudian, anggota kepengurusannya juga diwariskan dari angkatan lama, ke angkatan baru (ada kaderisasi). Contoh organisasi: BEM, Himpunan Mahasiswa, dll.
  3. KEPANITIAAN: Keanggotaan yang berisikan panitia. Panitia di sini merupakan kelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan acaranya. Contohnya panitia seksi acara, seksi dokumentasi, seksi dekorasi, dll. Biasanya, kepanitiaan dibentuk untuk ngurusin acara-acara kampus seperti seminar, talkshow, event bursa kerja, ospek fakultas, dll.
  4. UKM: Singkatan dari Unit Kegiatan Mahasiswa. Kalo gampangnya sih ini seperti semacam extrakurikuler waktu di SMA, tapi cakupan kegiatannya lebih serius dan skalanya bisa sampai internasional. Contohnya UKM pecinta alam, debat, musik, olahraga, bahasa, dll. Kalo UKM kampus tersebut punya sejarah prestasi yang bagus, ga jarang bisa sampai didanai kampus untuk ikutan lomba sekelas internasional di luar negeri lho!

Oke, gua harap sekarang lo udah paham ya apa bedanya organisasi, kepanitiaan, UKM, dll. Nah sekarang kita balik lagi nih ke masalah utama kita.

Benarkan ikut organisasi dan kepanitiaan bisa menyita waktu kuliah lo?

Jawaban gue: tergantung. Tergantung sama banyaknya mata kuliah yang lo ambil, organisasi/kepanitiaan yang lo ambil, dan kegiatan-kegiatan di luar kampus yang harus lo jalanin. Berdasarkan pengalaman gue secara umum: IYA, organisasi dan kepanitiaan di kampus cenderung akan menyita waktu kuliah.

Hal ini bakal kerasa banget terutama untuk para mahasiswa baru (semester awal) yang masih belum paham dengan porsi kesibukan di dunia kuliah. Ada mata kuliah tertentu yang cenderung santai, ada yang matkul lain yang emang terkenal sibuk banget... dan hal-hal kayak gitu cuma diketahui dari pengalaman atau cerita temen kampus yang udah ngambil mata kuliahnya. Masalahnya nih, biasanya mahasiswa baru itu (termasuk gue juga jaman dulu) rada-rada gak mikir panjang untuk ngambil tawaran ikut organisasi dan kepanitiaan. Hahaha, kesalahan gua itu jangan ditiru yah!

Jadi, sebelum lo mau ambil kuliah atau memutuskan ikut kepanitiaan, gua saranin lo coba tanya-tanya kakak angkatan dulu apakah mata kuliah atau acara kepanitiaan tersebut sibuk atau nggak. Dengan begitu, lo jadi bisa ngira-ngira porsi kesibukan yang wajar untuk semester tersebut.

Sebetulnya lebih penting mana, sih? Fokus ke akademis (IPK) atau ikut kepanitiaan dan organisasi?

Jawaban gue lagi-lagi: tergantung. Tergantung keputusan lo sendiri mau fokusin kehidupan kuliah lo ke mana. Inilah bedanya dunia kuliah dan dunia SMA. Waktu SMA mungkin lo terbiasa 'ngikutin arus' aja sama temen-temen sekelas. Karena emang alur kegiatan jaman SMA cenderung lebih seragam dan terstandarisasi dari pihak sekolah. Nah, masalahnya lo ga bisa pakai mindset itu waktu kuliah. Kalo lo 'ngikut arus' aja (baca: nerima setiap tawaran kepanitiaan acara) bisa-bisa tanpa sadar lo terikat sama tanggung jawab dan kesibukan di luar batas kemampuan dan nguras waktu lo habis-habisan. Jadi sekali lagi, lebih penting yang mana itu justru harus lo sendiri yang putuskan. Lo mau punya prestasi akademis yang bagus dengan pengalaman organisasi yang cukup, atau lo mau punya pengalaman organisasi segudang dengan nilai akademis yang standard? Ga ada yang lebih jelek/bagus karena semua itu tergantung tujuan hidup lo ke depannya mau kemana.

Sekadar bocoran, kalau lo emang mau fokus dalemin bidang disiplin ilmu lo, terus lo mau ngelanjutin S2 di luar negeri dan berharap untuk dapetin beasiswa. Lo harus hati-hati sama nilai akademis karena seleksi dalam bidang akademis cukup ketat. Rata-rata mereka (kampus luar negeri) pasang standar minimal lo punya IPK 3.00, bahkan, beberapa universitas besar dan ternama pasang standar IPK minimal 3.7 supaya lo bisa dapet beasiswa full di luar negeri. Tapi selain itu, ada beberapa tes juga yang harus lo lalui mencapai standar angka tertentu. Tes-tes itu misalnya TOEFL/IELTS, GRE, GMAT, dll. Jadi, kalau misalnya IPK lo gak gede-gede amat, jangan berputus asa dan patah harapan. Selama lo bisa kompensasi itu dengan skor-skor tes lo yang lain, trus lo punya surat rekomendasi dan surat motivasi yang meyakinkan, lo masih punya kemungkinan untuk keterima di universitas yang ternama.

Di sisi lain, ikut kepanitiaan dan organisasi bisa nambah pengalaman elo, baik dalam segi komunikasi, terutama juga untuk nambah networking. Dari aktif di organisasi, kepanitiaan, dan UKM... lo bisa mencerminkan sisi kualitas lain seperti integritas, kedisiplinan, kerja keras, dan tanggung jawab... yang bisa jadi bikin lo dapet banyak kesempatan ke depannya. Gak jarang juga lho, mahasiswa yang aktif di organisasi, kepanitiaan, & UKM bakal dapat kesempatan lebih awal, seperti pertukaran pelajar ke luar negeri, lomba paduan suara sampai ke Eropa, didanai kampus untuk naik gunung Everest bersama tim pecinta alam, sampai tawaran posisi tertentu dalam organisasi politik.

Jadi, lo mau kehidupan kuliah yang seperti apa? Terserah lo tapi yang pasti jadikan tujuan lo itu sebagai patokan untuk menentukan prioritas lo. Pastiin lo nentuin rencana lo habis lulus mau ngapain. Menurut gue, sah-sah aja kalau lo mau fokus ke akademis doang, dan sah-sah aja kalau lo mau fokus ke organisasi dan kepanitiaan. Selama lo bisa mempertanggungjawabkan apa yang lo lakuin, kenapa enggak?

Kesalahan Umum Bagi Mahasiswa yang aktif di Organisasi, Kepanitiaan, dan UKM.

Mungkin beberapa di antara lo ada yang mulai mikir dan berkontemplasi, kira-kira kehidupan kuliah lo mau diarahkan kemana. Nah, khusus buat lo yang emang berminat aktif dalam kegiatan non-akademis, gua mau ceritain sedikit beberapa kesalahan umum yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa.

Oke, sebelum gua masuk ke kesalahan umum mahasiswa, gua mau ceritain dikit tentang dunia organisasi di kampus gue (Universitas Indonesia) sebagai refleksi atau gambaran buat lo. Kalau lo baca artikel gue tentang seluk-beluk kuliah di UI, gue sempet nyinggung tentang skor kegiatan UI yang belakangan ini lagi anjlok menurut Kemenristekdikti. Wah kenapa bisa gitu ya? Singkatnya sih, berdasarkan UURI Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, merupakan kewajiban Perguruan Tinggi untuk mengadakan kegiatan yang berkaitan sama pendidikan, penelitian, dan pengabdian ke masyarakat atau biasa disebut dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal inilah yang harusnya dijadiin “landasan utama” mahasiswa untuk ngadain kegiatan atau aksi-aksi di kampus.

Nah, dari prediksi gua sih... salah satu hal yang membuat peringkat UI menurun itu karena acara di kampus UI tuh terlalu banyak, dan (sayangnya) secara umum, gue ngeliat banyak acara-acara di UI yang gak ada urgensinya sama Tridharma Perguruan Tinggi dan gak well-executed. Padahal, panitia-panitianya udah capek mempersiapkan acaranya sampai harus ngorbanin waktu buat nugas dan kelas. Tapi ga jarang kalo dipikir-pikir lagi, tujuan acaranya itu sebetulnya ga penting-penting amat bagi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Gak jarang juga, acara-acara di kampus kebanyakan masih pakai pola pikir :

“Oke, kita udah bikin acara ini nih, seru juga ternyata. berikutnya kita bikin acara apa lagi ya?“

Jadinya bikin acara kampus cuma jadi ajang seru-seruan doang, tujuannya dibikin-bikin aja supaya dana dari rektorat turun. Padahal menurut gua sih, seharusnya sebelum bikin acara, jauh lebih tepat kalo dimulai dengan pertanyaan: "Sejauh mana acara kita nanti akan bermanfaat? Bakal guna gak sih? Efek positif bagi yang dateng ke acara kita apa? dll” Nah, jangan sampai acara kampus itu terus dilaksanakan tanpa adanya refleksi dan evaluasi hanya karena “tradisi”.

Nah, dari cerita singkat gua di atas, gua harap bisa jadi acuan buat lo yang mau ikutan acara kepanitiaan di kampus. Intinya sih, kalaupun lo memutuskan untuk ikut organisasi/kepanitiaan, pastikan bahwa hal tersebut bisa bermanfaat bagi elo, bisa ngembangin skill yang lo punya, bisa mengasah kemampuan leadership lo, atau minimal sekadar bisa menambah pengetahuan lo tentang bidang tertentu lo. Intinya sih jangan sampai lo sibuk dengan berbagai acara yang ga ada manfaatnya, & tanpa sadar cuma buang-buang waktu lo doang.

"Wah, kalau gitu sia-sia dong organisasi dan kepanitiaan yang ada di kampus? Mendingan gak usah diadain aja apa ya?"

Jangan dipukul rata semua gitu sih. Menurut gue, adanya organisasi dan kepanitiaan di kampus tuh penting banget sebagai wadah bagi mahasiswa untuk nyalurin minat dan bakat mereka. Cuma ya kalau kegiatannya gak ada esensinya sama sekali, mahasiswa gak akan dapat apa-apaan selain dapetin rasa capek dan omelan dari kepala bidang/divisi mereka. Nah, berikut di bawah ini adalah beberapa ciri organisasi dan kepanitiaan akan menurut gua bermanfaat bagi mahasiswa:

  1. Tujuannya jelas, latar belakang diadakannya organisasi/kepanitiaan tersebut berlandaskan kebutuhan dunia riset, atau bermanfaat bagi mahasiswa/masyarakat.
  2. Manajemen sumber dayanya jelas. Siapa yang mendukung adanya acara tersebut, dananya turun dari mana, siapa aja yang aktif dalam kegiatannya. Gimana sejarah latar belakang aktivitasnya. Semuanya menurut gua harus lo telusuri dulu.
  3. Penempatan anggota sesuai dengan minat dan bakat. Gue sering banget ngedenger temen-temen gue yang narikin anak-anak (terutama mahasiswa baru) untuk masuk ke kepanitiaan/organisasi mereka karena mereka kekurangan sumber daya manusia. Mereka yang ga tau apa-apa, disuruh pegang seksi keselamatan & rescue, atau mereka yang ga biasa pegang kamera, disuruh jadi seksi dokumentasi. Intinya sih, sebelum lo memutuskan untuk gabung ke kepanitiaan atau jadi pengurus organisasi, pastikan dulu lo tau lo bakal ngapai-ngapain aja dan pastikan bahwa lo siap untuk nanggung konsekuensi yang akan lo terima kalau gabung.

Kesimpulan

Kalo kita balik ke pertanyaan awal:

"Lebih baik ngejar IPK tinggi atau Aktif Organisasi / Kepanitiaan?"

Jawaban gue: suka-suka lo. Tergantung sama prioritas lo. Banyak-banyak aja ngobrol sama senior, atau konsultasi ke dosen pembimbing ketika lo bingung. Dan yang paling penting, pastikan lo tau betul kenapa lo ikut organisasi atau kepanitaan tersebut. Jangan sampai lo terpaksa ikut cuma karena sekadar ikut-ikutan temen doang. Mungkin waktu SMA, setiap kegiatan sekolah dilakukan barengan, tapi dunia kuliah tuh beda, lo ga harus ikut2an temen2 lo lagi ngelakuin apa. Lo bebas menentukan kegiatan lo sendiri. Lo betul2 punya kebebasan fokus untuk belajar ngejar prestasi akademis atau ikut kegiatan2 tertentu.

Jadi prinsipnya: tentukan prioritas lo sendiri! Kalau lo ikut kepanitaan, pastikan tujuannya emang bermanfaat buat lo, entah itu koneksi, entah itu pengalaman kerja, dll. Kalo lo mau fokus akademis, boleh juga. Pastikan lo mau fokus ngejar nilai akademis karena emang lo mau ngejar ilmunya, karena lo mau berkarya di bidang disiplin ilmu lu. Karena target lu nanti jadi ahli / pakar yang handal, atau senggaknya lo mau kerja di tempat yang membutuhkan pemahaman yg mendalam terhadap ilmu lo. Mantepin bener-bener pilihan elo. And good luck for that!

Sumber : https://www.zenius.net/blog/12371/kuliah-ipk-organisasi-panitia-mahasiswa