Pernah nggak, denger kalimat-kalimat serupa di obrolan sehari-hari?. Pengalaman gw sendiri, pernah denger bahasan otak kiri dan kanan mulai dari pengajar di ruang kuliah, pembicara di seminar bisnis sampe sesama penumpang angkot yg lagi ngetem. Kayaknya percakapan dan “fakta” tentang otak kiri dan kanan udah dapet status kebenaran. Layaknya fakta sains lainnya seperti hukum gravitasi dan teori evolusi.
Pada tau darimana perihal pembedaan otak ini berasal? Dan kenapa kayaknya diyakini banget kebenarannya? Ok, gw akan bahas di tulisan ini mulai dari:
- Asal usul mitos, yg berasal dari Pa De Paul Broca, ilmuwan dari Prancis. Yang kebetulan profesinya Neurosaintis yg hobinya bedah-bedah otak.
- Berkembangnya mitos Otak Kanan dan kiri dari istilahnya yg bener yakni Brain Lateralization.
- Dampak mitos pada pembagian jurusan, cara belajar dan bahkan sampe ke kuliah dan kerjaan.
Asal-usul mitos
Ada musium di Paris yg namanya susah, Musee de l’Homme. Salah satu koleksinya adalah deretan toples-toples diisi cairan formalin dan benda mengambang dalamnya adalah otak manusia. Mulai dari otak orang-orang yang dianggap jenius sampe pembunuh dan psikopat diawetin di sana. Salah satu toples tersebut berisi otak seorang ahli bedah otak (Ironis ya? hehe..), dan pada labelnya tertulis Paul Broca.
Siapa sih Paul Broca? Dan kenapa ditaro di awal bagian tulisan ini? Dia termasuk yang pertama yang ‘ngeh’ kalo ada bagian di otak yg bertanggung jawab untuk kemampuan bicara kita. Ada daerah di sekitar depan sebelah kiri otak yang kalo rusak, bisa bikin orang tersebut kesulitan bicara, daerah ini dinamain Area Broca. Jadinya orang bakal menderita kesulitan bicara dan berkomunikasi ketika pembuluh daerah di Area Broca pecah dan menderita stroke ringan.
Broca juga saintis pertama yang bilang kalo orang yang menderita epilepsi, bisa berkurang kejang-kejangnya kalo ‘jembatan’ antara otak kiri dan kanan, yg namanya corpus colossum, diputus. Dan emang, hasil penelitiannya membantu banyak orang yg menderita epilepsi bisa hidup secara normal tanpa takut kejang-kejang dan tersedak kala gejala itu muncul. Jadi, maklum aja kalo pendapat Broca tentang dualitas fungsi di otak sangat dihormati dan diterima luas di masyarakat sains pada saat itu.
Berkembangnya mitos
Pendapat Broca tentang adanya area spesial di otak untuk kemampuan bahasa. Dan ditambah bukti-bukti dari rekan dokternya tentang pasien yg mengalami kesulitan bicara ketika terjadi stroke di otak sebelah kiri. Kedua hal tersebut bikin orang2 banyak mengasosiasikan otak kiri dengan kemampuan berbahasa dan kompleksitas sintaksis berbahasa. Nggak salah juga sih, ada percobaan sebagai berikut, coba baca kalimat di bawah:
The boogles are blundling the bludget The boogles is blundling the bludgetJangan khawatir kalo lu nggak ngerti artinya, itu kata-katanya asal aja kok, hehe.. Tapi, orang yg punya kerusakan di bagian kiri otak akan kesulitan bedainnya. Untuk yg ngerti grammar jelas yg benar adalah yg pertama. Boogles dengan akhiran ‘s’ menunjukan plural dan diikuti oleh ‘are’. Walau kata-katanya nggak ada arti, ada bagian di otak yg nentuin grammar.
Selain susah bedain grammar, kadang ada kondisi yg namanya Aphasia. Sering nggak lu, susah mau bilang suatu kata tapi tau artinya. Lu mau bilang ambilin pensil tapi tangan lu bikin gerakan nulis dan pala lu geleng-geleng sambil bilang “itu.. tuh.. ah apa sih.. ya pokoknya itu lah”. Nah, kalo kerusakannya di Area Broca, orang bahkan jadi bener-bener nggak bisa nyebutin nama barang-barang, tapi bisa deskripsiin bentuk, warna, dan guna barang-barang tersebut.
Kalo kiri kuat korelasinya dengan grammar dan sintaksis, gimana dengan otak belahan kanan? Dan dari mana mitos populer yang bilang kalo otak kanan tuh cocok untuk artist dan bisnisman yg nggak perlu kalkulasi rumit? Kalo kondisi susah nyebut nama barang adalah Aphasia, nah ada kembarannya di otak kanan namanya Agnosia. Kelainan yg diakibatkan kerusakan di bagian kanan akan nimbulin kesulitan mengenali pola yg biasa dengan mudah kita kenalin, yaitu muka manusia. Heh? Kok bisa? Bukannya secara evolusi kita akan kenal pola apa pun yang mirip muka manusia? Nah, coba kita masuk ke dunia orang Agnosia dengan mengenali gambar apakah di kanan ini?
Bisa liat jelas kan? Muka siapa hayo? Coba balik gambarnya. Yang pake hape atau laptop gampang, nah yg pake PC mohon bantuan orang lain untuk jungkir balikin monitornya :D. Sebelum lu balikin gambarnya, pasti otak lu berusaha keras ngenalin pola atau gambar apaan sih? Itulah Frustasinya orang yg kena Agnosia untuk mengenali pola-pola gambar dan gambar yang overlap.
Dari kedua kondisi tadi:
Aphasia, kesulitan berbahasa akibat kerusakan di otak bagian kiri dan.. Agnosia, kesulitan mengenali pola akibat kerusakan di otak bagian kanan, maka...
Muncullah pendapat berlebihan di luar wilayah kedokteran, malah lebih ke arah psikologi praktis dan populer, kalo otak bagian kiri untuk hal-hal yg runut seperti linguistik atau kalkulasi. Dan, konsekuensinya, orang-orang yg kerjanya insinyur atau saintis dan ahli bahasa “kuat” di otak bagian kiri. Dan pasangannya, Otak bagian kanan untuk hal-hal seperti visual atau sensor spasial (ruang), maka orang yang suka gambar atau kerja di bidang visual “kuat” di bagian kanan.
“Trus ya gapapa lah ada pendapat gitu, toh ada benarnya dari sejarah neurosains zaman Broca. Lagian juga orang-orang nyaman dengan pembagian otak kiri dan kanan, dan akhirnya kita nggak bisa maksa org yg suka Seni untuk belajar Matematika, kan?”Tunggu dulu, seperti juga makan sate kambing, kalo keblablasan juga nggak sehat. Sama halnya pendapat di sains... #ApaSih
Dampak Mitos
Iya, memang ada area atau bagian di korteks otak kita yg bertanggung jawab untuk hal-hal tertentu, seperti bahasa dan visual. Tapi kenyataannya, dalam proses berpikir dan menerima input sinyal dari indera, otak kita bekerja secara bersamaan atau simultan. Pelukis memang make bagian kanan otak untuk nerima sinyal warna dan bentuk, tapi dia juga make otak bagian kiri untuk koordinasi gerakan halus nyapu kuas di kanvas. Saintis yg lagi ngitung kurva kecepatan maksimum enzyme emang make otak kiri untuk kalkulasi konsentrasi enzim, tapi otak kanan juga berperan untuk ekstrapolasi data di grafik. Bahkan orang yg lagi nyanyi sebenarnya gunain dua bagian otak secara simultan dengan bantuan bagian Amygdala untuk emosinya.
Kadang, fakta sains itu suka dibikin lebay sama kalangan yang nggak dalemin sains. Contoh kasus gampang deh, ada buku bisnis yang judulnya berbau-bau DNA (lu cari di toko buku juga pasti nemu - you know what I mean). Nah, buku itu analogiin orang-orang di perusahaan sebagai DNA yg bisa “termutasi” dan berubah jadi baik seperti di evolusi gen. Mungkin dari sinilah istilah mutasi pegawai negeri jadi populer. Huahaha...
Nah, dampak mitos yg kentara banget dan bikin kesalahpahaman makin melebar adalah :
- Dikotomi antara orang bidang seni atau sosial dan sains. Dibilang kalo dua bagian itu bertolak belakang. Banyak yg bilang “Sosial itu gak kayak sains yang dari A ke B” atau “Sains itu ilmu pasti gak kayak Sosial” dan bahkan “Seni tuh jangan pake logika”. SALAH BESAR MASBRO ! Semua kesalah- pahaman itu muncul karena udah ada prasangka kalo kita ditakdirkan kuat di otak kanan atau di kiri.
- Salah Penjurusan di Sekolah atau Kuliah. Kalo kita jago banget kalkulus ya masuknya jurusan eksakta (nama eksakta yg artinya “Pasti” aja udah salah). Terus, kalo kita nggak bisa kalkulus, kita masuk ke sosial atau bahasa gitu? Udah cukuplah kesalahpahaman orang2 zaman gw sekolah atau ortu kita yg ngebagi sembarangan pelajaran di sekolah dengan istilah Sosial dan Sains plus Bahasa. Jujur aja, anak Bahasa sering banget jadi kasta beda dari Sains, bener nggak? Kenyataannya, bagian otak yg tanggung jawab untuk ngitung Trigonometri dan mahamin grammar ada di satu area? Lah, gimana kalo jurusannya di sekolah dipisah?
- Otak kanan diperluin buat sukses bisnis. Ini beneran jadi jargon yg populer di seminar bisnis, baik di dalam atau luar negeri. Singkatnya, mereka bilang kalo lu mau jadi entrepreneur harus pake otak kanan. Alasannya? Otak kiri kan buat kalkulasi jadi malah bikin lambat aja. Kalo lu mau bisnis lu harus terjun langsung nggak pake mikir lama, nggak pake itungan rumit untung rugi, lu jalanin aja dulu, yang penting langsung jadi member, dan apakah lu punya mimpi?.. Eh, oops keterusan biasa denger diprospek sama yg nawarin MLM, hehe..
Dari tiga dampak mitos otak kiri dan kanan yg paling deket kena sama lu semua adalah nomor 1 dan 2. Jadi apa donk nasihat bijak mengenai dampak mitos ini?? Tulisan ini nggak berusaha ngasih lu saran untuk milih jurusan apa nanti di SMA atau di kuliah, untuk tema yang satu ini udah diwakilin sama tulisan Faisal yang keren banget tentang gimana cara milih jurusan yang tepat. Tulisan ini ngasih latar belakang berkembangnya dan fakta yg beneran di sains. Makanya, dari dulu Wisnu udah tekanin berkali-kali tentang pentingnya berpikir kritis! Dengan berpikir kritis, lu bisa bikin keputusan berdasarkan fakta yg bener. Selain itu, lu juga bisa ngasih “pencerahan” untuk orang-orang yang salah menghakimi orang-orang dengan membaginya berdasarkan kanan dan kirinya otak.
Brain lateralization atau pembagian otak bagian kanan dan kiri berikut spesialisasi bagian tertentu untuk fungsi tertentu emang betulan diteliti di sains. Tapi, apakah minat dan bakat lu udah Hardwired atau pasti dan nggak bisa diubah-ubah? Apakah bakat seni selalu bertolak belakang sama sains? Apakah kemampuan analisis sosial nggak merluin rigiditas dari sains? Apa pun yg kita kerjain akan gunain dan manfaatin dua bagian otak, kanan dan kiri secara simultan.
Jadi, otak dan bakat nggak sesimpel judul albumnya Bon Jovi, “This left feels right...”
Salam Berpikir Kritis!
Sumber : https://www.zenius.net/blog/2181/bedah-tuntas-mitos-otak-kanan-otak-kiri