Hey, Guys. Lo pasti familiar deh dengan pemberitaan tentang bu Susi Pudjiastuti akhir-akhir ini. Itu lho, wanita yang dilantik jadi Menteri Kelautan dan Perikanan di Kabinet Kerja-nya pak Jokowi. Salah satu yang bikin heboh adalah karena bu menteri satu ini ternyata cuma lulusan SMP. Sebelum jadi menteri, bu Susi malah udah jadi businesswoman sukses. Bisa ya, cuma tamat SMP jadi miliarder dan menteri..
Nah, di Zenius Blog kali ini, gue akan cerita tentang seseorang yang hampir mirip sama Bu Susi. Seseorang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi, tapi sukses jadi orang besar. Bedanya, sosok ini cuma tamat SMA. Tapi dia berhasil, ngga sekedar miliarder, tapi jadi orang terkaya di dunia!
Btw, lo pernah mimpi ngga sih jadi orang kaya? Figur yang mau gue ceritain ini baru aja ulang tahun ke 59 pada tanggal 28 Oktober 2014 kemarin. Diperkirakan mempunyai harta kekayaan sekitar $81,3 milliar (kurs $1 = Rp 12,000 maka sekitar Rp 975 triliun). Kebayang nggak tuh, sebanyak apa duitnya? Nih, kalo lo mau tau yah, kekayaan Bill Gates itu kurang lebih sama dengan duit dari 30 orang paling terkaya di Indonesia digabungin semua jadi satu. Atau bisa dibilang setara dengan seluruh anggaran belanja negara kita tahun 2010! Gila yah, uang sebanyak itu dimiliki bukan oleh satu perusahaan, tapi oleh satu orang doang. Mau dihabisin kayak gimana tuh duit? Kalo lo ngabisin Rp 1.000.000,- per hari, maka lo membutuhkan 2.700.000 per tahun untuk habisin tuh semua harta. Kalo lo mau lebih mewah lagi hidupnya dengan ngabisin 10 miliar per hari (mau ngapain coba 10M/hari?!), lo perlu hidup selama 270 tahun! 7 turunan udah kejamin banget tuh hidupnya.
Sekarang, coba lo bayangin, kalo lo punya duit sebanyak itu, mau lo apain tuh duit? Mungkin lo bakal menghayal, tinggal ongkang-ongkang kaki di atas kapal pesiar, nengguk wine, keluarin senjata buat berburu singa, terus mati sambil ninggalin warisan ke anak. Tapi tokoh yang mau gue ceritain di sini beda. Si trilyuner ini cerdas dan gokil. Doi nggak menghabiskan waktunya cuma bersantai dan menikmati hidup, dia malah banyak banget menggunakan duitnya buat ngebantu masalah-masalah yang penting untuk diatasi, seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, pangan, dan energi. Sampe bikin yayasan amal sendiri. Kekayaannya ngga bikin dia lupa diri, justru malah makin melek dengan dunia di sekitarnya.
Siapa sih tokoh yang mau gue certain kali ini? Dia adalah William Henry Gates III atau lebih dikenal dengan nama Bill Gates
Untuk meraih puncak dunia, tentu aja siapapun butuh perjuangan yang keras, butuh pengorbanan yang gak kecil juga. Naah, pada kesempatan ini, gue akan share cerita gimana perjalanan Bill Gates sampe jadi orang kaya sedunia, awal persaingan dia dengan Steve Jobs, kenapa kok dia bisa sebegitu pedulinya sama kemanusiaan, dan yang ga kalah pentingnya tentang pendidikan dia. Walaupun Gates cuma tamat SMA dan sukses jadi biliarder, gue sama sekali gak menyarankan lo untuk gak kuliah atau cabut dari sekolah sekarang. Kenapa? Ayuklah langsung lah ceritanya.
Gates dari Kecil Sampe Dropout Kuliah
Gates lahir dari keluarga yang lumayan tajir di Seattle, 28 Oktober 1955. Bokapnya pengacara terkenal dan nyokapnya kerja di perusahaan keuangan. Walaupun lahir dari keluarga yang tajir tapi dari kecil, Bill doyan banget baca buku, dan kebanyakan buku yang dibaca adalah ensiklopedia. Pada umur 13 tahun, sekolahnya membeli komputer untuk ditaro di laboratorium. Mulai dari situ, Gates bener-bener tertarik sama komputer. Kemampuan komputer saat itu masih sangat terbatas, boro-boro internetan atau layar sentuh buat main Angry Bird, komputernya pake mouse aja belom. Gates "bermain" komputer dengan bikin program-program. Contoh program yang dia bikin untuk sekolahnya adalah sistem yang mendata pembayaran sekolah dari para murid, sistem yang mengatur jadwal pelajaran sekolah, dan yang lainnya.
Di lab komputer ini, Gates ketemu sama senior 2 tahun di atasnya yang sama-sama keranjingan komputer, Paul Allen. Pada tahun 1970, mereka berdua membuat program yang bisa memantau kemacetan di Seattle. Mereka dibayar $20,000 (Rp 240jt). Itu duit udah gede banget untuk tahun segitu lho. Duit segitu di tahun 2014 setara nilainya dengan $90,000 (Rp 1,08 miliar). Nah lo, kebayang gak anak usia 15 sama 17 tahun bisa ngasilin duit sebanyak itu.
Ngeliat hasil kaya gini, mereka berdua berpikir untuk seriusin bisnisnya dengan membuat perusahaan. Tapii.. Orang tua Gates melarang dan meminta Gates untuk melanjutkan sekolahnya sampai kuliah. Tahun 1973, Gates keterima di tiga universitas pilihannya, yaitu Harvard, Yale, and Princeton. Universitas top semua! Jelas aja keterima di semuanya, orang nilai SAT (semacam SBMPTNnya di Amrik) Gates adalah 1590 dari 1600. Oiya, kalo si Allen SATnya dapet nilai sempurna 1600. Gokil banget nih dua orang.
Gates akhirnya milih untuk kuliah di Harvard. Tadinya, dia sempet mau ngikutin jejak ayahnya untuk ngambil banyak mata kuliah di bidang hukum. Eh, karena emang udah cinta sama komputer ye, dia lebih milih untuk cabut kelas terus ngutak ngatik program komputer. Sempet akhirnya dia pengen ngambil mata kuliah di Matematika Terapan. Tapi, Allen sering bilang kalo di Harvard bakalan ada yang lebih jago Matematikanya dari pada Gates. Gates yang jumawa sering bilang, "Ah, ga akan ada yang lebih jago matematikanya deh dari gue." Nah, di kelas Matematika Terapan inilah Gates sadar kalo omongan si Allen bener. Bill Gates tidak sejenius yang dirinya kira, at least di bidang Matematika.
Suatu hari, Allen yang udah dropout, main ke kosan Gates dengan membawa majalah yang berisi informasi mengenai Altair 8800, semacam komputer mini, yang dikeluarkan oleh perusahaan MITS. Jaman itu komputer mini masih sangat jarang. Dari situ, Allen dan Gates mikir kalo sebentar lagi setiap orang bakalan bisa mempunyai komputer. Saat itu, komputer masih jarang banget ada di setiap rumah, palingan ada di laboratorium dan kantor. Mereka berharap suatu saat nanti semua komputer menggunakan software mereka.Akhirnya, Bill nelepon MITS bilang kalo dia dan Allen punya program yang bagus dijalankan di Altair 8800. MITS bilang, "Gue udah sering ngangkat telepon bilang hal yang sama kaya gitu, orang pertama yang dateng dan berhasil jalanin programnya ke sini, bakalan gue kontrak". Gates dan Allen yang modal ngomong bilang punya program, akhirnya beneran bikin program itu siang malem selama dua bulan. Allen terbang menuju Albuquerque ke kantor MITS buat presentasiin programnya. Setelah sukses, Allen akhirnya direkrut MITS. Gates juga memutuskan untuk seriusin bisnis ini di tahun 1975. Pada tahun 1976, Allen dan Gates akhirnya bikin perusahaan software sendiri, Microsoft. Di tahun yang sama, Gates resmi cabut dari Harvard buat ngebangun Microsoft.
Gates di Microsoft Sampe Jadi Orang Terkaya Sedunia
Nyokap Gates yang tadinya melarang Gates untuk cabut dari Harvard, karena melihat keseriusan anaknya dan prospek bisnisnya oke, akhirnya mendukung Gates untuk bikin Microsoft. Nyokapnya bahkan ngenalin Gates ke petinggi IBM (perusahaan teknologi ternama yang memonopoli bisnis komputer pada masa itu). Tahun 1981, Microsoft menjual sistem operasi komputer (semacam Windows atau Android) kepada IBM. Sistem operasi itu juga dijual kepada perusahaan komputer lainnya. Dengan penjualan tersebut, Microsoft jadi semakin berkembang. Dari tahun 1978 sampai 1981, Microsoft mempunyai pegawai dari 28 orang menjadi 125 orang, dengan pendapatan dari $4 juta (Rp 480 miliar) menjadi $16 juta (Rp 1,92 triliun).
Microsoft juga membuat software untuk perusahaan komputer lain sesuai request. Pada tahun 1983, Apple meminta Microsoft untuk membuat sebuah program. Dari kerja sama ini, Gates punya ide untuk membuat sistem operasi yang mempunyai graphic interface (semacam tampilan yang menggunakan grafis dan navigasinya pake mouse). Sebelumnya, pada masa itu sistem operasi komputer cuma kayak layar hitam dengan baris-baris kode aja (command line interface). Di tahun 1985, Gates membuat Windows. Sistem operasi yang mungkin lo gunain sekarang untuk baca tulisan ini. Windows yang sudah mempunyai graphic interface dituntut oleh Steve Jobs (CEO Apple saat itu) karena dianggap menyontek program yang dua tahun sebelumnya dibuat oleh Apple. Mulai saat itulah perseteruan intens antara Bill Gates vs Steve Jobs dan Microsoft vs Apple muncul. Gates dari dulu sudah mengingatkan Jobs untuk melisensi programnya. Tapi Jobs tidak memperhatikannya. Hingga di pengadilan, Apple tidak bisa menuntut ganti rugi terhadap Microsoft.
Tahun 1986, Microsoft melakukan IPO (Initial Public Offering). Intinya, saham di Microsoft bisa dijual ke publik. Siapa aja, termasuk lo kalo punya duit, bisa beli saham Microsoft. Biasanya kalo di Indonesia, perusahaan yang sahamnya dijual ke publik, ada embel-embel Tbk. (Terbuka) di belakang nama perusahaan. Nilai satu lembar sahamnya $21. Gates mempunyai 45% saham Microsoft. Kekayaan dia saat itu sekitar $243 juta (Rp 2,9 triliun). Nilai saham Microsoft naik terus saat itu. Sampai tahun 1987, nilai sahamnya menjadi $90,75 per lembar. Hal itu membuat Gates hampir jadi orang terkaya di Amerika di usianya yang ke-32. Pada puncak nilai saham Microsoft tahun 1999, kekayaan Gates diperkirakan mencapai $101 milliar (Rp 1200 triliun).
Gates, yang telah berkali-kali menjual sahamnya yang di Microsoft, di tahun 2014 ini, bukan lagi pemilik saham terbesar.
Titik Balik Kehidupan Gates
Gates menikah dengan Melinda di Hawaii, tanggal 01 Januari 1994. Saat itu umur Gates 39 tahun dan Melinda 29 tahun. Mereka mempunyai dua orang putri dan satu orang putra. Setelah menikah, Bill dan Melinda berlibur ke Afrika untuk melihat savana dan binatang di sana. Bill sering bilang kalau liburan ini adalah titik belok dalam hidupnya. Apa yang dia lihat di Afrika, telah signifikan mengubah pemikiran dan hidupnya. Ia melihat orang Afrika hidup penuh dengan kemiskinan, gak sehat, kotor, penyakitan, dan lain sebagainya. Gak lama setelah liburan, Gates baca majalah mengenai jutaan anak di Afrika sekarat akibat penyakit seperti campak, hepatitis B, kolera. Padahal penyakit tersebut bisa dibilang tidak menyebabkan kematian kalo di Amerika. Ngeliat kaya gitu, Gates ngerasa tertarik untuk mikirin masalah tersebut. Mulai dari situ, Gates mencari data-data yang diperlukan dari website, majalah, dan yang lainnya. Ternyata, datanya bilang kalo yang kaya gitu gak cuma terjadi di Afrika, tapi banyak juga terjadi di luar Afrika.
Gates mulai berpikir untuk memanfaatkan kekayaan yang dimilikinya untuk membantu mengatasi masalah seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, pangan, energi, dan masalah penting lainnya di seluruh dunia. Ia mulai serius untuk ngelakuin filantropi (kegiatan amal untuk menyejahterakan orang lain). Gates mulai ngebikin yayasan Bill & Melinda Gates Foundation dengan moto "All Lives have Equal Value" atau "Semua nyawa mempunyai nilai yang sama". Intinya, setiap manusia mempunyai nilai yang sama, di manapun mereka lahir, apapun keadaannya.Di tahun 2000, Gates mundur dari CEO Microsoft untuk menjadi kepala Software Achitecture sehingga Gates bisa lebih banyak beraktifitas di yayasannya. CEO dipegang oleh Steve Ballmer, temen yang dikenal di kosannya pada saat kuliah di Harvard. Btw, Ballmer juga bukan orang sembarangan lho, doi sempet ngalahin Gates di Matematika waktu ada kompetisi di kampus. Tanggal 27 Juni 2008, dia memutuskan untuk tidak lagi bekerja di Microsoft untuk fokus sepenuhnya di yayasan.
Berbeda dengan di Microsoft, Gates tidak bekerja sebagai CEO di yayasannya sendiri. Dia menjadi pemilik sekaligus pengawas yayasan. Gates yang mempunyai wewenang untuk menyetujui dan mengarahkan strategi yayasan. Ia yang menentukan arah jalannya yayasan secara keseluruhan. Salah satu pengawas di yayasan tersebut adalah Warren Buffett. Nah, ini gak kalah tajirnya men, kekayaannya sekarang $68,7 miliar (Rp 824 triliun). Pernah jadi orang terkaya sedunia juga. Buffett berjanji akan menyumbangkan 99% kekayaannya untuk berfilantropi terutama lewat Bill & Melinda Gates Foundation. Orang sekaya itu udah cukup hidupnya dengan 1% kekayaannya doang. Gates dan Melinda pun telah berjanji akan menyumbangkan sebagian besar hartanya jika mereka meninggal dan hanya akan menyisakan sedikit untuk anak-anak mereka.
Gates, Melinda, dan Buffett mengajak orang kaya lainnya untuk ikutan program Giving Pledge, yaitu sebuah kampanye untuk berikrar melakukan sumbangan minimal separuh dari kekayaan yang dimilikinya. Sampai dengan Mei 2014, ada 127 miliarder dari seluruh dunia yang telah berikrar, salah satunya adalah Mark Zuckerberg (CEO Facebook), kalau dari Indonesia ada Dato Sri DR Tahir (CEO Mayapada Group). Lo bisa cek aja websitenya untuk liat langsung siapa aja yang udah nyumbang.Gates bahkan mendapat gelar doktor (S3) sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi positifnya kepada dunia dari Harvard meski pernah DO dari sana.
Kenapa Gue Tertarik dengan Biografi Bill Gates?
Sekitar tahun 2009, ada momen di mana gue lagi suka browsing nggak jelas buat baca biografi orang-orang terkenal. Mulai dari jamannya Aristoteles, Newton, Feynman, hingga Bill Gates. Mungkin yang bikin gue tertarik cari tau lebih dalam mengenai Bill Gates adalah ketika gue nemuin blog pribadinya di gatesnotes.com. Di situ, dia cerita mengenai banyak hal, mulai dari kehidupan pribadinya, kerjaannya, review bukunya, pandangannya mengenai beberapa global issues, dan sebagainya. Dari situ gue semakin tau mengenai Gates mengenai cara berpikirnya, apa yang dia lakukan, kenapa dia melakukan itu, dan lainnya. Tadinya gue penasaran sama kenapa dia malah sibuk di yayasan dibanding ngembangin Microsoft. Akhirnya, gue nemuin jawabannya di blog tersebut. Pokoknya gue banyak banget dapat pelajaran. Nih, gue share yak pelajaran yang gue dapet dari sosok Bill Gates.
1. Menekuni Bidang Sesuai Passion
Menurut lo, apa sih yang jadi bekal kesuksesan Bill Gates di Microsoft, jadi orang terkaya di dunia, dan juga di yayasannya?
Jawabannya adalah apa yang sering Zenius ingetin ke lo. Yak, passion. Bill Gates menekuni bidang yang membuat dirinya tertantang. Bidang yang bikin dia penasaran sampai rela buat otak-atik komputer siang-malem tanpa kenal waktu biarpun gak dibayar pas dia masih duduk di bangku sekolah. Curi-curi waktu cabut dari kelas buat belajar sendiri. Bidang yang memicu “sense of wonder” dalam dirinya.
Begitu juga ketika dia memutuskan untuk fokus ke yayasan. Di blognya, dia cerita bagaimana dia menemukan tantangan yang sangat menarik yang belum dia ketahui sebelumnya. Gates tertantang untuk berkontribusi dengan hal-hal lain yang jauh dari dunia software dan komputer. Ia tertarik dengan vaksin, obat-obatan, pangan, penyakit, gizi, kontrasepsi, air bersih, toilet dan semacamnya.
Intinya, Gates dari dulu ingin membantu dunia menjadi tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Ia berpikir kalo dunia bisa lebih baik dengan produknya di bidang software. Ini tercermin dar tagline Microsoft, "Your potential. Our Passion". Gates ingin membantu orang lain menemukan potensi mereka masing-masing dan dapat bekerja lebih baik.
Namun, suatu hari ia sadar kalau ada begitu banyak orang yang belum bisa menemukan potensi mereka karena keadaanya yang miskin, penyakitan, gak sehat. Orang-orang tersebut sering dibilang "The Bottom Two Billion". Mereka berjumlah 2 miliar dari 7 miliar manusia yang hidup di dunia. Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam sehari, mereka cuma punya duit untuk kebutuhan dasar hidupnya di bawah $2. Bandingin dengan duit jajan lo per hari. Sesuai tagline "All Lives have Equal Value", mereka yang miskin sebaiknya mempunyai kesempatan yang hampir sama dengan yang lain agar mereka bisa juga menjadi dokter, peneliti, pengusaha, pilot, dan yang lainnya. Tetapi selama mereka masih sakit, kurang gizi, tidak sekolah, kemungkinannya sangat kecil hal itu untuk terjadi.
Menurut gue, Gates udah cukup sinting buat bilang akan menghabiskan sisa hidupnya untuk ngebantu The Bottom Two Billion melalui eliminasi beberapa penyakit, meningkatkan gizi, dan lain sebagainya. Gue sendiri merasa tertantang untuk bikin challenge yang gokil di dalam hidup gue. Sejauh ini sih, gue bekerja di Zenius, gue tertantang di dunia pendidikan di Indonesia. Personally, gue juga pengen membantu pendidikan buat The Buttom Two Billion terutama 28 juta orang yang berasal dari Indonesia. Yah, semoga Zenius ke depannya bisa membantu mereka entah melalui apa nanti.
2. Buat lo yang udah cukup "beruntung", manfaatin itu sebaik mungkin
Gates pernah bilang bahwa 400 orang terkaya di dunia, kebanyakan dari mereka sukses karena kerja keras yang tepat dan faktor keberuntungan. Beruntung lo gak lahir dari keluarga miskin, beruntung lo gak mati sebelum usia 5 tahun, beruntung lo gak kelaparan, beruntung lo gak punya penyakit yang parah banget, dan sebagainya. Dari keberuntungan itu, mereka bisa belajar dan bekerja hingga bisa dibilang sukses. Jujur, gue jadi ngerasa beruntung banget kalo dilihat dari sudut pandang tertentu. Coba kalo gue gak beruntung, mungkin gue bakalan jadi orang yang kurang gizi, penyakitan, dan sejenisnya.
Bill Gates dan Melinda menganggap diri mereka sangat beruntung lahir dari keluarga yang berkecukupan dan tumbuh di lingkungan yang udah oke. Menyadari hal ini, mereka memanfaatkan bener apa yang udah mereka punya untuk memaksimalkan potensi diri. Dan akhirnya, mereka ingin memberikan kembali kepada masyarakat yang kurang beruntung.
Kalo lo udah cukup "beruntung" bisa duduk di bangku sekolah dan bisa dapet guru yang gokil, kalo lo laper tinggal jajan atau makan di rumah, kalo lo ngantuk tinggal ngesot ke kasur, kalo lo mau pup tinggal buka, lepas, pluk, dan kalo-kalo lainnya, sebaiknya manfaatin itu sebaik mungkin. Manfaatin buat belajar yang bener, manfaatin buat nemuin jurusan yang pas buat kuliah lo, manfaatin buat bersosialisasi yang positif dengan temen-temen lo.
3. Tetep mencari spesialisasi lo dan tetep terbuka akan hal lain
Buat lo yang lagi kebingungan milih jurusan, Gates berkali-kali juga nyari spesialisasi dia. Tadinya sempet mau di bidang hukum, matematika, hingga ke software. Setelah software pun, dia beralih untuk ngerjain hal lain, seperti vaksin. Intinya, sekarang bisa aja lo mau masuk kuliah kedokteran, teknik, MIPA, psikologi, sastra, dan sebagainya. Tapi, coba lo cari yang bener-bener pas buat lo. Setelah lo dapetin kira-kira yang pas buat lo, sambil tetep fokus dengan apa yang lo udah ambil, tetep terbuka untuk ngeliat kemungkinan lain. Tapi ini jangan disalahartikan dengan contoh kaya gini, gue mau kuliah kedokteran karena gue tertarik banget dengan ilmunya. Eh, ngeliat Bu Susi sukses jadi pengusaha, ahaaa, kayanya panggilan idup gue jadi pengusaha ikan nih.
Gates yang tadinya tertantang banget buat ngebantu orang melalui software, setelah ngeliat hal lain, dia jadi bener-bener gatel banget untuk ngebantu orang yang menurut dia lebih membutuhkan. Sambil tetep fokus di Microsoft, dia juga sambil mempertimbangkan untuk memanfaatkan yayasannya. Hingga suatu saat,,,, baaaangg. Gue udah bener-bener gak bisa membiarkan banyak orang mati karena malaria, diare, dan sebagainya. Okey, gue mau menghabiskan lebih banyak waktu untuk hal yang kaya gitu.
4. Kontribusi positif ke masyarakat melalui Inovasi
Setelah memanfaatkan keberuntungan, gelutin passion sampe gokil, lahirlah inovasi. Asal tau aja nih ya, orang yang benar-benar terkaya di dunia (Top 100), jadi kaya bukan karena bermimpi "Ah, gue pengen jadi biliarder!". Bukan. Mereka bisa jadi sukses dan kaya bukan karena pengen jadi kaya tapi karena ingin mewujudkan visi mereka. Visi ini biasanya untuk membantu memecahkan masalah orang lain yang akhirnya melahirkan inovasi. Gates dari SMA bisa bikin program gokil karena dia jeli mengobservasi masalah yang dihadapi masyarakat. Karena dia ahlinya di komputer, dia ngebantu melalui software. Makanya software-nya bisa laku banget karena orang lain emang butuh. Ketika lo bisa berkontribusi positif dan menjawab masalah yang ada di masyarakat, duit dan kesuksesan tinggal ngikut deh.
Jangan lupa intip deh tulisan Glenn tentang siswa sekolah sebaya lo tapi udah bisa bikin inovasi gokil di usia muda.
Harapan ke depannya, mau lo nanti jadi kontraktor, apoteker, pelawak, atau aktor laga pemeran pengganti, semoga lo bisa berkontribusi positif ke masyarakat. Lo bisa membuat inovasi dengan membuat bangunan perumahan yang harganya terjangkau, kuat, sistem sanitasinya bagus. Atau lo bisa meracik ramuan baru buat penyakit kolera. Dan inovasi lainnya yang mungkin baru terpikir pertama kalinya oleh lo yang sedang baca tulisan ini.
5. Jangan DO kalo nggak yakin mau ngapain
Gates dropout karena udah punya rencana yang jelas mau ngapain. Duaar, jadilah Microsoft, jedaaaar, jadilah Melinda-Gates foundation. Nah, elu ada rencana yang jelas gak mau ngapain setelah DO? Kalo ada, beneran lo bakalan komit akan hal itu? Beneran lo punya kemampuan yang dibutuhkan?
"Ah, Bill Gates aja DO, Steve Jobs DO, Zuckerberg DO, mereka bisa jadi orang sukses. Gue juga DO aah.."
Kalo alasan lo DO adalah karena itu doang, gue ingetin mendingan jangan deh. Soalnya, Gates sendiri menganggap dirinya pencilan. Di statistik, pencilan adalah suatu titik pengamatan yang berada jauh di jangkauan pengamatan (terpencil). Kalo dilihat dari statistik, ternyata jauh lebih banyak orang di luar sana yang DO, justru malah jadi pengangguran, perampok, masuk penjara, dan sejenisnya. Orang yang sukses dan korelasinya dengan DO, itu dikit, dikiiiit banget, mereka itu pencilan (persentasenya bisa dibilang jauh dari yang kebanyakan). Cuma karena media aja jadi kesannya banyak banget orang yang DO itu malah jadi orang yang sukses. Orang yang DO tapi malah jadi sukses itu biasanya punya, mereka udah punya visi yang lagi dikejar dan mereka menganggap bahwa jalur akademis bukan jalan bagi mereka untuk mewujudkan itu. Intinya, they know exactly what they are doing.
****
Oke deh. Sekian dulu cerita panjang gue tentang sosok inspiratif Bill Gates. Semoga kisah doi dan pelajaran yang gue dapet dari sosok beliau bisa jadi bahan renungan dan pengobar semangat lo kalo belajar bukan sekedar buat nilai. Belajar itu untuk seumur hidup. Dan, ketika lo bisa mengorientasikan kehidupan lo untuk kebutuhan orang banyak, kelak lo bisa jadi orang besar dan berpengaruh layaknya Bill Gates..
Sumber : https://www.zenius.net/blog/5837/biografi-bill-gates