Gandhi: Bapak Anti-Kekerasan yang Menginspirasi Dunia

Abad 20 memang sudah berlalu 15 tahun yang lalu, tapi sejarah yang ditinggalkan masih sangat berpengaruh hingga saat ini. Kalo sekarang kita merefleksi apa sih kejadian luar biasa yang dialami umat manusia pada abad 20? Menurut gua pribadi, salah satu hal yang paling pantas dikenang dan menandai sejarah abad 20 adalah perjuangan anti-kolonial di berbagai belahan dunia yang melahirkan banyak negara baru yang merdeka hingga membentuk peta dunia seperti yang kita kenal saat ini. Pada abad 20 yang lalu, memang ada buanyak banget negara yang mendeklarasikan kemerdekaan dengan melepaskan diri dari bentuk kolonisasi negara-negara Eropa, terutama dari negara-negara di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia, Malaysia, India, Pakistan, dan masih banyak lagi. (selengkapnya lihat di sini)

Dari semua drama perjuangan melawan kolonialisme pada abad 20, ada satu kisah yang sangat terkenal dan begitu mempengaruhi perjuangan serupa di berbagai tempat lain maupun pada masa mendatang. Kisah perjuangan besar ini dimotori oleh seorang tokoh yang dianggap sebagai salah satu orang terpenting abad 20 (versi majalah Times), 5x masuk nominasi peraih Nobel Perdamaian, dan ulang tahunnya hari ini (2 Oktober) diperingati oleh PBB sebagai International Day of Non-Violence. Siapa sih sosok yang dimaksud?

Sosok yang gua maksud adalah Mohandas Karamchand Gandhi, atau lebih dikenal sebagai Mahatma Gandhi. Seorang Bapak Bangsa India yang sekaligus menjadi icon dan simbol terpenting abad 20 dalam gerakan anti-kekerasan di seluruh dunia. Proses perjuangan Gandhi selama hidupnya ini bahkan menginspirasi tokoh besar lain untuk mengikuti gerakan serupa di berbagai belahan dunia, beberapa di antaranya adalah Nelson Mandela (Bapak Bangsa Afrika Selatan), dan Martin Luther King Jr (pejuang hak sipil Amerika).

Memangnya gimana sih kisah perjuangan Gandhi yang disebut-sebut sebagai salah satu sosok terpenting abad 20? Apa sih yang dia lakukan sehingga bisa begitu menginspirasi banyak tokoh besar dunia yang lain? Nah, untuk memperingati Hari Anti-Kekerasan Sedunia hari ini, blog zenius akan mengulas secara garis besar kisah hidup dan perjuangan dari Mahatma Gandhi. Tentu mustahil buat gue untuk merangkum seluruh karya perjuangan Gandhi seumur hidupnya hanya dalam sebuah artikel. Jadi harap dimaklumi jika ada banyak kisah menarik dalam hidupnya yang terlewatkan, tapi moga-moga ulasan singkat ini bisa menginspirasi dan menambah wawawan lo tentang sejarah dan pengetahuan sosial politik dunia abad 20, khususnya ideologi perjuangan Gandhi dalam menyelesaikan masalah tanpa jalan kekerasan.

Kehidupan Masa Kecil-Remaja Gandhi

Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 sebagai seorang putera perdana menteri dari negara bagian British-India bernama Porbandar, sebuah kota di pesisir pantai yang sekarang dikenal dengan nama Gujarat, India Barat. Sebagai seorang putera politisi senior (Kamarchand Gandhi) yang berasal dari kasta pedagang, Gandhi tumbuh di keluarga yang serba berkecukupan dengan lingkungan tradisi agama Hindu yang sangat kuat.

Pada tahun 1879, Gandhi (10 tahun) memulai dunia akademisnya dengan masuk sekolah daerah di Rajkot, hingga setahun kemudian Gandhi berhasil masuk Kathiawar High School yang juga berlokasi di Rajkot. Dalam prestasi akademis, Gandhi bisa dibilang gak terlalu menonjol secara istimewa. Kebanyakan nilai akademisnya biasa-biasa saja, bahkan dalam beberapa mata pelajaran dia bisa dibilang lumayan payah. Ini bukan maksudnya gua bicara lancang tentang Gandhi ye, tapi emang doi sendiri yang menceritakan hal itu di buku yang dia tulis sendiri, berjudul "All Men are Brothers".

Terlepas dari kemampuan akademisnya yang biasa-biasa aja, ada banyak aspek lain yang menarik dalam diri Gandhi saat remaja. Sebagai seorang putra dari keluarga yang mengikuti tradisi agama yang kuat, Gandhi tumbuh dengan menjunjung tinggi banyak nilai keluhuran dari agama Hindu, seperti empati kepada segala makhluk hidup, pantang makan daging hewan, menjauhi alkohol dan seks bebas, dsb. Tapi di sisi lain, dia juga menentang beberapa tradisi Hindu yang menurutnya konservatif, seperti sistem kasta Hindu India yang mengklasifikasi derajat manusia, dan juga kecenderungan lingkungan sekitarnya untuk membatasi pergaulan dengan agama lain, dll. Gandhi muda, telah berani untuk menalar konsep moral dalam dirinya sendiri, mendobrak nilai-nilai kolot yang menurutnya tidak mengacu pada dharma, menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama, serta bersahabat dengan kawan-kawan dari agama lain seperti Islam dan Sikh.

Di bulan Mei 1883, Mahatma Gandhi (13 tahun) menikah dengan Kasturbai Makhanji (14 tahun) dalam pernikahan yang dijodohkan oleh orang tuanya. Tidak lama setelah pernikahannya, dia melanjutkan sekolah ke Samaldas College di Bhavnagar, Gujarat. Lucunya, sekalinya Gandhi remaja ini sekolah di tempat yang jauh dari rumah, dia jadi galau, sering kangen rumah, gak betah, dll pokoknya rempong banget deh..!! Lebih lucunya lagi, atas saran dari pamannya, Gandhi malah disarankan sekalian kuliah Hukum di Universitas London.

"Katanya tadi sering kangen rumah (homesick), kok sekarang malah kuliah jauh-jauh ke London?" (#TepokJidat)

Yah namanya juga masih abege, maklum aja kalo Gandhi muda ini masih labil. Hehe..

Setibanya di London, Gandhi menempuh studi Ilmu Hukum dengan cukup baik selama 3 tahun di University College London, hingga tahun 1891 Gandhi terpaksa pulang ke India karena mendengar kabar Ibunya meninggal dunia. Setelah masa berkabung, Gandhi pun mencoba untuk memulai karirnya sebagai ahli hukum di tanah kelahirannya tapi ujung-ujungnya gagal total. Kenapa? Selidik punya selidik, ternyata Gandhi muda ini (umur 22) pembawaannya pemalu banget dan gak pede bicara di depan umum..!! "Lha terus kok ambil hukum?? Mau jadi pengacara lagi!"

"Terus gimana ceritanya si pemuda India yang udah mah gak pinter, anak rumahan, udah gitu suka galau, pemalu, grogi kalo ngomong depan umum... kok malah bisa menjadi Bapak Bangsa India, dan dikenal sebagai salah satu orang terpenting abad 20 yang telah mengubah dunia sekaligus sumber inspirasi dari tokoh-tokoh besar sekelas Mandela, Nehru, Luther King??"

Nah, cerita transformasi Gandhi muda-remaja yang cupu menjadi sosok legendaris yang mengubah dunia baru dimulai pada tahun 1893, ketika Gandhi memutuskan untuk mengembangkan karirnya sebagai pengacara di negara koloni Inggris lainnya yaitu Afrika Selatan. Penasaran gimana ceritanya si cupu Gandhi waktu muda ini menjadi salah satu sosok legendaris abad 20 yang telah mengubah dunia? Yuk lanjut bahasannya!

Karya dan Perjuangan di Afrika Selatan (1893 - 1914)

Gandhi tiba di Afrika Selatan pada tahun 1893, sebuah negara bagian kolonisasi Kerajaan Inggris seperti kampung halamannya di British-India. Gandhi yang saat ini berumur 24 tahun tentu gak bisa dibilang 'remaja' yang cupu lagi (walau kadang masih suka grogi kalo ngomong, hehe..). Sekarang Gandhi adalah seorang ahli hukum yang mau bekerja sebagai legal konsultan pada seorang pedagang Muslim keturunan India yang kaya-raya di sebuah kota bernama Pretoria, Afrika Selatan.

Jika ada hal yang menjadi pemicu perubahan besar dalam diri Gandhi dari seorang pemuda ahli hukum biasa menjadi seorang pejuang anti-kolonial yang paling ditakuti Kerajaan Inggris... itu adalah serangkaian pengalaman buruk yang diterima Gandhi pada masa-masa awal kepindahannya ke Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, Gandhi melihat bahkan mengalami sendiri suatu bentuk diskriminasi yang luar biasa parah oleh orang-orang Eropa terhadap kaum kulit berwarna, baik negro maupun keturunan India.

Pada suatu kesempatan, Gandhi pernah diusir secara paksa dari kereta di Pietermaritzburg (baca: diseret lalu dilempar keluar kereta) hanya karena orang-orang bule di sana gak percaya kenapa bisa ada pemuda turunan India yang bisa memiliki tiket kereta kelas 1. Pada kesempatan lain, Gandhi juga pernah digebukin sama kusir kereta kuda hanya karena dirinya menolak turun untuk memberikan penumpang bule prioritas. Gandhi, yang sebelumnya menyandang status sosial yang cukup tinggi di negara asalnya, harus mengalami pengusiran-pengusiran paksa di beberapa hotel, bukan karena dia gak punya duit, tapi hanya karena dia bukan orang bule. Sebagai illustrasi, lo bisa nonton sedikit cuplikan adegan pengusiran Gandhi dari kereta di bawah ini:

Serangkaian kejadian ini menjadi titik balik yang luar biasa dalam pandangan hidup serta karya hidup yang ingin dia perjuangkan kelak. Sejak dirinya sendiri menyaksikan (dan juga mengalami) bentuk diskriminasi rasisme, ketidakadilan terhadap kaum kulit berwarna di Afrika Selatan, khususnya keturunan India... dia mulai memikirkan nasib bangsanya di India yang kurang-lebih merasakan perlakuan serupa oleh Kerajaan Inggris. Sampai akhirnya, dia bertekad untuk merubah situasi tersebut.

Inilah menurut gue sisi menarik dari Gandhi, ketika dirinya mengalami diskriminasi berkali-kali, diusir dari kereta dan hotel sana-sini, dicaci-maki, bahkan dipukulin rame-rame... pada umumnya manusia 'biasa' akan kapok, pasrah sama keadaan, atau justru malah membenci dan menyimpan dendam terhadap pelaku yang melakukan bentuk ketidakadilan tersebut. Tapi di sinilah keistimewaan seorang Gandhi, yang mampu menyalurkan energi kejengkelannya menjadi suatu sikap, prinsip, tekad, dan komitmen yang luar biasa gigih untuk memperbaiki situasi dan permasalahan di depan matanya.

Tekadnya itu membuat Gandhi tinggal menetap di Afrika selatan selama 21 tahun! Lama amat!? Ya, memang selama itulah dia menempa dirinya di Afrika untuk mengembangkan gagasan bagaimana melawan bentuk imperialisme dari Eropa serta membebaskan warga kulit berwarna dari bentuk diskriminisasi dan kolonisasi untuk dapat membangun negara yang mandiri. Saat-saat itu dia gunakan untuk mengasah keterampilannya berargumen, memahami bagaimana cara kerja imperialisme Barat, serta mulai membangun basis kekuatan masa dengan berkontribusi besar terselengaranya kongres bagi warga keturunan India di sebuah Kota bernama Natal, untuk menyatukan suara politik dan memupuk rasa kebersatuan antar sesama warga turunan India. Hal ini membuat Gandhi diserang pada tahun 1897 oleh para demonstran kulit putih. Walaupun gerakan kongres ini bisa dibilang kurang berhasil (malah justru dapetnya bejol dan memar) tetapi gerakan ini cukup mendapat perhatian di Afrika Selatan.

Bentuk kekerasan demi kekerasan yang dialami Gandhi, tidak lantas menyulut emosinya untuk melakukan pemberontakan dengan jalan kekerasan. Malahan pada tahun 1906 di Johannesburg, Gandhi menerapkan sebuah prinsip perlawanan melawan diskriminasi dan kolonialisme bernama Satyagraha, yaitu bentuk protes non-kooperatif tanpa kekerasan. Konsep ini mungkin akrab di telinga kita sekarang dengan istilah "aksi demonstrasi damai", tapi bagi mereka yang hidup tahun 1906 yang lalu... konsep ini adalah gagasan nyeleneh, nyentrik, konyol, malah terkesan naif. Bagaimana mungkin sebuah kelompok bisa melawan sebuah kekuatan yang menguasainya tanpa jalan kekerasan? Ini adalah gagasan yang terdengar lucu dan konyol pada masa itu. Tapi Gandhi yang mengambil filosofi ini dari ajaran Hindu, memegang prinsipnya untuk melawan tanpa kekerasan dengan komitmen dan konsisten yang gigih sampai akhir hayatnya.

Pengaruh Gandhi pada masyarakat turunan India semakin terbukti ketika perang Boer kedua meletus yang merupakan konflik militer antar Kerajaan Inggris dengan Republik Afrika Selatan. Pada masa konflik tersebut, Gandhi memimpin gerakan relawan untuk membentuk kesatuan medis dan supir ambulans yang beranggotakan warga turunan India. Gak tanggung-tanggung Gandhi berhasil mengumpulkan 1.100 orang relawan yang terlatih dan memiliki pengetahuan medis untuk mengobati korban perang. Kontribusi Gandhi dan para relawan lainnya akhirnya berhasil mencuri hati pemerintah Inggris terhadap warga keturunan India.

Keberhasilan Gandhi dalam mengangkat derajat keturunan India di Afrika selatan inilah yang membuat dirinya semakin yakin bahwa dengan prinsip yang sama, dirinya akan mampu membangun jembatan kemanusiaan antar manusia yang berbeda budaya, agama, dan warna kulit... Keyakinan itu Gandhi bawa sampai dia kembali ke India dengan membawa misi pembebasan.

PS. Setelah warga kulit hitam di Afrika Selatan memperoleh hak suara di hadapan pemerintah, Gandhi dianggap sebagai pahlawan nasional warga Afrika Selatan.

Perjuangan Memerdekakan India (1915-1947)

Inggris telah menduduki India sejak tahun 1877 sebagai salah satu dari koloni (baca: jajahan) Kerajaan Inggris. Pada awalnya, Inggris masuk ke India untuk tujuan perdagangan oleh sebuah perusahaan bernama EIC (English East India Company) yang telah memperoleh hak monopoli perdagangan di wilayah timur koloni Inggris seperti India, Malaysia, dan China. Dalam waktu 30 tahun, EIC telah memonopoli hampir seluruh aspek kehidupan ekonomi, perdagangan, serta administrasi di wilayah India. Diskriminasi dan represi terhadap orang-orang lokal terjadi di mana-mana, warga turunan India diharuskan membayar sewa atas tanah airnya sendiri, dan membayar pajak atas komoditas bahan pokok hasil bumi tanah India yang telah menjadi hak monopoli dagang Inggris.

Situasi inilah yang memicu Gandhi pulang ke tanah kelahirannya untuk membawa misi perubahan bagi rakyat India. Gandhi memulai perjuangan dengan cara sederhana, yaitu mendirikah ashram (seperti pesantren untuk agama Hindu). Gandhi mulai mengajarkan konsep satyagraha dan ahimsa yang pada intinya merupakan gerakan perlawanan dengan cara damai tanpa kekerasan. Sampai akhirnya lebih dari 250 orang bergabung dengan Gandhi untuk mempraktekkan sikap non-kekerasan, toleransi terhadap semua agama. Kelompok spiritual Gandhi ini mulai terkenal ke beberapa daerah di India hingga suatu ketika di tahun 1917, seorang petani dari wilayah pelosok datang dan minta bantuan Gandhi yang seorang ahli hukum dan spiritual untuk membantu petani berjuang melawan tuan tanah Inggris yang memungut biaya sewa tanah secara tidak adil.

Kejadian itu menyadarkan Gandhi bahwa sudah saatnya dia berjuang di lapangan untuk membela rakyat India. Dia mengabdikan dirinya untuk membela para petani di wilayah Champaran selama 2 tahun dengan bernegosiasi dengan pemerintah Inggris dan membantu penduduk mengelola kemandirian pangan, sampai akhirnya ia ditangkap oleh polisi Inggris. Dalam semalam, berita penangkapan Gandhi terdengar ke berbagai pelosok bahwa seorang pahlawan daerah yang memperjuangkan hak-hak sipil ditangkap dan diadili. Ribuan petani berkumpul di luar gedung pengadilan untuk mendukung Gadhi. Hakim dan jaksa yang ketakutan dengan ribuan masa yang tiba-tiba memenuhi gedung sidang segera membebaskan Gandhi tanpa syarat. Perjuangan Gandhi untuk para petani terus dilakukan hingga hukum agraria berhasil direformasi untuk melindungi buruh tani yang tertindas. Berita tentang keberhasilan Gandhi dalam memperjuangkan hak petani bisa benar-benar berhasil dilakukan dengan cara negosiasi dan aksi damai. Sejak saat itulah, Gandhi menjadi tumpuan harapan rakyat India.

Namun demikian, Inggris tetap membatasi hak-hak sipil, dan menekan kebebasan berbicara, pers dan berserikat, pada rakyat India di berbagai daerah. Gandhi yang saat itu telah memiliki pengaruh yang begitu luas hingga ke berbagai pelosok India (bahkan sampai dianggap sebagai orang suci), mulai berdiskusi dengan para pejuang kemerdekaan lainnya seperti Jawaharlal Nehru, Ali Jinnah, dkk untuk melakukan strategi pembebasan India dari kolonisasi Inggris. Saat itulah Gandhi berperan besar dalam membentuk prinsip dasar perjuangan kemerdekaan India. Prinsip dasar itu mencakup 4 hal utama, yaitu:

  1. Prinsip perlawanan tanpa menggunakan cara kekerasan.
  2. Bersikap non-kooperatif, menolak kerjasama dan mengabaikan seluruh himbauan serta instruksi apapun dari pemerintah Inggris.
  3. Pemboikotan produk-produk monopoli dagang Inggris serta pemogokan kerja secara serentak.
  4. Membangun kemandirian ekonomi bagi setiap kelompok masyarakat secara serentak tanpa bergantung pada produk perusahaan Inggris.

Di saat negara-negara lain berjuang melawan kolonialisme dengan mengangkat senjata, memicu bentrokan dan kekacauan untuk mengusir penjajah. Keempat prinsip ini sekilas nampak konyol, naif, dan mungkin gak realistis, tapi dibalik itu ada gagasan briliant yang membutuhkan prinsip dan komitmen yang gak main-main. Gandhi berpendapat bahwa Inggris adalah tamu di negara India, tamu yang berjumlah 100 ribu orang (Inggris) tidak akan mampu mengendalikan tuan rumah yang berjumlah 3,5 juta orang (India) jika sang tuan rumah menolak untuk bekerja sama.

Keempat prinsip ini kemudian tersebar luas dan dibuktikan oleh Gandhi dengan mengumumkan pada seluruh rakyat India untuk secara serentak melakukan hari doa bersama dan berpuasa nasional. Hasilnya sangat mencengangkan, hari itu tidak ada orang India yang datang ke pabrik, jalur transportasi lumpuh total, jutaan orang berpawai di jalan, jutaan yang lain berdoa dan berpuasa di rumah. Pemerintah Inggris betul-betul panik dan tercengang dengan aksi kolektif masal yang mampu membuat seluruh India lumpuh total hanya karena hasutan dari sekelompok pejuang kemerdekaan, termasuk Gandhi.

Pemerintah Inggris merespon aksi ini di luar kendali dengan menahan para pemimpin gerakan (termasuk Gandhi). Sampai puncaknya pada 13 April 1919 tentara Inggris melakukan pembantaian terhadap 1.500 penduduk sipil yang sedang melakukan aksi damai di sebuah lapangan Kota Amritsar. Insiden ini membuat seluruh dunia terkejut dan mengecam keras aksi kebrutalan pemerintah Inggris yang dikenal sebagai "Bangsa paling beradab" pada saat itu. Kejadian mengerikan ini juga menimbulkan banyak pertanyaan apakah prinsip anti-kekerasan ala Gandhi bisa benar-benar efektif melawan pemerintah Inggris, atau hanyalah sebuah prinsip untuk mengantarkan nyawa?

Terlepas dari perdebatan itu, Gandhi tetap bertekad untuk membaktikan seluruh sisa hidupnya demi tercapainya kemerdekaan India melalui cara-cara damai tanpa-kekerasan. Di tahun 1920, Gandhi mempengaruhi Indian National Congress untuk mengadopsi strategi satyagraha sebagai gerakan resmi demi mencapai kemerdekaan. Selama setahun setelahnya, Gandhi terus menyerukan pembangkangan sipil secara luas, memboikot barang komoditas produksi Inggris. Bahkan menghasut orang-orang untuk tidak mengenakan baju buatan pabrik Inggris dengan membuat baju dengan cara menenun sendiri.

Namun prinsip anti-kekerasan ini tidak semudah itu merasuk ke setiap sendi masyarakat India yang mendapatkan tekanan dari Inggris. Ada banyak insiden ketika sebagian kecil masa tersulut emosinya sampai melakukan pengeroyokan dan pembunuhan pada opsir polisi Inggris. Selama tahun-tahun berikut, Gandhi seringkali mengangkat sumpah untuk berpuasa hingga mati bila ada kekerasan sedikit saja di antara gerakan pembebasan India. Masyarakat India yang sangat menghormati Gandhi dan bahkan menganggap dirinya sebagai 'orang suci', akhirnya menghentikan pendekatan kekerasan dan kembali pada jalan damai.

Gandhi yang sangat keras kepala betul-betul menjalani puasa hingga menghentikan pemberontakan masal pada tahun 1922. Setelah keberhasilannya meredam pemberontakan, pengaruh Gandhi semakin ditakuti oleh pemerintah Inggris. Mereka betul-betul tidak habis pikir bagaimana mungkin pengaruh satu orang yang bersumpah untuk berpuasa dapat meredam pemberontakan jutaan orang? Konyolnya, setelah berhasil meredam pemberontakan, Gandhi malah ditangkap lagi oleh pemerintah Inggris dan disidang dengan tuntutan menghasut, Gandhi dihukum enam tahun di penjara. Dibalik penjara, pengaruh Gandhi tidak bisa hilang di hati masyarakat India. Pada suatu kesempatan Gandhi pernah mengatakan bahwa untuk berjalan menuju kemerdekaan politik dan spiritual, setiap orang di India harus siap untuk dipenjara.

Pada 5 Februari 1924, Gandhi dilepaskan dari penjara karena alasan kesehatan. Pada tahun-tahun berikutnya, Gandhi mempersiapkan kampanye internal bagi rakyat India untuk menyambut kemerdekaan. Bagi Gandhi, untuk mendapatkan kemerdekaan, rakyat India harus membuat diri mereka pantas untuk mendapatkan itu. Berikut adalah beberapa bentuk kampanye internal Gandhi bagi masyarakat India:

  1. Persatuan umat Hindu dan Muslim di India dan himbauan untuk melakukan rekonsiliasai atas konflik antar agama yang kerap terjadi di berbagai daerah.
  2. Penghapusan diskriminasi terhadap kasta rendah (paria dan sudra) atau lebih dikenal dengan sebutan dalit yang saat itu dianggap oleh masyarakat India sebagai golongan orang 'najis'.
  3. Pemberdayaan perempuan sebagai golongan yang harus disejajarkan dengan laki-laki untuk mendapatkan kesempatan dan perlakuan yang sama.

Pada 12 Maret 1930, Gandhi melakukan sebuah gerakan berjalan kaki sepanjang 240 mil ke pesisir laut Kota Dandi untuk melakukan aksi boikot terhadap produksi pajak garam yang sangat tinggi, itu kira-kira jaraknya sama dengan jalan kaki dari Jakarta ke Semarang! Gilanya lagi, aksi gerak jalan ini diikuti oleh puluhan ribu orang pendukungnya, kota demi kota dilaluinya, ribuan orang menyalaminya untuk memberikan dukungan. Sampai pada 6 April dia tiba di pesisir pantai, lalu memungut garam dari pasir (yang dianggap sebagai tindakan ilegal) sebagai bentuk protes terhadap pemungutan pajak garam.

Tindakan sederhana Gandhi itu memicu tindakan lain, ratusan ribu orang mulai memanen garam, dan mendistribusikan sebagai komoditas mandiri di luar pemerintah Inggris. Aksi boikot produksi garam itu membuat pabrik garam dan perdagangan Inggris kacau balau. Dalam watu sebulan Inggris lagi-lagi menahan Gandhi dan memenjarakan 60.000 orang yang tidak melawan sama sekali. Pada 20 Mei, dua ribu orang penganut prinsip ajaran Gandhi untuk tidak melakukan kekerasan nekat mendekati pintu tambang garam Dharsana untuk mengambil garam hak panen mereka.

Aksi damai tersebut berakhir dengan pemukulan oleh serdadu Inggris terhadap ribuan penduduk sipil secara sepihak tanpa ada bentuk perlawanan. Kejadian ini kembali menjadi sorotan dunia internasional yang mengecam kebiadaban pemerintahan Inggris. Aksi ini terus bertambah, beribu-ribu orang lain malah ikut bergabung dengan aksi protes damai itu. Dalam tahun itu, Inggris memenjarakan lebih dari 100.000 orang India karena protes damai. Jutaan orang di seluruh dunia mulai mendesak Inggris untuk meninggalkan India dan memberikan kemerdekaan.

Karena tekanan dunia internasional yang semakin memuncak, pada Maret 1931 Inggris melepas semua tahanan politik, mengakui hak boikot pakaian rakyat India, serta mencabut larangan atas produksi garam buatan sendiri. Mereka kemudian mengundang Gandhi ke Inggris untuk sebuah konferensi untuk membahas kemungkinan kemerdekaan bagi India. Gandhi pergi ke London selama 4 bulan dan mendapat banyak sambutan positif di Eropa. Namun konferensi itu tidak menghasilkan sebuah keputusan resmi apapun dan hanya bersifat seremonial oleh pemerintah Inggris.

Sekembalinya dari Eropa, Gandhi meneruskan perjuangan internal untuk menghapus diskriminasi kasta Hindu terbawah (dalit) yang selama ribuan tahun dianggap sebagai golongan najis, gelandangan, dan fakir dalam budaya Hindu India. Pada 20 September, Gandhi memulai lagi sumpah "puasa hingga mati" sebagai bentuk desakan agar para petinggi agama Hindu dapat membentuk kesepatakan untuk menghapus sistem kasta. Sikap keras kepala Gandhi ini membuat seluruh negeri bahkan dunia terkejut. Pengaruh Gandhi yang sangat besar membuat para pemimpin Hindu mulai menerima orang-orang dalit yang sebelumnya mereka anggap najis di kuil-kuil mereka. Hanya karena pengaruh seorang Gandhi, budaya konservatif Hinduisme selama ribuan tahun di India mengalami reformasi besar. Sampai Gandhi memberi sebutan baru bagi kaum dalit yaitu harijans yang berarti "Anak-anak Tuhan".

Setelah perang dunia 2 berakhir, publik India semakin yakin dalam waktu dekat Inggris akan angkat kaki dari India. Pada kesempatan itu, para pejuang pembebasan India yang beragama Muslim, termasuk Ali Jinnah menuntut agar India dibagi berdasarkan mayoritas agama. Daerah yang diduduki mayoritas beragama Islam akan menjadi negara Pakistan Barat dan Pakistan Timur (sekarang Bangladesh). Hal ini sebetulnya tidak disetujui oleh Gandhi yang mengharapkan pemersatuan agama Islam dan Hindu untuk dapat hidup dalam keharmonisan di India. Namun ketegangan antar masyarakat Hindu dan Islam semakin memuncak, dan Gandhi memutuskan untuk mengalah demi mencegah terjadinya perang saudara.

Namun demikian, bentrokan antar kelompok Hindu dan Muslim sudah terlanjur merebak di beberapa daerah. Gandhi memutuskan untuk melakukan perjalanan di berbagai wilayah India dari mulai yang termiskin, dimana kebanyakan kerusuhan dan pembantaian brutal terjadi. Desa demi desa ia kunjungi untuk menyeruakan misi perdamaian dalam setiap kelompok bentrokan. Keseluruhannya, dia mengunjungi 49 desa dan cukup berhasil menjadi juru damai antar umat Muslim dan Hindu di berbagai daerah.

Pemerintah Inggris yang baru memutuskan untuk memberi kemerdekaan kepada India pada 15 Agustus 1947. Pada hari yang sama, negara India dengan Pakistan Barat serta Pakistan Timur (Bangladesh) memerdekakan dirinya. Dalam proses pengungsian antar wilayah tersebut, bentrokan antar warga Muslim dan Hindu kembali terjadi. Hari-hari awal kemerdekaan India dan Pakistan diwarnai dengan berbagai bentrokan dan kekacauan. Lagi-lagi Gandhi yang keras kepala memutuskan sumpah untuk berpuasa sampai mati hingga kekerasan sepenuhnya berhenti antar umat beragama. Ia memutuskan pindah ke rumah seorang Muslim yang paling miskin di Calcutta dengan tingkat bentrokan paling buruk, untuk berpuasa hingga mati di sana. Lagi-lagi Gandhi membuat 'keajaiban'.

Dalam waktu kurang dari seminggu, bentrokan antar ribuan umat Hindu dan Muslim berhenti, bahkan beberapa di antara mereka mulai berpawai dan berdoa bersama. Ketika Gandhi hampir meninggal, Calcutta terdiam dan setiap orang berdoa bagi perdamaian. Gandhi mengakhiri puasanya. Kekerasan telah berhenti karena tak seorangpun menginginkannya menderita karena apa yang mereka lakukan. Gandhi telah membuat sebuah mukjizat lagi. Namun demikian, tidak semua pihak dari Muslim maupun Hindu mendukung aksi perdamaian Gandhi. Sebagian umat Muslim di India masih banyak yang memandang sinis kepada Gandhi karena bentuk aksi puasanya itu, sementara itu banyak umat Hindu fanatik membencinya karena membela dan melindungi umat Muslim.

Puncak sentimen masyarakat ini terjadi pada 30 Januari 1948, ketika Gandhi berjalan melintasi taman menuju upacara doa. Gandhi ditembak di depan umum pada jarak dekat oleh penganut Hindu extremist karena Gandhi dinilai terlalu membela umat Muslim di India maupun Pakistan pada saat itu. Gandhi wafat pada hari itu juga. Selama hidupnya Gandhi melakukan sumpah puasa untuk menghentikan bentrokan sipil sebanyak 17 kali, dan dipenjara sebanyak 12 kali selama hidupnya.

Kontroversi & Warisan terhadap Dunia

Karya hidup Gandhi yang luar biasa pengaruhnya bagi Bangsa India, juga mempengaruhi perspektif pergerakan pembebasan di belahan dunia lain. Melalui prinsip hidupnya, Gandhi seorang seolah-olah memberikan tamparan keras bagi kedigdayaan pemerintah Inggris Raya yang dikenal sebagai kaum paling ningrat dan beradab pada masa itu... bahwa prinsip kemanusiaan untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan bukanlah sesuatu hal yang bisa dianggap remeh.

Walau demikian, Gandhi tetaplah seorang manusia biasa yang tidak luput pada kesalahan dan kontroversi. Pada dunia modern sekarang ini, ada sebagian dari akademisi yang menilai bahwa tindakan Gandhi untuk menuntut kebebasan India dari Inggris Raya kurang strategis karena terlalu cepat, sementara India saat itu masih sangat sulit untuk dikontrol dan mandiri secara ekonomi dan politik. Prinsip anti-kekerasan yang diyakini Gandhi itu sendiri juga kerap mendapat kritik sebagai tindakan naif yang membuang nyawa.

Terlepas dari itu, gua pribadi berpendapat bahwa rasanya terlalu sulit bagi kita untuk menghakimi mana kebijakan Gandhi yang tepat, mana yang salah... biar bagaimanapun juga, Gandhi telah menjalani perannya dengan sangat baik dalam upaya memerdekakan bangsanya. Dari sosok pemuda yang pemalu, grogi kalau bicara, dia berubah menjadi seorang aktivis pembebasan yang telah berhasil memerdekakan bangsanya dengan tetap teguh memegang prinsip jalan tanpa kekerasan hingga akhir hayatnya. Selamat hari anti-kekerasan Internasional. Long live Mahatma Gandhi!

"Generations to come will scarce to believe that such a man as this one ever in flesh and blood walked upon this Earth.” - Albert Einstein on Mahatma Gandhi

Sumber : https://www.zenius.net/blog/9510/biografi-mahatma-gandhi

Mohammad Hatta: Bukan sekedar pendamping Bung Karno

Siapa sih orang Indonesia yang tidak tahu sosok Bung Hatta? Rasanya hampir pasti semua orang di Indonesia tahu nama Mohammad Hatta, tapi berapa banyak yang benar-benar tau tentang kisah perjuangannya? Tebakan gua sih sebetulnya gak begitu banyak orang Indonesia yang betul-betul mengenal perjuangan Bung Hatta.

Kalo gua perhatikan, memang figur Mohammad Hatta seringkali hinggap di benak masyarakat umum (hanya) sebagai sosok "pendamping" Bung Karno. Dari mulai nama bandara internasional kita yang dinamakan Bandara Soekarno-Hatta, dua wajah yang menghiasai mata uang seratus ribu rupiah, lagi-lagi Hatta berdampingan dengan Bung Karno. Kemudian peran dirinya sebagai proklamator Republik Indonesia, ditandai dengan sepotong kalimat : "... atas nama Bangsa Indonesia, Soekarno - Hatta". Terakhir, peran politiknya yang dikenal sebagai Wakil Presiden pertama Indonesia, dimana lagi-lagi presidennya adalah Soekarno.

Apakah Bung Hatta memang ditakdirkan menjadi wingman-nya Bung Karno? Apakah tidak ada peran besar dari seorang Hatta sebagai individu yang lebih mendeskripsikan identitasnya terlepas dari sosok Bung Karno? Nah, pada kesempatan kali ini, gua mendapatkan kehormatan untuk mengupas kehidupan dan perjuangan salah seorang pendiri negeri kita yang sudah terlalu lama "dikerdilkan" dengan julukan yang diberikan Orde Baru cuma sebagai 'Bapak Koperasi'.

Terlepas dari itu, gua sadar bahwa tidaklah mungkin untuk merangkum seluruh kehidupan seseorang, (apalagi sosok sebesar Bung Hatta) hanya dalam sebuah artikel. Untuk itu, gua harap para pembaca zeniusBLOG maklum jika ada banyak kisah yang tidak sempat diceritakan/terlewat pada artikel ini. Pada tulisan ini, tujuan gua sebenarnya adalah untuk mengenalkan kembali sosok Bung Hatta di kalangan para pembelajar dan intelektual muda, agar dirinya bisa kembali jadi tokoh yang menginspirasi kita dalam kehidupan kita sebagai pribadi, sebagai intelektual muda, dan sebagai calon penggerak roda negeri ini di masa depan. Yuk kita mulai kisah hidupnya!


Masa Kecil-Remaja di Indonesia (1902-1921)

Bung Hatta lahir 12 Agustus 1902 dengan nama Mohammad Attar di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ayahnya, Muhammad Djamil yang seorang pemuka agama meninggal ketika Hatta berusia 8 bulan. Oleh karena itu, Bung Hatta dibesarkan oleh keluarga ibunya yang berasal dari keluarga saudagar. Masa remaja Hatta diisi dengan pendalaman agama Islam, belajar bahasa Belanda, dan mengikuti berbagai ceramah dan pertemuan politik baik yang bersifat lokal yang diisi oleh Sutan Ali Said, maupun yang berasal dari luar Jawa yang meghadirkan Abdul Moeis dari Sarekat Islam.

Di Padang, Hatta mengikuti pendidikan di ELS dan MULO (istilah SD dan SMP di jaman Belanda) dari 1913-1916. Setamat sekolah di Padang, pada pertengahan Juni 1919 Hatta melanjutkan studi di HBS (Hogere Burger School) di Betawi yang merupakan sekolah lanjutan tinggi pertama. Di Betawi, Hatta remaja diasuh oleh pamannya yang biasa disebut dengan Mak Etek Ayub, seorang saudagar yang cukup sukses berdagang. Dia membiayai Hatta dan menumbuhkan minat dan kecintaan Hatta dengan buku-buku untuk pertama kalinya.

Dalam Otobiografinya, Bung Hatta berkali-kali menyebut keteladanan Mak Ayub sangat berdampak besar dalam perkembangan intelektual, emosional, dan prinsip-prinsip yang diyakininya di masa depan. Pada masa inilah, Hatta mulai belajar prinsip-prinsip berdagang, serta kecintaan pada buku dan ilmu pengetahuan.

Setelah lulus dari HBS dengan nilai kelulusan yang sangat tinggi, pada tahun 1921 Hatta ditawari beasiswa untuk belajar di Rotterdam School of Commerce. Di saat yang hampir bersamaan, Mak Ayub jatuh bangkrut karena terlilit hutang dan sempat menjadi tahanan Hindia Belanda. Di balik jeruji penjara, Mak Ayub tetap menyemangati Hatta untuk terus melanjutkan studi di Eropa. Akhirnya, Hatta yang saat itu baru berusia 19 tahun harus berangkat ke Belanda sendirian dan merasakan hidup jauh di rantau sejak usia belasan tahun.

Masa Studi di Belanda & Lahirnya Jiwa Pemberontakan (1921-1932)

Masa studinya di Belanda ini menjadi awal mula dari perkembangan intelektual Hatta yang sangat pesat, sekaligus membuka mata Hatta untuk memenuhi panggilan dirinya dalam memperjuangkan hak kemerdekaan Hindia Belanda (Indonesia). Menjadi anak rantau di Eropa membuat matanya terbuka akan kemajuan peradaban, modernitas, perkembangan ilmu terbaru, serta peta perpolitikan dunia yang sedang berkecambuk paska perang dunia I dan revolusi di Rusia. Pada masa-masa ini jugalah Hatta mulai memikirkan berbagai bentuk ketidakadilan kaum kolonialis pada rakyat pribumi.

Selain melahap entah berapa ratus buku dari toko buku de Westerboekhandel dan perpustakaan kampus, Hatta juga mulai aktif dalam berorganisasi. Diawali dengan pertemuan diskusi antar sesama pelajar dari Hindia Belanda di rumah persinggahan bernama Bilderdikjstraat, Hatta aktif dalam organisasi bernama Indische vereeniging (Perhimpunan Hindia Belanda). Dinamika diskusinya dalam organisasi tersebut, Hatta bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara, Soekiman Wirjosandjojo, dkk memutuskan untuk melakukan sesuatu yang cukup radikal pada masanya, yaitu mengubah nama organisasi mereka dari "Indische Vereeniging" menjadi "Indonesische vereeniging" yang kemudian berubah menjadi "Perhimpunan Indonesia".

Mungkin buat lo mengubah nama organisasi itu hal sepele, tapi di saat itu... perubahan nama organisasi berarti menyuarakan istilah Indonesia pertama kali dalam organisasi geopolitik (setelah sebelumnya disuarakan Tan Malaka dalam bentuk buku) yang artinya adalah bentuk pemberontakan terhadap Belanda. Dari organisasi ini, Hatta, Sjahrir, dan para pemuda lain di Perhimpunan Indonesia semakin produktif gila-gilaan dalam menyerap ratusan bahan bacaan kelas berat dari mulai filsafat, ekonomi, politik, dan sastra... sekaligus menulis artikel-artikel tajam tentang pembelaannya terhadap rakyat Hindia Belanda, salah satunya adalah buku gedenkboek indonesische vereeniging, Hindia Poetra.

Lo bisa bayangin, Hatta yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa muda, sudah berjuang untuk rakyat Hindia Belanda, tanah airnya di perantauan dengan mengikuti konferensi-konferensi Internasional di Perancis dan Belgia, bertukar ide dan gagasan dengan tokoh perjuangan antikolonialis kelas dunia semacem Nehru (Bapak Bangsa India) dan Hafiz Ramadan Bey (negarawan Mesir). Di saat mahasiswa di Indonesia jaman sekarang masih banyak yang galau karena salah jurusan, ngerjain tugas males-malesan, sering bolos kuliah, dlsb... Tahun 1927, Hatta, seorang pelajar dari tanah Minangkabau di ujung timur kepulauan asia tenggara, memimpin rapat internasional presedium menentang imperasialisme dan kolonialisme di Brussel, Belgia.

Sampai akhirnya, Hatta yang saat itu menjabat sebagai ketua Perhimpunan Indonesia mulai meresahkan pemerintah Belanda akhirnya ditangkap dan dipenjara di Casius-straat bersama Nazir Pamuntjak, Ali sostroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat. Dalam masa peradilan, Hatta membuat pembelaan yang sangat terkenal dan bikin masyarakat Eropa geger berjudul "Indonesia Vrij" (Indonesia Merdeka). Di waktu yang hampir bersamaan, Bung Karno juga menulis pembelaannya dengan judul "Indonesia Menggugat". Inilah awal mula istilah Dwitunggal bagi Soekarno-Hatta melekat, bahkan sebelum mereka berdua bertemu. Setelah hampir enam bulan dipenjara, Hatta dibebaskan dan melanjutkan kuliah hingga lulus dengan gelar Drs pada 1932.

Drs Mohammad Hatta kembali ke tanah air 20 Juli 1932 di umur 30 tahun dengan membawa segudang ilmu dan pengalaman, semangat perjuangan, kemampuan berbahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis... serta ribuan buku bacaannya yang berjumlah 16 peti. Tapi terlepas dari semua ilmunya itu, seorang nerd jenius kutu buku ini juga membawa pulang sebuah cita-cita yang mungkin dianggap kebanyakan orang sinting pada masa itu, yaitu memerdekakan Hindia Belanda dan mendirikan sebuah negara baru bernama Indonesia. Keseriusannya ini ditandai oleh sumpahnya untuk tidak menikah sebelum Indonesia Merdeka.

Kembali ke Tanah Air dan Diasingkan (1932-1942)

Sekembalinya ke Indonesia, Hatta bersama Sjahrir membentuk kembali PNI yang baru saja dibubarkan dan berfokus pada kaderisasi dan mendidik kaum muda. Di samping itu, Bung Karno yang baru saja keluar dari penjara Sukamiskin bergabung pada pergerakan di jalur yang lain melalui Partindo. Ironisnya, perkenalan awal kedua tokoh proklamator kita bukan dihiasi oleh diskusi dan persahabatan, tetapi oleh perdebatan panas antar keduanya dengan saling membalas tulisan terkait gerakan dan gagasan masing-masing di Harian Daulat Ra'jat, Menjala, Api Ra'jat, dan Fikiran Rakjat selama 2 bulan penuh.

Akibatnya, Hatta semakin merasakan dirinya mendapat penolakan dari publik karena sosoknya dianggap terlalu radikal menuliskan pemberontakan pada Belanda. Justru lucunya, pada sebuah kesempatan kunjungan ke Jepang (Februari 1933) untuk keperluan bisnis, Hatta justru mendapat sambutan luar biasa oleh pers Jepang sampai ngebela-belain nungguin Hatta di Pelabuhan Kobe. Pers di Jepang bahkan menjulukinya "Gandhi of Java" dan selama tiga bulan di Jepang, Hatta kebanjiran undangan mulai dari Walikota Tokyo sampai Menteri Pertahanan Jepang. Dirinya kembali ke tanah air Mei 1933.

Melihat semakin tingginya api pergerakan di kalangan muda, pemerintah Belanda semakin ngeri akan terjadinya pemberontakan. Belanda mulai bertindak tegas dengan mengasingkan Bung Karno ke Ende, kemudian Hatta, Sjahrir, dkk di PNI ditangkap dan dipenjara di Glodok (1934). Kurang dari setahun (Januari 1935), Hatta, Sjahrir, dkk diasingkan ke tempat yang terkenal sangat mengerikan, yaitu di Boven Digul (Papua).

Digul atau tanah merah, dataran terpencil di Papua adalah tempat yang diasosiasikan tempat pengasingan seutuhnya, barangsiapa diasingkan ke Digul, tak akan pernah kembali. Digul adalah tempat buangan para tawanan politik, tanpa jeruji, tanpa sipir dan pengawasan sama sekali. Tetapi bentuk jeruji yang sesungguhnya adalah rimba liar yang ganas, penuh dengan binatang buas, pasir hidup, dan nyamuk malaria. Digul memang bukan kamp kerja paksa, tapi tempat pembuangan tanpa rumah sakit, sekolah, dan masa depan. Tempat yang menjadi "neraka" bagi orang-orang yang gemas untuk berkarya, karena di sana hanya ada kebosanan, ketidaktahuan, dan ketidakpastian akan masa depan. Di tengah-tengah "neraka" bagi para aktivis itu, apa yang dilakukan Hatta? Di sana dia belajar setiap hari, menghabiskan ribuan bukunya yang berjumlah 16 peti itu, menulis tentang berbagai gagasan kenegaraan, dan mengajar filsafat dan ekonomi kepada sesama tawanan dan rakyat lokal di sana. Emang ga ada matinya semangat Bung Hatta ini! Masih aja sempet-sempetnya kepikiran buat belajar dan berkarya, padahal tidak ada kepastian di hari depannya.

Dalam penjara dan pengasingan, mungkin adalah masa-masa terberat dan ujian bagi Bung Hatta. Dalam situasi itu, Bung Hatta bukannya merenung, kapok, dan legowo tapi malah lebih rajin dan produktif dengan menulis banyak banget buku keren. Inilah, salah satu keunggulan Hatta yang sangat jarang dimiliki oleh tokoh lain. Sampai sekarang, banyak cerita dari sesama rekan yang diasingkan dan masyarakat setempat yang menggambarkan Hatta sebagai sosok yang disiplin buanget! Bahkan di tanah pengasingan yang tanpa masa depan, dia masih menjaga kedisiplinannya untuk bangun subuh, shalat, belajar, membaca, menulis, dan rutin berdiskusi tentang politik dan sejarah dengan Sjahrir, Tjipto Mangunkusumo, dan Mr. Iwa Kusumasumantri.

Setelah hampir setahun terkatung-katung tanpa kejelasan di Digul, Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira (1936) sampai dengan tahun 1942. Tahun 1942 Hatta dipindahkan ke Sukabumi. "Untungnya", gak lama setelah itu Jepang menguasai Nusantara dan mengusir paksa Belanda. Di masa kekuasaan Jepang, Mayjen Harada memerintahkan untuk membebaskan Hatta dan Sjahrir.

Masa Kependudukan Jepang dan Perjuangan Menuju Kemerdekaan (1942-1945)

Dalam masa kependudukan Jepang, para calon pendiri negeri kita seperti Bung Karno, Bung Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara (empat serangkai) dihadapkan pada "musuh" imperialis Jepang yang sifatnya jauh berbeda dengan Belanda. Jika sebelumnya tantangan yang dihadapi adalah pemerintahan Belanda yang masih terbuka pada dialog dan pembelaan secara birokrasi dan dialektika. Maka Jepang tidak mau ambil kompromi untuk bersilang pendapat. Silang pendapat itu artinya bersilang katana beneran! Untuk itulah para calon pendiri NKRI terpaksa harus bersikap ekstra hati-hati, lebih taktis, dan lebih kooperatif sambil tetap waspada dengan pergerakan dan tujuan tersembunyi dari pemerintah Jepang.

Dalam polemik itu, Hatta adalah orang pertama yang memberanikan diri untuk berdiskusi dengan Mayjen Harada agar tidak menjadikan Nusantara sebagai koloni Jepang, tapi justru mengakui kemerdekaan Indonesia sebagai atas nama persaudaraan di Asia. Sebagai timbal baliknya, masyarakat pribumi Nusantara akan mendukung Jepang dalam perang Pasifik melawan sekutu. Akhirnya Jepang mengangkat empat serangkai jadi pimpinan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang merupakan organisasi propaganda buatan Jepang untuk dapat mengendalikan rakyat Nusantara dalam perang pasifik, baik dalam upaya kerja paksa (romusha) maupun bantuan militer.

Peran serta tanggung jawab Bung Karno dan Bung Hatta terhadap penderitaan rakyat pribumi atas romusha adalah sebuah perdebatan moral tiada akhir dalam sejarah bangsa ini. Di satu sisi, ini adalah pilihan berat yang mereka anggap sebagai "langkah paling tepat" pada saat itu, agar Indonesia bisa mendapatkan celah untuk memerdekakan diri dengan (berpura-pura) berkooperatif dengan Jepang. Di sisi lain, bagi tokoh pergerakan lapangan (seperti Tan Malaka, dkk) yang melihat secara langsung penderitaan rakyat, Bung Karno dan Bung Hatta dinilai terlalu lembek bahkan pengecut karena mau-maunya jadi boneka Jepang. Puncak polemik ini adalah ketika Soekarno dan Hatta diundang ke Jepang untuk makan malam bersama Kaisar Jepang dan Perdana Menteri Tojo tahun 1943.

Bentuk kooperatif ini akhirnya menemukan celah ketika Bom atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki tanggal 7 & 9 Agustus 1945 yang memaksa hampir seluruh tentara Jepang untuk pulang ke negaranya. Di tengah masa vakum ini, akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta mengambil tindakan tegas untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus sekaligus mewujudkan mimpi hampir seluruh rakyat Nusantara untuk mendapatkan moment untuk menghirup udara kemerdekaan.

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949)

Proklamasi kemerdekaan Indonesia memang sudah terlaksana 17 Agustus 1945, keesokan harinya Soekarno diangkat menjadi presiden, sementara Hatta menjadi wakil presiden. Dalam situasi ini, jangan dibayangkan proklamasi kemerdekaan dirayakan dengan sorak-sorai oleh seluruh lapisan masyarakat seolah-olah kita sudah 'menang sepenuhnya'. Dalam kondisi ini, tantangan berikutnya yang harus dihadapi adalah: pengakuan dunia internasional. Karena tanpa adanya pengakuan dunia internasional, proklamasi 17 Agustus 1945 di Jakarta hanyalah dianggap sebagai bentuk "upaya sekelompok orang yang ngaku-ngaku mendirikan negara" yang hanya disaksikan oleh masyarakat lokal sekitar dan tidak mewakili kehendak seluruh kepulauan Nusantara.

Negara Indonesia yang masih bayi memiliki 2 PR besar, yaitu upaya mempertahankan status kemerdekaan dari serangan militer manapun yang berupaya merebut daerah NKRI. Kedua adalah upaya memenangkan pengakuan dunia internasional yang perlu diperjuangkan dalam bentuk perundingan dan perjanjian. Dalam periode awal kemerdekaan, Bapak-Bapak pendiri Bangsa Indonesia, betul-betul harus berjuang susah-payah untuk menyelesaikan 2 PR besar tersebut. Dari mulai isi perjanjian Linggarjati dan Renville yang sangat merugikan pihak Indonesia. Sampai agresi militer Belanda 1-2 yang menggerogoti wilayah NKRI yang notabene adalah bentuk pelanggaran oleh Belanda sendiri terhadap perjanjian Linggarjati dan Renville. (selengkapnya polemik perjanjian politik dan agresi militer Belanda bisa lo tonton di video ini)

Coba lo perhatikan peta di bawah ini. Ini adalah peta daerah kekuasaan Indonesia pada 1 Desember 1948. Bahkan tiga tahun berlalu setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Belanda masih belum mau mengakui kedaulatan NKRI dan berupaya merebutnya dengan agresi militer maupun perjanjian internasional.

Puncak "kekalahan" Indonesia adalah serangan agresi militer Belanda II ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948 dan berhasil menangkap Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan beberapa tokoh lainnya. Saat itu, Indonesia saat itu benar-benar kalah telak, hancur berantakan hampir tak berbekas. Jatuhnya ibukota negara (saat itu Yogyakarta adalah ibukota RI), beserta presiden dan perdana menteri Indonesia menjadi tawanan musuh ini memaksa Indonesia mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Untungnya di saat-saat kritis, TNI masih bisa menunjukkan taringnya dengan melakukan serangan 1 Maret 1949 ke Jogyakarta dan memaksa Belanda untuk melakukan perundingan ulang yaitu Perjanjian Roem-Roijen. Perjanjian ini berlangsung alot sehingga memerlukan kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka untuk mewakili Indonesia dalam kesempatan terakhir merebut kembali jati diri Negara di Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Di sinilah Bung Hatta berperan sangat luar biasa besar dalam masa-masa kritis dan paling menentukan bagi keutuhan NKRI. Di saat Indonesia sedang benar-benar di ambang kehancuran, seorang putera Minangkabau yang telah ditempa oleh kedisiplinan belajar yang mencengangkan, oleh keluasan wawasan yang didapat dari melahap 16 peti buku yang selalu ia bawa kemanapun. Dengan kepiawaiannya berargumentasi dan berdialektika, Hatta berhasil mendesak Belanda sekaligus mengambil simpatik seluruh dunia pada Konferensi Meja Bundar (23 Agustus – 2 November 1949).

Dengan memanfaatkan reaksi keras dunia internasional terhadap berbagai pelanggaran yang dilakukan Belanda pada perjanjian Linggarjati dan Renville dengan melangsungkan agresi militer. Belum lagi tindakan tegas Hatta pada penumpasan pemberontakan komunis di Madiun 1948 yang menambah simpatik pihak Amerika (yang anti-komunis) terhadap Indonesia. Ditambah dengan penyalahgunaan alokasi dana paska perang dunia II yang seharusnya digunakan Belanda untuk membangun negara, malah digunakan untuk menyerang negara lain. Bung Hatta dapat pulang ke tanah air dengan senyum lebar penuh kemenangan, karena dirinya telah berhasil menghadiahkan NKRI (kecuali Irian Barat) sebuah pengakuan kedaulatan resmi dari Belanda dan juga dunia internasional. Kalo bukan karena seorang Bung Hatta yang waktu itu pergi mewakili Indonesia di KMB, mungkin yang namanya negara Republik Indonesia sudah hilang dari peta dunia seutuhnya 65 tahun yang lalu.

Peran Bung Hatta sebagai seorang Negarawan

Sebagian besar masyarakat umum pada masa sekarang mungkin membayangkan saat-saat Indonesia berjaya di bawah kepemimpinan Dwitunggal (Seokarno & Hatta). Seolah-olah Bung Karno dan Bung Hatta adalah partner tidak terpisahkan yang selalu bahu-membahu membangun negara dengan penuh kekompakan. Kenyataannya, Bung Hatta bisa dibilang adalah pengkritik paling keras presiden Soekarno.

Dari semua bentuk perselisihan di antara mereka, hal yang paling terlihat adalah kepercayaan Hatta yang sangat besar terhadap demokrasi. Dalam prinsip kenegaraannya, Hatta berprinsip bahwa setiap warga negara berhak mengambil bagian untuk membangun negara, oleh karena itu jumlah partai tidak boleh dibatasi. Di sisi lain Soekarno menganggap bahwa jumlah partai harus dibatasi agar mudah dikendalikan. Sementara itu Soekarno yang idealis berupaya untuk mempersatukan semua golongan (NASAKOM) agar meminimalisir perselisihan. Sebaliknya, Hatta beranggapan bahwa mempersatukan faham dan budaya yang berbeda malah akan menghilangkan asas masing-masing.

Akhirnya tiba juga masa ketika pertentangan Dwitunggal ini benar-benar tidak terjembatani lagi. Mimpi Hatta tentang Indonesia yang mendorong kebebasan multipartai, dinaungi oleh demokrasi parlementer, serta menerapkan sistem federalisme (pemerintahan desentralisasi) tidak disukai oleh Soekarno. Dalam kekecewaan, Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wapres pada 1 Desember 1956. Pengunduran diri Hatta membuka peluang bagi Soekarno untuk mencanangkan sistem Demokrasi Terpimpin (1959) yang diartikan oleh Hatta sebagai bentuk kediktatoran dan penyelewengan terhadap demokrasi. Kekecewaannya terhadap keputusan Soekarno ini dia tuliskan dalam buku "Demokrasi Kita" yang akhirnya dilarang beredar oleh Presiden Soekarno. Polemik antar Dwitunggal ini juga berdampak pada terjadinya pemberontakan lokal di sulawesi dan sumatera (PRRI dan PERMESTA).

Setelah Turun dari Panggung Politik (1957-1980)

Selepas mundur dari jabatan wapres pada 1 Desember 1956, jangan dibayangkan Bung Hatta menikmati masa pensiun dengan bergelimang harta dari kiprah politiknya yang cemerlang, udah gitu dapat uang pensiun yang besar, bersenang-senang menikmati masa tua dengan main golf atau bersantai di kapal pesiar. Mantan wakil presiden pertama indonesia itu harus harus berjuang susah payah untuk membayar tagihan listrik rumah di jalan Diponegoro 57. Selain keteteran membayar listrik, gas, dan air, Bung Hatta bahkan tidak mampu melunasi pajak mobil dan tagihan biaya telepon di kediamannya di Megamendung. Sebagai pensiunan, Bung Hatta hanya mendapatkan Rp 1.000 sebulan, sebuah nilai yang sangat sedikit. Mengingat pasca mundurnya Bung Hatta, perekonomian Indonesia hancur dan harga-harga melambung tinggi hingga puluhan kali lipat.

Tapi terlepas dari kondisi perekonomian itu, mungkin penyebab utama kesulitan ekonomi Hatta di masa pensiunnya adalah karena dia adalah sosok yang terlalu jujur dan tidak pernah berupaya memperkaya diri dalam kekuasaan politiknya. Bahkan dalam suatu kesempatan, Hatta memerintahkan sekretaris pribadinya utk mengembalikan dana taktis sebagai wapres sejumlah Rp 25.000 padahal secara normatif itu tidak perlu dilakukan.

Di samping itu, sebetulnya ada banyak perusahaan asing yang menawari dirinya menjadi komisaris utama, tapi semuanya ditolak, apa alasannya?

“Apa kata rakyat nanti?”

Sedikit banyak keputusan Hatta untuk mundur sebagai wapres adalah bentuk protes kepada banyak kebijakan Bung Karno yang ia nilai merugikan masyakarat. Dalam perspektif itu, Hatta khawatir rakyat akan berpikiran buruk dan menuduh dia mundur dari jabatan wapres untuk kepentingan bisnis dan bukan murni sebagai lambang dedikasinya pada rakyat.

Dalam masa transisi kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru, Bung Hatta pernah dipercaya oleh Presiden Soeharto menjadi pengawas korupsi di pejabat negara dan militer beserta AH Nasution. Karena mungkin akhirnya terlalu banyak pihak yang ketahuan korupsi oleh Bung Hatta, dkk. Hasil laporan tersebut tidak pernah dikemukakan pada publik.

Drs Mohammad Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta setelah setelah sebelas hari ia dirawat di sana. Pemerintah Orde Baru memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama dengan Bung Karno. Baru pada 7 November 2012, Bung Hatta bersama dengan Bung Karno ditetapkan secara resmi sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono .

****

Itulah sepenggal kisah tentang Bung Hatta. Moga-moga kehidupan dan perjuangan beliau bisa menjadi sumber inspirasi bagi lo semua. Bagi gua pribadi, Bung Hatta adalah sosok teladan yang paling unik. Bayangkan saja, seorang nerd, kutu buku kelas berat, yang hidupnya sangat disiplin, introvert parah, kuper, tokoh besar yang paling males untuk menjadi pusat perhatian... ternyata sosok semacam itulah yang berhasil mengejar impian yang mungkin dianggap paling sinting oleh kebanyakan orang di masa itu: Memerdekakan Hindia Belanda menjadi sebuah negara baru yang diakui dunia internasional, bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selamat ulang tahun, Bapak Koperasi Bangsa Indonesia, Mohammad Hatta! Semoga semakin banyak anak muda Indonesia yang tahu, bahwa engkau bukan 'hanya sekedar' pendamping Bung Karno

Sumber : https://www.zenius.net/blog/8595/biografi-mohammad-hatta

Mau belajar SBMPTN lebih awal, sebaiknya mulai dari mana?

Meskipun sekarang ini kita masih memasuki awal-awal bulan dari tahun ajaran baru, tapi kalo gua perhatikan traffic yang akses zenius.net, ternyata gak sedikit juga siswa kelas 12 SMA/SMK maupun alumni SMA/SMK yang udah bertekad dari jauh-jauh hari untuk mulai persiapan belajar menghadapi sbmptn 2016! Mungkin kesannya rada lebay kali ya, ujian SBMPTN-nya aja masih bulan Juni tahun depan, masa belajarnya udah mulai dari bulan September sekarang?

Untuk bisa dibilang lebay atau nggak, sebetulnya relatif juga yah. Kalo kita berkaca pada tingkat persaingan SBMPTN setiap tahunnya (15% - 18%), emang bisa disimpulkan persiapan belajar untuk SBMPTN itu gak bisa sembarangan. Jadi gua maklum banget kalo cukup banyak di antara murid zenius, yang udah bertekad belajar SBMPTN dari bulan-bulan sekarang.. dan emang jujur aja nih ya, selama gua jadi pemerhati pendidikan 3 tahun belakangan ini, bisa dibilang salah satu kesalahan umum siswa kelas 12 itu adalah : kelamaan nunda belajar untuk SBMPTN karena terlalu berharap pada jalur seleksi SNMPTN. Buat lo yang mungkin punya harapan besar untuk bisa masuk PTN melalui jalur SNMPTN, mungkin ada baiknya melihat data persentase penerimaan SNMPTN skala nasional ini:

Tahun Jumlah Peserta SNMPTN Peserta Yang Lolos Persentase Penerimaan SNMPTN
2015 852.093 137.005 16,07%
2014 777.536 125.406 16,13%
2013 765.531 133.604 17.45%

Yah intinya, tingkat persaingan di jalur SNMPTN itu sangat ketat, untuk tahun depan (2016) kemungkinan besar persentase penerimaannya juga gak beda jauh, sekitar 16-17%. Di sini, gua bukan bermaksud ngelarang lo ikut seleksi SNMPTN ya... tentu lo berhak daftar dan ikut jalur seleksi SNMPTN, dan emang gak ada salahnya juga untuk dicoba. Tapi saran dari gue, sebaiknya lo mengasumsikan bahwa keterima di SNMPTN itu adalah bonus aja. Kenapa? karena pada dasarnya kecuali lo sekarang adalah siswa kelas 10 semester 1-2, udah gak terlalu banyak yang bisa lo lakukan untuk mengubah hasil seleksi SNMPTN (selain dengan cara taktis milih jurusan). Sebaliknya untuk jalur SBMPTN, lo masih punya cukup banyak waktu mempersiapkan diri untuk belajar SBMPTN 2016.

"Okay tapi masalahnya, kalo mau mulai belajar untuk SBMPTN harus mulai dari mana nih? Sementara gua sendiri aja masih bimbang mau masuk jurusan mana. Belum lagi, gua gak tau seberapa banyak bahan SBMPTN yang harus dipelajari."

Nah, justru di artikel ini gua mau menjawab semua pertanyaan lo itu. Singkatnya, ujian SBMPTN itu dibagi menjadi 3 materi ujian, yaitu TKPA, TKD Saintek dan TKD Soshum. Bagi lo yang nantinya mau daftar jurusan bercorak IPA, seperti teknik, mipa, kedokteran, dsb berarti lo harus mengambil ujian TKD Saintek dan TKPA. Sementara bagi lo yang mau daftar jurusan kuliah bercorak IPS, seperti hukum, ekonomi, ilmu politik, dsb berarti lo nantinya mengambil ujian TKPA dan TKD Soshum. Kira-kira gambarannya seperti ini:

Untuk lebih detailnya, lo bisa ngeliat pembagian rundown ujian pas hari-H SBMPTN 2015. Dalam artikel ini, gua asumsikan peraturan pemerintah masih sama dengan tahun lalu (terkait rundown ujian SBMPTN) yang diselenggarakan hanya pada 1 hari.

 

Kalo lo perhatiin rundown di atas, gak heran yah kenapa ujian TKPA ditaro di tengah diapit oleh Saintek dan Soshum. Jelas alesannya supaya yang ambil jurusan kuliah IPA, bisa ujian Saintek dulu pagi-pagi, baru lanjut TKPA siangnya. Sementara yang ambil jurusan IPS, bisa bersama-sama ujian TKPA siang, terus lanjut Soshum sore harinya.

Okay, berdasarkan pembagian 3 kategori ujian beserta dengan sub-materi yang perlu dipelajari, mungkin lo bingung harus mulai dari mana belajarnya. Dalam kesempatan ini, gua pribadi berpendapat... bagi lo yang mau mencuri start belajar duluan untuk persiapan SBMPTN dibandingkan para pesaing yang lain, gua sarankan untuk fokus memantapkan materi TKPA dulu aja sebelum lo mulai nyentuh materi Saintek atau Soshum. Kenapa lebih baik fokus ke materi TKPA dulu aja? Ada beberapa alasan yang menurut gua penting, di antaranya adalah:

1. Mau gak mau, (hampir) pasti lo akan menghadapi materi TKPA.

Terlepas lo akan ambil SBMPTN Saintek, Soshum, atau IPC lo pasti akan menghadapi ujian TKPA. Bahkan beberapa Ujian Mandiri PTN maupun PTS, juga memberikan ujian materi TKPA. Jadi bisa dibilang, you have nothing to lose kalo mau mulai memantapkan materi TKPA untuk mencuri start belajar dari pesaing lo yang lain.

2. Buat yg masih bimbang ambil Saintek/Soshum. Belajar TKPA dulu adalah jalan paling aman.

Bagi sebagian orang, emang perlu sedikit waktu untuk merenungkan arah masa depannya mau ambil jurusan apa. Emang wajar banget kalo di bulan-bulan awal tahun ajaran begini, lo masih dalam proses merenungkan mau masuk jurusan mana. Bisa jadi lo sekarang minat di bidang kedokteran, eh taunya nanti Januari tiba-tiba tertarik masuk ekonomi. Ada juga mungkin yang sekarang kepikiran buat lintas jurusan dari IPA ke IPS (atau sebaliknya), eh taunya pas bulan Februari gak jadi mau lintas jurusan. Nah, supaya waktu dan energi lo gak terbuang percuma, gua pribadi menyarankan mending main aman dengan, dengan mencurahkan waktu dan energi lo untuk mantepin materi TKPA aja dulu. Kan berabe juga kalo misalnya lo udah keasikan belajar materi Saintek berbulan-bulan, eh taunya di tengah jalan kepincut pengen masuk jurusan IPS.

3. Materi TKPA itu relatif bisa jadi 'lumbung nilai', tapi malah sering diremehin! (terutama sama pesaing lo)

Seriously, banyak peserta SBMPTN yang ngeremehin materi TKPA alias belajarnya cuma setengah-setengah (bahkan ada juga yang gak belajar sama sekali), terus akhirnya nyesel karena point mereka justru ancur berantakan di materi yang harusnya bisa jadi 'lumbung nilai'. Kalo gua boleh berpendapat, sebetulnya materi TKPA ini gampang-gampang-susah. Maksudnya gimana?

Kalo dari jumlah materi dan tingkat kesulitannya, menurut gua materi TKPA ini relatif lebih mudah dan bahan materinya lebih sedikit daripada TKD Saintek maupun TKD Soshum. Masalahnya, banyak peserta SBMPTN yang ngeremehin TKPA & jarang latihan soal/try out. Akibatnya waktu ujian hari-H : banyak kena jebakan soal, gak teliti baca soal, gak taktis waktu jawab soal, kelamaan ngulik soal tanpa nyadar kalo waktu yang dikasih dikit banget, banyak soal yang gampang tapi gak kesentuh karena udah waktunya keburu udah selesai, dsb.

****

Okay, intinya sih jangan sampai lo kepeleset di materi yang harusnya bisa jadi kesempatan bagus buat lo untuk mendulang point sebanyak-banyak. Nah, sekarang gua mau bahas ujian TKPA ini secara umum, baru nanti gua bahas lebih detail.

Gambaran Umum Ujian TKPA

Ujian TKPA secara umum terbagi menjadi 3 mata pelajaran utama yaitu TPA (45 soal), Matematika Dasar (15 soal), Bahasa Indonesia (15 soal), dan Bahasa Inggris (15 soal). Berarti total soal materi TKPA adalah 90 nomor dengan durasi waktu ujian 105 menit. Biar lebih kebayang, lo bisa lihat illustrasi di bawah ini:

 

Perlu dicamkan baik-baik bahwa tes TKPA ini (menurut gua sih) memang didesain supaya (hampir) mustahil semua nomor bisa diselesaikan dengan waktu yang disediakan. Coba pikirin aja, dengan total jumlah 90 nomor dan waktu yang tersedia 105 menit. Berarti kalo dipukul rata, setiap nomor (seolah-olah) bisa dikerjakan 1 menit 10 detik. Padahal kalo dipikir baik-baik tipe soal logika analitik, bahasa indonesia, dan bahasa inggris itu memerlukan waktu yang relatif lama untuk dijawab karena lo dituntut untuk membaca bahan teks yang panjang dulu sebelum menjawab soal.

Jadi yang mau gua tekankan di sini adalah: jangan terlalu lama berkutat sama soal-soal tertentu. Ingat bahwa target utama lo dalam ujian TKPA adalah mendulang point sebanyak-banyaknya, jangan sampai soal-soal yang sebetulnya mudah dikerjakan, malah jadi terlewat/gak sempet dikerjain hanya karena waktunya udah keburu habis.

Di sisi lain, lo juga harus mikirin porsi pengerjaan antara soal TPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris supaya sebisa mungkin seimbang. Kesalahan umum yang sering banget kejadian adalah: Lo keasikan berlama-lama ngulik soal TPA & matdas, terus waktu mau mulai ngerjain soal Bahasa Indonesia, gak sadar kalo siswa waktunya tinggal 15 menit lagi! Akhirnya lo panik terus ngerjain soal Bahasa Indonesia dan Inggrisnya terburu-buru, gak teliti, banyak kejebak, bahkan ada aja siswa yang sampai gak sempet nyentuh soal Bahasa Inggrisnya sama sekali.

Nah, saran dari gua, lo bikin porsi waktu pengerjakan masing-masing soal supaya seimbang, misalnya:

  • Porsi waktu mengerjakan soal TPA (45 soal) = 40 menit
  • Porsi waktu mengerjakan soal Matdas (15 soal) = 20 menit
  • Porsi waktu mengerjakan soal Bhs Indonesia (15 soal) = 15 menit
  • Porsi waktu mengerjakan soal Bhs Inggris (15 soal) = 15 menit
  • Porsi waktu mengulang soal yang terlewat atau gak yakin jawabannya bener = 15 menit

Jadi waktu ngerjain soal TPA, biasakan kerjakan itu dengan cepat. Fokus sama soal yang lo pasti bisa dulu. Kalo ada yang kira-kira sulit, langsung lewatin aja dulu, jangan buang-buang waktu. Biasakan lo membuat porsi waktu pengerjaan, jangan berkutat sama satu soal terlalu lama. Pastikan pada menit ke-40, seenggaknya lo udah 'menyentuh' semua soal TPA, terlepas ada beberapa nomor yang kelewat itu wajar. Segera masuk ke 15 soal matdas, kerjakan tipe soal yang paling lo kuasai, mudah, dan cepat. Kalo ada soal yang kira-kira makan waktu lama atau sulit, lewatin aja dulu sambil diberi tanda. Untuk materi Bahasa Indonesia, gunakan strategi yang sama, kerjakan dengan cepat, lewati soal yang kurang yakin, pastikan 15 nomor bisa 'tersentuh' dalam waktu 15 menit. Begitu juga dengan soal Bahasa Inggris, biasakan kerjakan dengan cepat, efektif, dan melakukan pembagian waktu yang strategis.

Dengan waktu yang tersisa (misalnya 15 menit), lo bisa gunain waktu itu untuk ngecek lagi soal-soal yang tadi dilewat, ngecek apakah kode soal udah bener, nomor peserta ujian udah bener, dsb. Mungkin emang gak seluruh soal bisa sempet lo jawab karena waktunya emang sengaja dibuat supaya mepet banget. Tapi senggaknya lo bisa mengalokasikan seluruh kemampuan lo secara merata dan efektif pada semua soal yang pasti bisa lo kerjain. Coba lo biasakan untuk disiplin membagi porsi waktu pengerjaan dari sejak try out sbmptn sekarang-sekarang, jadinya nanti pas hari-H SBMPTN, lo udah terbiasa disiplin memanfaatkan waktu secara optimal. Lebih detail tentang strategi belajar masing-masing materi TKPA, gua bahas di bawah ini:

 

TPA - Tes Potensi Akademik (45 soal)

TPA atau Tes Potensi Akademik biasanya sering dikait-kaitkan dengan semacam tes IQ yang materinya gak perlu dipelajari. Anggapan itu salah banget yah guys. Materi TPA itu memang secara teori gunanya untuk mengukur kemampuan logika, pemahaman komunikasi lo, daya analisa, dsb... yang pada intinya, tes TPA itu menjadi standard tertentu bagi universitas untuk menyaring para calon mahasiswanya. Tentu sebagai pihak universitas, mereka pengennya dapet para calon mahasiswa yang bisa berpikiran logis, daya analisa tinggi, kemampuan memahami bahasa komunikasi dengan baik, dsb.

Nah, komponen soal TPA itu sendiri ada macem-macem, dan setiap buku panduan biasanya punya istilahnya sendiri-sendiri. Kalo untuk versi zenius, gua sempet nanya ke Wilona (tutor TPA zenius), dia pribadi membagi komponen soal TPA jadi lumayan detail dan komprehensif, yaitu 7 komponen berikut:

  1. Verbal
  2. Logika Proposisi
  3. Logika Analitik
  4. Pola Barisan
  5. Aritmetika
  6. Diagram Venn
  7. Pola Gambar

Nah, cuma masalahnya dari 8 komponen soal ini, bisa jadi gak seluruhnya keluar dalam 60 nomor soal TPA. Kadang-kadang pada SBMPTN tahun tertentu, porsinya lebih banyak di logika analitik, pada tahun yang lain malah lebih banyak soal verbal yang keluar, kadang yang dominan pola gambar, dst.. Terus gimana dong? Yah, solusinya ya pelajari aja semua komponen soalnya dengan sebaik-baiknya!

 

Matematika Dasar SBMPTN (15 soal)

Okay, untuk bahan Matdas, rasanya gua gak perlu bahas panjang lebar, karena pada artikel zenius sebelumnya, Wisnu udah bahas seluruh tips, strategi belajar, dan juga pembagian materi berdasarkan kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Selain itu, Wisnu juga udah sempat membedah frekuensi materi bab yang paling sering keluar untuk soal-soal SBMPTN Matdas dari soal SBMPTN Matdas 2010-2014, berikut adalah pembagian topik soal-soal Matematika Dasar yang udah dikupas oleh Wisnu:

Okay, berdasarkan pembagian topik di atas, moga-moga cukup membantu lo untuk melihat prioritas bab mana aja yang lebih fokus untuk dipelajari yak.

 

Bahasa Indonesia SBMPTN (15 soal)

Kadang mungkin banyak orang mikir, apa susahnya sih ujian Bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia kan bahasa 'ibu' yang kita gunakan sehari-hari? Masa iya, kayak gitu doang gak bisa? Ironisnya, mayoritas kegagalan siswa SMA pada ujian nasional dari tahun ke tahun itu justru pada ujian Bahasa Indonesia. Kenapa bisa begitu? Ada beberapa faktor, salah satunya karena kita gak sadar bahwa komunikasi yang kita gunakan sehari-hari itu sudah tidak bisa dibilang penggunaan Bahasa Indonesia yang benar, tidak terkecuali yang hidup di kota besar apalagi yang di daerah terpencil.

Terlepas dari itu, pelajaran Bahasa Indonesia memang dari dulu relatif disepelekan, dianggap remeh, dan tidak penting. Padahal faktanya, soal ujian Bahasa Indonesia itu gampang-gampang susah, banyak jebakan, dan menuntut kecermatan dan logika yang baik.

Kalo lo perhatiin, mungkin dari tahun ke tahun tipe pola soal Bahasa Indonesia di SBMPTN ya gitu-gitu aja, paling ditanya ide pokok, gagasan utama, topik bahasan, tema artikel, atau kesimpulan dari bacaan. Herannya, masih banyak siswa yang masih gak ngerti apa itu bedanya topik dengan tema, masih gak bisa bedain apa itu gagasan utama dan kesimpulan pada bacaan. Jadi seringnya para peserta ujian itu ngerasa pede bisa ngerjain, padahal jawabannya banyak yang salah. Nah lho, jangan sampai impian lo untuk bisa kuliah di PTN favorit malah gagal hanya gara-gara pelajaran Bahasa Indonesia yak!

 

Bahasa Inggris SBMPTN (15 soal)

Okay, pada soal Bahasa Inggris, lo akan berhadapan dengan 15 soal pertanyaan dalam bacaan atau biasa disebut dengan istilah Reading Comprehension. Sekilas bentuk 'pertanyaan dalam bacaan' itu kesannya cuma hal yang sepele, apalagi jumlah soalnya cuma 15 nomor doang. Tapi jangan salah guys, justru karena kesannya sepele inilah, banyak banget peserta SBMPTN (baca: para pesaing lo) yang terlalu ngeremehin materi ujian Bahasa Inggris. Kok bisa ya 15 nomor soal yang bentuknya pertanyaan dalam bacaan aja bisa sampai jadi momok tersendiri yang gak bisa diremehin?

Okay, berdasarkan hasil obrolan gua dengan Donna (tutor Bahasa Inggris zenius) dan anak-anak alumni zenius, beberapa kesalahan umum yang sering kejadian adalah... otak lo udah keburu butek duluan gara-gara dihajar sama 45 soal TPA + 15 soal matdas + 15 soal Bahasa Indonesia... Jadinya waktu lo baru mulai masuk ke soal Bahasa Inggris, mental lo udah drop duluan begitu ngeliat bacaan Bahasa Inggris yang panjang-panjang, belum lagi waktu yang tersisa buat ngerjain soal Bahasa Inggris itu seringnya udah mepet banget. Dalam kepanikan, biasanya peserta ujian malah asal nembak atau nyerah gak diisi sama sekali. Gak jarang, hal inilah yang jadi salah satu penyebab peserta gagal dalam ujian SBMPTN.

Sekarang lo coba pikirin aja deh, yang namanya PTN top nasional itu pasti punya standard tersendiri untuk menyaring para calon mahasiswanya dong. Hampir pasti sih, salah satu standard itu adalah kemampuan Bahasa Inggris yang cukup baik. Kenapa kemampuan Bahasa Inggris jadi standard? Lo bayangin aja, dari mulai buku cetak, jurnal ilmiah, sumber referensi artikel, bahkan kadang soal ujian waktu kuliah itu menggunakan Bahasa Inggris! Sekarang kalo dalam ujian SBMPTN lo gak ngisi soal Bahasa Inggris sama sekali atau asal nembak doang... secara gak langsung lo memberikan kesan pada tim seleksi, bahwa kemampuan Bahasa Inggris lo payah banget atau bahkan gak bisa sama sekali! Akibatnya ya jelas lo gak akan masuk standard untuk bisa jadi calon mahasiswa di PTN top nasional dong...

"Nah lho, terus gimana dong? Bahasa Inggris gua kan emang payah. Apalagi kalo waktu ngerjain, otak gua udah terkuras habis ngerjain soal TPA dan Bahasa Indonesia. Apa yang harus gua lakukan?"

Nah, cara supaya lo bisa tahan ngehadepin soal Bahasa Inggris pas otak udah capek itu ya gak ada cara lain selain dibiasain! Maksudnya 'dibiasain' itu gimana? Maksudnya lo coba latih otak lo untuk terbiasa membaca teks Bahasa Inggris sampai betul-betul lancar. Kalo lo dari jauh-jauh hari udah terbiasa baca teks Bahasa Inggris, maka energi yang otak lo gunakan untuk baca teks Bahasa Inggris itu jadi relatif enteng! Jadi walaupun otak lo sebetulnya udah agak letih karena habis ngerjain soal TPA dan Bhs Indonesia, waktu berhadapan dengan bacaan Bahasa Inggris gak perlu jiper/takut lagi, karena itungannya bacaan kayak gitu udah jadi makanan ringan buat lo, hehe..

Terus gimana dong caranya supaya bisa dibiasain? Kuncinya memang persiapan belajar Bahasa Inggris itu jangan diremehin! Otak lo itu perlu proses adaptasi untuk bisa menguasai bahasa lain, jadi persiapannya pun gak bisa sebentar.

****


Okay, itulah kurang lebih beberapa tips dari gue terkait bagaimana sebaiknya lo mengalokasikan waktu dan energi untuk belajar SBMPTN pada bulan-bulan awal seperti ini. Buat lo yang baca artikel ini di waktu yang relatif udah mepet, gua sarankan lo baca artikel ini:

Kalo gua baru mulai belajar SBMPTN dari sekarang, masih sempet gak yah?

Moga-moga artikel ini bermanfaat buat lo semua, khususnya buat lo yang mau ngejar point sebanyak-banyaknya pada materi ujian TKPA. Good luck everyone, and do your best!

Sumber : https://www.zenius.net/blog/9096/belajar-sbmptn-tkpa-tpa-bahasa-indonesia-inggris

5 Kesalahan Umum yang Bisa Bikin Lo Gagal Masuk Universitas

Lha baru bulan segini kok zenius udah ngomongin topik soal kuliah? Belum juga UAS semester ganjil, UN, pengumuman SNMPTN, dll... Emang sih, waktu penentuan masuk universitas seperti SBMPTN dan Ujian Mandiri bisa dibilang masih cukup lama, tapi menurut gua justru karena masih lama makanya sebaiknya udah mulai kita pikirin dari sekarang. Kalo udah mepet-mepet baru kita bahas yah percuma juga dong, iya nggak? Dengan begini kan lo jadi punya cukup waktu buat mikirin segala hal tentang rencana kuliah. Malah menurut gua, sekarang ini justru waktu yang paling tepat untuk bahas seputar rencana masuk kuliah, sebelum nanti akhirnya terlambat dan nyesel.

Okay, untuk artikel kali ini gua mau bahas tentang lima kesalahan umum yang sueeriiiing buaaangeeet dilakukan oleh kakak-kakak angkatan lo. Sebetulnya gua cukup yakin kalo kesalahan-kesalahan ini pun masih akan sering diulangi oleh temen-temen seangkatan lo, terutama yang nggak baca artikel ini. Kesalahan-kesalahan inilah yang seringkali menyebabkan banyak siswa yang terkenal pinter (atau rajin) di sekolahnya tapi malah gagal untuk dapet universitas favorit atau bahkan gagal kuliah dan terpaksa harus ngulang tahun depan. (serius deh, lumayan banyak lho anak yg pinter & rajin tapi justru malah gagal masuk universitas!)

Jadi, buat lo yang sekarang lagi baca artikel ini, gua berani bilang kalo lo cukup beruntung karena mengetahui hal-hal ini lebih awal, dan pastinya bisa punya cukup waktu untuk mensiasati kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi ini. Oke deh, kita mulai aja yuk pembahasannya tentang lima kesalahan umum yang (bisa jadi) bikin lo gagal masuk universitas:

 

Kesalahan Umum #1: Belajar buat UN dulu, abis itu baru mikirin soal kuliah

Buat lo yang sekarang di kelas 12 SMA, kemungkinan besar topik yang lagi HOT dibicarakan di sekolah sekarang-sekarang ini adalah persiapan Ujian Nasional. Yak, hampir setiap tahun, ada-ada aja berita serem tentang siswa-siswa berprestasi yang gagal lulus UN sampai stress, depresi, bahkan ada beberapa kasus yang berakhir bunuh diri. Tentu hal ini bikin semua pihak was-was dari mulai guru, orangtua, dan pastinya lo sendiri juga kebawa jadi khawatir dan mulai mikirin gimana caranya supaya bisa lulus UN SMA dengan nilai yang memuaskan. Nah, terlepas dari semua berita serem yang biasa lo denger di media tentang UN, lo pada tau gak sih sebetulnya tingkat kelulusan UN itu seberapa besar? Percaya atau nggak, tingkat kelulusan UN SMA tahun 2014 yang lalu itu 99,52% sedangkan tingkat kelulusan UN SMK tahun 2014 itu sebesar 99,9%! Wuiih... tinggi banget yak? Ya memang! dari tahun ke tahun itu tingkat kelulusan SMA itu gede banget hampir pasti di atas 98%. Artinya peluang lo sebetulnya sangaaat keciiill untuk bisa sampe gak lulus UN SMA atau UN SMK. Cuma emang kita sama-sama maklumin aja kenapa para guru dan pihak sekolah kok malah fokus ngingetin lo buat belajar untuk UN, ya tentu karena tingkat kelulusan UN SMA/SMK (di sekolah masing-masing) itu jadi faktor yang signifikan dalam proses penilaian dan evaluasi kualitas sekolah yang bersangkutan.

Terus, gimana kabarnya dengan peluang masuk Universitas? Kalo kita ngomongin SBMPTN doang secara keseluruhan yah, pada Saringan SBMPTN 2014 yang lalu, cuma 104.862 siswa doang yang lolos dari total 664.509 peserta, artinya cuma sekitar 15,78% siswa yang lolos SBMPTN 2014! Sekarang lo bisa lihat kalo persentasenya jaauuuh bangeeet sama peluang lo (yang sangat gede banget) buat cuma sekedar lulus UN SMA/SMK. Nah, itu kan baru SBMPTN secara keseluruhan nih, terus kalo misalnya lo berminat untuk kuliah di jurusan & kampus favorit gimana dong? Okay, misalnya katakanlah lo mau masuk STEI ITB, persentase kelulusan SBMPTN 2014 dari STEI ITB itu hanyalah sebesar 5,53% doang! Iya, lo gak salah baca, emang cuma sekitar 5% doang yang lolos STEI ITB 2014, tepatnya cuma 162 orang dari total 2927 peminat yang mendaftarkan diri. Okay, terus gimana dengan universitas lain? Nih, untuk gua kasih bocoran data persentase peluang masuk (jumlah daya tampung/jumlah peminat) untuk Universitas Indonesia (jalur SNMPTN-SBMPTN-SIMAK). Buat yang penasaran tentang persentase dari universitas lain, lo bisa cari sendiri di google yak!

Lantas, apa point yang mau gua sampaikan di sini? Point gua adalah: Lo harus sadari dari sekarang bahwa tingkat kesulitan buat masuk universitas itu jaauuuh lebih tinggi daripada cuma buat sekedar lulus UN doang. Jadi saran gua simple aja, akan jauh lebih efektif buat lo untuk langsung fokus belajar buat SBMPTN dan Ujian Mandiri mulai dari sekarang daripada belajar dulu buat UN SMA baru abis itu mulai mikirin soal kuliah. Karena kalo lo sekarang ini malah belajar untuk kapasitas tingkat soal cuma selevel UN SMA/SMK, lo gak akan punya banyak waktu lagi buat belajar untuk soal-soal SBMPTN atau UM dengan tingkat kesulitan yang jauh lebih tinggi. Gua jamin deh kalo lo mulai dari sekarang fokus belajar untuk soal-soal SBMPTN dan Ujian Mandiri yang tingkat kesulitan soalnya jauh lebih tinggi daripada UN, lo pasti gak akan mengalami kesulitan yang berarti untuk lulus UN SMA dengan nilai yang oke.

PS. Sebelumnya gua juga pernah nulis tentang apa bedanya persiapan belajar untuk UN SMA dengan persiapan belajar untuk SBMPTN.

 

Kesalahan Umum #2: Teknik belajar yang salah.

Ini sebetulnya adalah kesalahan umum yang "klise" tapi herannya dari tahun ke tahun pasti terulang terus. Masalah dalam persiapan belajar itu penyebabnya bisa jadi banyak hal, dari mulai sumber bahan belajar gak lengkap, telat mulai belajarnya, sampai dengan cara persiapan belajar yang salah dan gak tepat sasaran. Lo bisa bayangin sendiri tingkat persaingan yang akan lo hadapi dengan ngeliat tingkat peluang kelulusan SBMPTN dan Ujian Mandiri yang gua bahas sebelumnya, apalagi kalo lo emang bener-bener mau ngejar jurusan dan kampus favorit. Yang jelas hampir gak mungkin lo bisa ngejar bahan materi 3 tahun SMA dengan tingkat kesulitan yang tinggi hanya dengan modal waktu belajar cuma 2-3 bulan doang. Simpelnya, lebih cepat lo nyuri start belajar daripada pesaing lo yang lain, akan semakin besar lo mengambil jarak pada para pesaing lo yang baru mulai belajar belakangan.

Nah, sekarang kalo bicara soal teknik belajar yang tepat, ada satu kesalahan umum dari cara belajar yang paling seriiing banget diulang terus-terusan dari tahun ke tahun. Bermula dari kepanikan karena lo bingung mulai belajar dari mana, bahan materi pelajaran SMA yang begitu buuanyak, belum lagi latihan soal SBMPTN yang bejibun, ditambah lagi kalo lo sendiri nyadar kalo masih banyak materi pelajaran yang belum lo kuasai karena selama kelas 1--2 SMA ini lo males-malesan. Akhirnya, lo langsung aja ngeliat latihan soal SBMPTN tahun-tahun lalu, terus dibahas gimana cara ngerjainnya sama temen-temen atau guru les bimbel/privat.

Kesannya aja dengan lo banyak latihan soal terus itu artinya lo udah banyak belajar. Salah besar Guys! Gua jamin lo gak akan jadi jago ngerjain berbagai kombinasi soal dengan tingkat kesulitan selevel SBMPTN atau Ujian Mandiri walau sebanyak apapun lo latihan soal. Inilah kesalahan umum yang sering banget dilakukan sama anak-anak yang lumayan pinter (atau rajin) terus cuma bisa bengong waktu tau dirinya nggak lolos SBMPTN, padahal mereka dikenal sebagai siswa yang cukup berprestasi di sekolahnya.

Lha, kenapa sih dengan latihan soal yang banyak aja nggak cukup? Kalo boleh gua jelasin dengan analogi: Ibaratnya nih, kalo lo mau bener-bener jago main sepak bola, lo gak akan jadi jago dengan cara lo sering main bola sama temen-temen lo terus-terusan, atau dengan cara lo nonton Youtube gimana cara Ronaldo atau Messi main bola. Kalo lo mau jadi pemain sepak bola yang bener-bener jago, lo harus melatih semua skill dasar untuk jadi seorang sepakbola dulu. Dari mulai stamina, cara lo bawa bola, gimana cara ngoper yang bener, gimana cara nahan bola operan, gimana cara shooting yang akurat, cara nyundul bola, tackling, marking, dsb. Kalo lo udah menguasai skill-skill dasar dan melatihnya sampai bener-bener lancar, baru deh lo bisa evaluasi kemampuan lo dengan latihan tanding.

Sama juga dengan persiapan SBMPTN dan Ujian Mandiri, lo harus ngelatih skill dasar yang lo miliki dulu baru lo nyentuh latihan soal yang banyak. Nah, untungnya nih, di artikel sebelumnya sebelumnya, zenius udah pernah beberapa kali ngebahas tentang cara belajar SBMPTN yang efektif, salah satunya di artikel gua tentang 7 Langkah belajar yang efektif untuk persiapan SBMPTN. Di artikel itu, gua udah bahas bener-bener komplit dari A-Z tentang tips dan langkah belajar buat SBMPTN (dan bisa juga lo praktekin juga untuk persiapan Ujian Mandiri). Selain itu, gua juga sangat menyarankan lo untuk baca tentang deliberate practice dan kesalahan umum dalam deliberate practice.

 

Kesalahan Umum #3: Cuma mengandalkan satu jalur tes doang.

Ini juga kesalahan klasik yang sering banget terjadi. Lo pernah denger gak peribahasa "Never put all your eggs in one basket"? Arti harafiahnya, jangan pernah lo naro semua telur dalam satu keranjang. Maksudnya nih, kalo aja lo membagi telur yang lo bawa di beberapa tempat, in case salah satu keranjang jatoh terus semua telurnya pada pecah, at least lo gak kehilangan semua telur yang lo punya.

Dalam konteks mau masuk kuliah ini, artinya lo jangan pernah mempertaruhkan segalanya hanya pada satu kesempatan doang. Hal yang paling sering kejadian adalah mereka yang bener-bener berharap sama SNMPTN (Undangan). Nih ya, perlu gua kasih tau kalo tiap tahun angkatan paastiii aja ada banyak banget siswa yang terlalu pede mentang-mentang nilai rapor-nya bagus dan bersekolah di SMA favorit, terus baru kaget waktu lihat hasil pengumuman bahwa dia gak diterima di jalur SNMPTN. Abis itu baru deh telat nyadar kalo SBMPTN tinggal bentar lagi dengan kondisi belum siap tempur. Akhirnya mereka yang ngandelin jalur Undangan malah gagal bersaing juga di SBMPTN & UM dari temen-temennya yang prestasinya di sekolah gak bagus-bagus amat, tapi bener-bener nyiapin diri dengan mateng dari jauh-jauh hari buat menghadapi SBMPTN dan UM.

Selain cuma ngandelin SNMPTN, kesalahan umum lainnya adalah cuma ngandelin SBMPTN doang sebagai satu-satunya jalur tes masuk universitas doang. Nih ya, walaupun pada jalur SBMPTN terdapat 3 jatah pilihan jurusan & universitas, tapi tetap saja tesnya diselenggarakan pada moment yang sama. Artinya, tetep aja lo "put all of your eggs in one basket". Dari cerita-cerita yang gua denger dari kakak-kakak kelas angkatan lo, sering banget ada cerita "tragis" yang bikin mereka gagal tembus SBMPTN cuma gara-gara hal konyol yang bikin mereka gak maksimal pas waktu ujian SBMPTN. Dari mulai tingkat kecemasan/gugup/grogi yang berlebihan, lupa bawa alat tulis yang lengkap, telat dateng karena nyasar atau kejebak macet, malemnya insomnia sampe gak bisa tidur (mungkin karena kebiasaan begadang belajar jadi susah nyesuain supaya bisa bangun pagi pas hari-H SBMPTN), sampai ada cerita yang agak konyol (tapi tetep tragis) karena kebelet pengen boker pas lagi ujian jadi gak konsen ngerjain soalnya. Hahaha... ada-ada aja yaah!?

Mungkin buat lo yang sekarang ini kedengerannya lucu dan konyol, tapi serius deh... kalo lo nanti mengalami sendiri SBMPTN itu asli bawaannya tegang banget Men..!! Apalagi kalo lo mempertaruhkan semuanya di satu jalur SBMPTN doang. Buat sebagian orang, hal-hal kayak gitu tuh bener-bener out of control lho! Sadar atau nggak, kalo lo mempertaruhkan semua waktu dan energi yang selama ini lo perjuangkan/korbankan hanya pada satu moment doang, reaksi badan lo secara biologis (misalnya: anxiety level) juga bisa jadi gak karuan waktu menghadapi satu moment yang bener-bener menentukan.

Jadi saran gua sih simpel aja, akan jauh lebih bijak kalo lo membagi kesempatan lo buat kuliah dengan beberapa jalur, misalnya selain lo daftar SNMPTN, lo juga harus persiapin SBMPTN dengan mindset kalo SNMPTN itu gak akan lo dapetin (jadi kalo dapet anggep aja itu cuma bonus doang). Selain SBMPTN, ada baiknya juga lo ikut Ujian Mandiri beberapa universitas lain, tentu yang sesuai minat jurusan yang lo idam-idamkan. Nah, dengan lo membagi peluang lo jadi beberapa kesempatan, gua yakin lo juga akan jadi jauh lebih rileks waktu ngerjain soal tes, karena otak lo sadar kalo moment itu bukan satu-satunya penentuan "hidup-mati" yang mempertaruhkan segala usaha belajar lo selama ini.

PS. Zenius juga udah pernah sempet nulis artikel tentang tips-tips mensiasati faktor-X dan hal-hal konyol lain yang bikin lo gak maksimal waktu Ujian,

 

Kesalahan Umum #4: Kelamaan mikir nentuin jurusan dan kuliah di mana.

Gua setuju banget kalo udah urusannya soal nentuin jurusan kuliah, kita emang harus pikirin betul masak-masak sebelum akhirnya mutusin kita mau kuliah jurusan apa dan di kampus mana. Emang inilah saatnya di mana lo akan menentukan masa depan dan arah hidup lo. Tapi yang jadi masalah adalah kalo lo kelamaan mikirnya mau masuk ke jurusan dan kuliah di mana. Akhirnya lo bingung mau fokus buat belajar SBMPTN Saintek, atau Soshum, atau dua-duanya sekalian.

Buat lo yang sekarang ini masih bingung mau milih jurusan apa, gua ada tips singkat buat lo tentang kesalahan-kesalahan umum seputar milih jurusan:

  1. Apapun jurusan yang lo pilih, pastiin lo tau apa yang akan lo hadapi (kalo lo milih jurusan itu) dan betul-betul tau konsekuensinya.
  2. Jangan pernah milih jurusan karena alasan finansial atau prospek kerja.
  3. Jangan milih jurusan (hanya) berdasarkan dari pelajaran yang paling lo kuasai atau pelajaran yang paling lo sukai.
  4. Jangan milih jurusan karena disuruh sama orangtua karena toh yang akan ngejalanin & menanggung semua suka-dukanya adalah diri lo sendiri

Terus, gimana dong cara milih jurusan yang bener? Nih, gua punya satu rumus tokcer buat milih jurusan yang tepat dan dijamin gak akan bikin lo nyesel seumur hidup:

"Pilih bidang yang membuat lo tertantang... Pilih bidang yang lo penasaran sampai lo rela buat ngulik itu siang-malem tanpa kenal waktu biar gak dibayar sekalipun. Pilih bidang yang tanpa disuruh pun lo curi-curi waktu buat belajar sendiri, atau tanpa sadar suka cari-cari info di internet atau lewat google.. Pilih jurusan yang memicu 'sense of wonder' dalam diri lo. Pilih jurusan yang bener-bener jadi muara ilmu pengetahuan yang ingin lo tekuni sampai akhir hayat lo..."

Yup! itulah (menurut gue) rumus yang paling tepat buat milih jurusan yang bener... Kalo lo nemu bidang yang bisa bikin lo 'merinding' karena tertantang, nggak akan ada lagi tuh pertanyaan semacam....

  • “Kalo jurusan X ini kerjanya nanti ngapain? Prospek gajinya gede gak?
  • Jurusan ini belajarnya ngapain aja sih nantinya? Kerjaannya nanti ngapain yah?”
  • Gue suka pelajaran A, tapi gue juga jago di pelajaran B, eh tapi gue juga minat di pelajaran C. Jadi sebaiknya gue ngambil jurusan apa yah?"

Nah, lebih cepat lo menentukan pilihan jurusan dan beberapa kampus yang jadi target lo, semakin cepat juga lo bisa fokus buat belajar untuk SBMPTN dan Ujian Mandiri. Pastinya, kalo lo udah manteb buat milih jurusan (katakanlah Teknik Kimia) ya lo bisa langsung fokus buat belajar SBMPTN Saintek, kalo lo udah manteb milih Ekonomi, lo juga bisa langsung fokus buat belajar materi SBMPTN Soshum. Terus, kalo lo punya 2 pilihan yang saling lintas jurusan (misalnya arsitek dan psikologi), ya lo senggaknya udah langsung manteb buat langsung belajar SBMPTN Saintek dan Soshum mulai dari sekarang mumpung masih punya banyak waktu buat belajar. Intinya sih sebaiknya urusan menentukan jurusan ini segera dipertimbangkan (tentunya dengan cermat) secepat mungkin, supaya lo sendiri bisa jadi lebih gampang konsen belajarnya, dan pastinya juga bisa jadi sumber motivasi buat lo belajar untuk ngejar cita-cita lo tersebut.

PS. Zenius udah pernah bikin artikel yang seru banget untuk tips milih jurusan kuliah yang tepat supaya nantinya lo gak salah milih jurusan.

 

Kesalahan Umum #5: Gak taktis waktu milih jurusan dan tempat kuliah.

Beberapa tahun yang lalu, zenius punya satu murid alumni yang dari jauh-jauh hari bertekad buat masuk FK UI, sampai gua inget dia sempet ngomong:

"Pokoknya gua cuma mau masuk FK UI. Titik!"

Sampai-sampai di background screen hape dan laptopnya ditulis "Ayo semangat belajar buat demi mau masuk FK UI!", seolah-olah seluruh takdir hidupnya itu sebulat-bulatnya cuma buat masuk FK UI. Akhirnya anak itu pun gagal juga buat masuk FK UI (padahal aslinya pinter dan rajin lho!) cuma karena dia gak taktis buat nentuin jurusan dan tempat kuliahnya. Satu hal kesalahan fatal yang paling sering kejadian adalah kalo misalnya lo ngotot cuma mau masuk satu jurusan dan tempat kuliah doang dan berpikir kalo lo fokus sama satu target lo, maka peluang (dan alasan irasional lainnya) lo akan semakin besar untuk bisa masuk ke jurusan dan tempat kuliah idaman lo.

Lo tau gak berapa besar peluang masuk FK UI dengan jalur SBMPTN? Untuk jalur SBMPTN 2013 yang lalu tingkat peluang kelulusan adalah sebesar 1,47% saja! Sedangkan untuk jalur SIMAK UI, peluangnya lebih kecil lagi yaitu 0.85% doang! Sekarang lo bisa paham yah, maksud gua gak taktis itu gimana. Ini bukan maksudnya gua ngajarin lo gak jadi orang yang optimis yah, tapi gua mau coba bikin lo mikir lagi secara lebih realistis. Mungkin masih ada beberapa diantara lo yang mikir dengan mindset "Pokoknya kalo berusaha sekuat tenaga dan mati-matian gua pasti tembus FK UI!". Yah gua cuma mau ingetin aja kalo ada sekitar 10.000 peminat lain yang mikir hal yang sama persis juga kayak lo, tapi gak sampe 200 orang yang bisa lolos masuk.

Jadi yang pandangan seperti ini agak keliru >> "pokoknya kalo berusaha pasti bisa tembus FK UI!" tapi justru yang lebih tepat adalah "Kalo gua bisa jadi orang 1% orang yang paling cerdas dari semua pesaing gua, artinya gua emang layak masuk FK UI".

Dunia itu emang kejam bung! Saran praktis dari gua sih, lo jangan keras kepala buat masuk jurusan dan kampus yang lo inginkan, karena pada hakikatnya lo tuh kampus yang bagus di negeri ini bukan cuma UI, ITB, dan UGM. Masih buanyaak banget kampus top lainnya yang bisa membawa lo mendapatkan impian lo.

Jadi point gua di sini adalah, dalam memilih jurusan dan tempat kuliah, yang harus selalu jadi prioritas lo adalah JURUSAN kuliahnya dulu, bukan lo maunya kuliah di KAMPUS mana! Inilah yang harus lo camkan baik-baik. Sekarang gini deh, buat apa sih lo ngotot buat masuk satu jurusan dan tempat kuliah? Biasanya sih kalo lo milih satu kombinasi jurusan dan tempat kuliah doang (katakanlah FK UI) tanpa ngasih cadangan itu alesannya lebih karena gengsi (kan keren kalo gue anak FK UI), bukan karena betul-betul pengen jadi dokter yang ingin berkontribusi bagi masyarakat luas dan dunia medis.

Padahal kalo lo betul-betul tujuannya mau jadi dokter yang keren, bisa berkontribusi bagi masyarakat dan dunia medis, ada banyak banget pilihan lain yang bisa jadi alternatif pilihan lain, katakanlah FK Unpad, FK UGM, FK Brawijaya, FK Unair, FK Undip, dan masih banyak pilihan lainnya. Dengan lo (misalnya) keterima di FK Unair, dan emang niat lo fokus buat jadi dokter yang hebat, berkontribusi secara total sama ilmu lo, gua yakin lo gak akan kalah sama anak-anak yang kuliah di FK UI. Ini kebetulan aja gua ambil di pembahasan di atas contohnya FK yah, sebetulnya hal yang sama juga berlaku untuk jurusan lain, apa aja deh katakanlah arsitek, psikologi, ekonomi, pertambangan, informatika, dll.

Jadi, saran dari gua pada point yang terakhir adalah: Jangan pernah lo ngotot bertaruh untuk kuliah di Jurusan A dan HARUS di Universitas X, terus gak mau lihat alternatif lain. Itu adalah sikap nggak taktis yang bisa bikin lo gagal masuk universitas. Akan jauh lebih taktis kalo pertama-tama, lo pikirin dengan serius dulu jurusan yang lo mau ambil. Baru setelah pilihan jurusan lo mantep, lo pilih deh beberapa universitas terbaik yang membuka jurusan tersebut. Dengan begitu, strategi lo jauuuh lebih taktis sekaligus beberapa langkah lebih mateng daripada para pesaing lo di luar sana.

****

Okay deh, sekian bahasan dari gua tentang 5 kesalahan umum yang bisa bikin lo gagal masuk universitas. Moga-moga tips dan masukan dari gua ini bisa bermanfaat buat lo semua dan jadi bahan pertimbangan lo supaya lebih mateng dalam membuat rencana kuliah dan (pastinya) masa depan kehidupan kampus lo dalam 4--5 tahun ke depan.

Sumber : https://www.zenius.net/blog/5726/kesalahan-gagal-masuk-universitas-kampus-ptn-sbmptn-snmptn