Gimana Rasanya Kuliah di ITB?

Halo Zenius fellows! Ketemu lagi sama gue Johan Wibowo, alumni zenius yang sekarang sedang menjalani studi di ITB. Pada kesempatan kali ini, gue mau ngenalin lo semua tentang kampus gue, mumpung sekarang lo semua masih punya banyak waktu buat mempertimbangkan mau kuliah di jurusan apa dan universitas mana. Harapan gue tulisan ini bisa jadi bahan pertimbangan lo buat masuk kampus ITB setelah lo memahami gimana sih rasanya dunia perkuliahan di ITB. Buat lo yang berminat sama Universitas Indonesia, lo juga bisa nemuin artikel zenius sebelumnya yang ngebahas tentang dunia perkuliahan di UI.

Gua harap lo semua yang mau masuk ITB bisa join bareng kita semua di OSKM ITB 2016 nanti yak! Dijamin seru banget dan gak nyeremin seperti yang digosipin di luar sana. Nah, kita mulai aja yuk bahasan tentang kampus gue.

 

SEJARAH (singkat banget) ITB

Institut Teknologi Bandung adalah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia. Berdiri tahun 1920 dengan nama Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH). Pada masa awal berdirinya, TH telah menjadi saksi bisu perjuangan sejarah bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, dari mulai peralihan di bawah kekuasaan Belanda, kemudian Jepang, bahkan sempat juga bernaung di bawah nama Universitas Indonesia. Sampai pada akhirnya, pada tanggal 2 Maret 1959 , dua Fakultas, yaitu : Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam secara resmi ditetapkan Pemerintah Indonesia sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Untuk saat ini, Institut Teknologi Bandung (ITB) berlokasi di 2 tempat, kampus utamanya berada di Jl. Ganeca, Bandung (makanya sering disebut kampus Ganeca) dan satu lagi ada di Jatinangor, Sumedang. (buat anak Jakarta yang gak kebayang Jatingangor, anggep aja ini Bekasi-nya Bandung :P)

Sejak tahun 2012, ITB berubah berstatus jadi perguruan tinggi negeri (PTN), dari status sebelumnya sebagai perguruan tinggi badan hukum milik negara (BHMN). Hingga tahun saat ini (2014) ITB telah memiliki 10 program studi yang terakreditasi secara internasional dari berbagai lembaga akreditasi internasional seperti ABET, AUN-QA, RSC, KAAB. Sampai pada update terakhir Oktober 2014, ITB menduduki peringkat kedua sebagai universitas terbaik di Indonesia versi QS World University Rankings 2014/2015.

Peringkat di atas ini sebetulnya nggak bersifat tetap yah, setiap tahun pasti aja dinamis naik-turun, kadang ITB peringkat satu, kadang kedua, kadang merosot sampai ketiga. Tahun ini kebetulan aja lagi peringkat kedua, hihi.. (ngeles). Terlepas dari peringkat di atas, Institut ini telah melahirkan orang-orang keren yang berperan besar bagi negara Indonesia seperti Soekarno, B.J. Habibie, Sudjiwo Tedjo, sampai Aming Extravaganza (ini juga peran besar woi!), hehehe...

 

Kehidupan Kuliah dan Program Studi di ITB

Berhubung insitut ini awalnya didirikan oleh Belanda tahun 1920. Makanya, sebagian bangunan-bangunan yang ada di ITB sampai sekarang masih bernuansa arsitektur zaman Belanda. Walau udah hampir berumur 100 tahun, tapi bangunan seperti Aula Barat (Albar) dan Aula Timur (Altim) masih kokoh berdiri sampai sekarang lho. Jadi sedikit gambaran aja, kuliah di ITB itu rasanya seperti kuliah di jaman Belanda dengan bangunan-bangunan tua dan banyak pohon rindang. Sensasi kuliah yang mungkin beda dengan kampus lain yang lebih dibalut kesan modern. :)

Ngomong-ngomong soal program studi, di ITB itu agak beda sama sistem kampus-kampus lain lho. Di ITB kita ngga langsung daftar masuk ke jurusan, tapi kita semua harus melewati masa tingkat persiapan bersama (masa TPB) dalam naungan fakultas dulu selama 2 semester (satu tahun ). Setelah satu tahun di TPB, baru kita milih mau masuk ke jurusan apa yang ada di fakultas tersebut. Makanya nanti pas pendaftaran SBMPTN, sebetulnya lo semua nggak bisa langsung milih jurusan di ITB seperti di universitas-universitas lain, tapi lebih tepatnya milih fakultas mana dulu. Biar nanti setelah melewati masa TPB satu tahun, kita baru deh nentuin kita mau masuk jurusan mana. Menurut gua ini hal yang oke juga, jadi kita gak terburu-buru harus nentuin jurusan yang kita gak tau nanti bakalan belajar apa, tapi kita justru disuruh nyicipin dulu dan menerawang masing-masing jurusan itu cocok atau nggak buat kita ke depannya.

Jadi, 2 semester pertama di ITB tuh kayak kelas 4 SMA. Mata kuliahnya masih dasar-dasar banget kayak Fisika, Kimia, Matematika, Olahraga, Bahasa Inggris, Tata Tulis Karya Ilmiah (Bahasa Indonesia), dan mata kuliah khas fakultas. Oh ya, di ITB kata “fakultas” juga biasa disebut “sekolah”. Jadi di tulisan artikel ini, dua kata fakultas dan sekolah itu interchangeable yah.

 

1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Di fakultas ini ada 4 program studi: Matematika, Fisika, Kimia, Astronomi. Dari nama-nama prodinya udah jelas lah ya apa aja yang dipelajari di sana. Di tulisan gue sebelumnya gua udah sempet bahas apa bedanya scientist (ilmuwan) sama engineer (insinyur). Kalo lo paham bahasan di tulisan gua sebelumnya itu, lo semua bakal ngerti justru di FMIPA inilah sarana lo untuk jadi seorang ilmuwan, seorang scientist sejati dan seorang peneliti yang menemukan sesuatu yang baru (discovery)! Di sinilah tempat lo mendalami disiplin ilmu sains sampai sedalam-dalamnya, menjadi peneliti, dan discover something new in science!

Anehnya, kalo ngomongin soal MIPA, teteup ada aja orang yang nanya : "anak MIPA emang kalo nanti kerja buat apa? jadi guru yah?" Eaaa... capedee. So di FMIPA ini lo akan mendalami esensi ilmu dari Matematika, Fisika, Kimia, dan Astronomi sampai sedalam-dalamnya. Dari mulai ngulik tentang fisika kuantum, teori relativitas, dan hukum-hukum dasar alam yang membentuk alam semesta ini bisa sampai seperti sekarang.

 

2. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)

Fakultas yang ini dibagi jadi 2: program sains dan program rekayasa. Program sains terdiri dari 2 prodi: Biologi dan Mikrobiologi. Apa bedanya Biologi dan Mikrobiologi? Bedanya kalo Anak biologi ini sering kuliah lapangan (kulap). Gak tanggung-tanggung mereka kuliah lapangannya itu ngabisin waktu berbulan-bulan di tengah hutan belantara atau naik gunung buat nyari-nyari sampel buat meneliti organisme tertentu. Kalo anak mikrobiologi? Nah, mereka ini yang betul-betul berkutat untuk meneliti sampel dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang sesungguhnya. Bedanya sama anak Biologi, kalo anak Mikrobiologi ini yang sering tidur di lab (bukan karena males tidur-tiduran di lab yah!) Tapi, karena emang mereka dituntut untuk untuk ngambil data praktikum tiap beberapa jam sekali, dan nggak boleh kelewatan momentnya sama sekali.

Nah, kalo program rekayasa ada prodi Rekayasa Hayati, Rekayasa Pertanian, dan Rekayasa Perhutanan. Di sini, lo akan belajar gimana mengelola bahan pangan (pertanian) dengan mekanisme tertentu, dari mulai kondisi tanah yang cocok untuk menanam, bibit unggung, silang hasil, dsb. Untuk perhutanan, lo akan belajar mulai dari penentuan jenis-jenis hutan berdasarkan aspek tertentu, sampai gimana cara mengelola hasil hutan yang oke. Dua prodi terakhir merupakan jurusan baru di ITB. Mereka kuliah TPB di kampus Ganeca, tapi kalo udah masuk, jurusan kuliahnya di Jatinangor.

 

3. Sekolah Farmasi (SF)

Fakultas yang ini biasanya diplesetin “School of Female” karena banyak banget ceweknya. (buat para cowok ini patut dicatat yah!) Di angkatan 2012 aja cowoknya cuman 20an orang dari 100an orang hehe. Sekolah Farmasi ini gedungnya ada di Labtek VII deket kolam (ini juga tolong dicatat, tuh sampe gua bold!). Kalo lewat gedung ini biasanya bakal sering ketemu mahasiswa-mahasiswa dari mancanegara dari Malaysia, Vietnam, dll. soalnya Sekolah Farmasi ITB juga buka kelas untuk mahasiswa internasional. Di fakultas ini ada jurusan Sains & Teknologi Farmasi (STF) dan Farmasi Komunitas & Klinik (FKK). Di SF lo akan belajar gimana cara membuat obat-obatan dengan komposisi yang pas dan tepat. Lo akan banyak berkutat sama penentuan bahan kimia yang tepat, uji sampel di laboratorium, sampai lo dapet esktrak yang betul-betul pas banget.

 

4. Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)

Di fakultas ini ada 4 prodi: Teknik Geologi, Teknik Geodesi & Geomatika, Meteorologi, dan Oseanografi. Nah mahasiswa-mahasiswa yang kuliah di fakultas ini akan mengalami tantangan hidup yang cukup keras, dari mulai meneliti permukaan bumi, sampai pergi ke tengah laut buat meneliti gelombang dan arus laut. Jadi buat yang mau kuliah di sini, gak cuma harus pinter doang, tapi fisik juga musti kuat karena lo dituntut buat sering ke lapangan. Kan nggak lucu kalo nanti lo jadi anak oseanografi, neliti tentang pasang-surut air laut, gelombang, arus, arah angin, iklim, dsb... tapi ternyata lo orangnya gampang mabok laut. Eaaa... :P

Gua kupas dikit tiap jurusan, pertama geologi itu simplenya ilmu yang mempelajari soal bumi. Anak-anak jurusan ini suka banget pake kaos dengan tulisan “We do rocks (literally)!” dan pake sepatu yang dipake buat naik gunung. Secara riil, kerjaan anak teknik geologi itu luas banget mulai dari meneliti kecocokan profil wilayah tertentu untuk aktivitas manusia sampai eksplorasi migas, nentuin formasi batuan, dll. Anak geologi ini biasanya rada cocok buat ngobrol sama anak FTTM.

Kalau Geodesi dan Geomatika itu lebih ke arah pemetaan. Dulu gue sering lewat deket himpunan mereka dan di deketnya sering liat poster soal GPS gitu. Nah, kalo lo mau masuk jurusan ini harus tahan panas hujan, Men. Anak-anak GD (singkatan untuk jurusan geodesi) pasti keliatan di seluruh penjuru kampus buat praktek survey dan pemetaan. Mereka biasanya bawa alat mirip kamera sama penggaris gede gitu. Kalo penasaran coba aja lo tonton video kemah kerja mereka ke Gunung Masigit Kareumbi

Kalo jurusan meteorologi itu lo intinya meneliti cuaca dan memperkirakan arah cuaca dengan mempertimbangkan dari mulai kelembapan udara, arah angin, bentuk awan, dsb. Sedangkan oseanografi itu cocok buat lo yang sering melaut. Di oseanografi lo akan belajar tentang pemetaan arus laut, gelombang, pasang-surut dari pengaruh gravitasi dan posisi bulan,

Intinya sih, kalo lo suka menjelajah alam, cocok banget nih masuk fakultas ini!

 

5. Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM)

Ini salah satu dari 3 fakultas yang cowoknya banyak banget dibanding ceweknya (selain FTMD dan STEI). Di fakultas ini ada 4 prodi: Teknik Pertambangan, Teknik Perminyakan, Teknik Geofisika, dan Teknik Metalurgi.

Geofisika mempelajari bumi dan properti-properti fisisnya seperti gravitasi, gempa, dll. Nah yang dipelajari di Teknik Geofisika tentu yang ada hubungannya dengan aplikasi. Makanya anak-anak jurusan ini juga lumayan banyak yang kerja di bidang eksplorasi migas, karena banyak kerjaan mereka yang berhubungan dengan surveyor, nentuin deposit minyak, ngecek kandungan kemurnian minyak bumi, dll dalam suatu area tertentu.

Kalo teknik pertambangan tentu mempelajari semua tentang dunia tambang. Intinya sih lo akan belajar gimana teknik dan metode yang paling tepat dan efisien untuk angkat barang tambang dan gimana cara mengelolanya. Menariknya, di jurusan ini ada mata kuliah “Bahan Peledak dan Teknik Peledakan” loh! Hahaha... Bukan diajarin untuk jadi teroris ya, tapi peledakan ini dipakai untuk jadi salah satu metode buka lahan tambang. Ciri-ciri anak jurusan tambang di kampus biasanya kemana-mana pake jaket merah (jaket himpunan mereka) yang udah kumel banget. Konon katanya makin kumel dan jorok makin membanggakan. Gue juga ga ngerti ini faedahnya apa. :P

Teknik perminyakan belajar segala hal yang berkaitan dengan minyak dan gas bumi. Intinya sih mirip sama seperti tambang cuma jurusan ini lebih fokus untuk kandungan yang bersifat liquid. Di jurusan ini konon kuliah Termodinamika-nya lumayan susah dan banyak banget yang ngulang. Jadi yang benci termodinamika dan termokimia, siap-siap deh lo dapet tantangan berat di sini.

Nah, kalo metalurgi itu belajar segala sesuatu soal pengolahan logam dan mineral, atau lebih tepatnya mengolah mineral mentah jadi bahan "setengah jadi", misalnya seperti plat besi, ingot, bloom, dll.

Ngomong-ngomong karena berhubungan dengan dunia yang “keras”, konon ospek di jurusan-jurusan di sini juga cenderung lebih “keras” dan lama dibandingkan jurusan yang lain. Hehehe :)

 

6. Fakultas Teknologi Industri (FTI)

Di fakultas ini ada 4 prodi: Teknik Kimia, Teknik Industri, Teknik Fisika, dan Manajemen Rekayasa Industri. Prodi Teknik Kimia bicara soal rekayasa zat-zat kimia. Banyak yang komplen karena di jurusan ini lebih banyak diajarin fisika daripada kimia. Yah namanya juga chemical engineering (rekayasa zat kimia) bukan engineering chemistry (kimia teknik). Kalo merekayasa zat ya pasti musti banyak belajar fisika lah ya. :D Penerapan dari ilmu ini tuh luas banget mulai dari dunia pangan, alat rumah tangga (sabun, shampo) sampai dunia migas juga. Jurusan ini termasuk salah satu jurusan favorit dan bergengsi di FTI dan di ITB. Yang bisa masuk ke sini konon IP nya dewa-dewa sih.

Kalo teknik fisika itu belajar fisika tapi yang lebih deket ke dunia teknologi, bukan sains. Yang dipelajarin di jurusan ini tuh luas banget; mencakup mata kuliahnya teknik elektro, teknik sipil, teknik mesin, teknik lingkungan, fisika kuantum, semua ada. Mungkin itulah sebabnya anak-anak jurusan ini pake lambang tengkorak bajak laut sebagai lambang himpunannya (ini serius lho!). Konon katanya karena anak sini bisa kerja di mana aja (rampas lahan orang lain... bloody pirates.. heheh..). Kalo kalian tau, Ibu Karen Agustiawan, Dirut Pertamina yang baru aja mengundurkan diri itu salah satu alumni Teknik Fisika ITB.

Nah, kalo teknik industri (TI) bicara soal optimasi proses dan sistem. Di jurusan ini dipelajarin juga ekonomi, kelistrikan, teknologi manufaktur, sampai manajemen. Intinya sih gimana caranya bikin sistem yang membuat sebuah proses jadi seefisien mungkin, baik dari segi waktu, biaya, bahan baku, dll.

Kalo jurusan Manajemen rekayasa industri (MRI) ini jurusan baru, “pecahan” dari teknik industri. Yang dipelajari di jurusan MRI ini mirip-mirip sama TI, cuman lebih ditekankan ke aspek manajemennya, seperti gimana cara nentuin proses mana yang harus diprioritaskan duluan, penentuan bahan baku supaya efisien secara finansial, membuat perencanaan proses, monitoring, sampai ke proses evaluasinya.

 

7. Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD)

Nah, ini juga salah satu fakultas yang “kering” banget alias dikit ceweknya. Fakultas ini terdiri dari Teknik Mesin, Aeronotika & Astrononika (dulu Teknik Penerbangan) sama Teknik Material. Untuk teknik mesin, di sini lo akan belajar tentang aspek mekanik, intinya bagaimana cara kerja suatu sistem mekanik yang bisa bermanfaat untuk kepentingan industri. Sedangkan untuk aeronotika, lo akan mengurus struktur pesawat, gimana cara bikin rangkat pesawat yang betul-betul aman. Konon kuliah di AE ini butuh kerja keras yang luar biasa, soalnya untuk bisa lulus lo harus nyelesein 2 Tugas Akhir (TA/skripsi), beberapa ujian Kompre, dan 2x seminar TA-nya itu. Manteb, kan?

Kalo teknik material, sebetulnya lebih ke assisting dalam pemilihan material baik untuk mesin, rangka pesawat, hingga bahan bangunan. Di jurusan ini, lo akan belajar tentang gimana penentuan struktur material itu sangat berpengaruh pada gimana ketahanan suatu mesin, rangka, maupun bangunan yang didirikan.

Ada beberapa hal yang menarik tentang kehidupan kuliah di fakultas ini, pertama mereka-mereka ini fakultas yang kalo ujian itu biasanya malem-malem, soalnya kalo siang suka ga kebagian ruangan, hehe.. Terus kalo setiap wisudaan, para wisudawan dan wisudawati akan diarak oleh junior-juniornya keliling kampus. Kalo lo lihat gambar di samping itu anak-anak himpunan teknik mesin. Mereka sampe potong rambut, berseragam, dan ngecat muka kayak mau perang aja. Padahal, mau mengarak kakak-kakak angkatannya yang udah jadi wisudawan dan wisudawati.

 

8. Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)

Ini fakultas paling damai di ITB saat penjurusan mahasiswa TPB. Dari lima prodi yang ada (Teknik Elektro, Teknik Tenaga Listrik, Teknik Telekomunikasi, Teknik Informatika, serta Sistem & Teknologi Informasi), biasanya peminatnya berimbang, jadi ngga ada yang kelempar ke pilihan dua apalagi tiga. Asiknya lagi (atau mungkin rempongnya), Himpunan-himpunan di STEI anggotanya pada ruame parah karena cuman ada 2 himpunan di sini untuk 5 jurusan (400an mahasiswa).

Prodi-prodi STEI itu intinya ngebahas soal listrik. Kalo Teknik Tenaga Listrik (power engineering) bicara soal listrik sebagai penghantar energi, makanya yang dipelajarin mulai dari pembangkitan (mesin-mesin dan material), distribusi listrik, dan proteksinya. Nah jurusan gue ini terkenal dengan praktikumnya yang ganas banget. Untuk pengambilan data cuma 2 jam, tes awal sebelum praktikum bisa sampe 5-8 jam karena lo harus bener-bener ngerti sebelom nyentuh alat-alat yang gede-gede serem itu, hehe. Begadang udah jadi hobi anak-anak jurusan ini. Salah satu skill yang harus dimiliki anak power adalah kemampuan tidur di mana saja dalam tempo sesingkat-singkatnya untuk nyicil ngurangin kantong mata.

Selain itu, jurusan informatika, teknik elektro, dan teknik telekomunikasi bicara soal listrik sebagai informasi. Gimana cara mentransmisikan, menyimpan, dan mengolah informasi dalam bentuk listrik itu. Bedanya kalau di informatika, listriknya udah nggak dibahas lagi, tapi lebih banyak bahas matematika malah. Matematika itu kepake misalnya ketika mencari solusi cara me-manage informasi yang kompleks dalam bentuk database. Atau ketika mencari cara untuk melakukan memproses informasi dengan cepat dan efisien. Dll. Contoh aplikasinya ya website zenius yang lo lihat ini. Lo bisa menikmati video-video di zenius salah satunya berkat ilmu yang dipelajari di informatika. Sabda, Founder Zenius, jaman dahulu sekali pernah mencicipi kuliah di Informatika ITB. Kalau di teknik elektro dan teknik telekomunikasi, lebih banyak belajar fisikanya. Lo belajar medan elektromagnetik, gimana proses transmisi data melalui listrik, dll. Wisnu OPS, CEO Zenius saat ini adalah jebolan dari teknik telekomunikasi :P.

Nah kalo sistem dan Teknologi Informasi (STI) adalah jurusan yang mempelajari keseluruhan proses itu tapi gak terlalu se-spesifik anak informatika. Jadi, anak-anak jurusan ini memang dituntut untuk jadi seorang generalist. Biasanya sih STI itu lebih melihat sistem informasi secara keseluruhan dalam sebuah perusahaan, dari mulai enterprise business planning (ERP), business intelligent (BI), dan sejenisnya.

 

9. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL)

Fakultas ini sekarang jadi termasuk fakultas rame juga setelah nambah 2 prodi baru yaitu Rekayasa Infrastruktur Lingkungan serta Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air. Sebelumnya, di FTSL udah ada prodi Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, dan Teknik Kelautan. Nah prodi Teknik Kelautan ini bersama dengan Teknik Elektro adalah dua prodi pertama yang dapet akreditasi internasional ABET (Accreditaion Board for Engineering and Technology). Sekarang, Teknik Fisika dan Teknik Kimia juga udah dapet.

Di teknik sipil, mereka belajar semua hal soal bangunan mulai dari material sampe teknik konstruksi. Teknik kelautan juga bicara soal hal yang sama tapi bangunannya di laut bukan di daratan. Kalo di Teknik lingkungan, lo akan belajar bagaimana cara mengelola limbah supaya gak berdampak buruk ke lingkungan. Perlu dicatat, kalo teknik lingkungan ini adalah salah satu jurusan yang banyak ceweknya.

 

10. Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)

Fakultas ini termasuk fakultas yang rame ceweknya kayak SF (maklum yah, gua ulang2 distribusi cewek di kampus ITB, karena ini emang informasi yang penting banget dan pastinya sangat berguna buat cowok2 yang kelak berencana kuliah di ITB). Di fakultas ini cuman ada 2 prodi: Pengembangan Wilayah & Kota (dulu Teknik Planologi) dan Teknik Arsitektur. Salah satu alumni yang terkenal dari fakultas ini adalah Bapak Ridwan Kamil, yang sekarang jadi walikota Bandung. Beliau ini dulunya dosen di sini.

Di teknik arsitektur dipelajari soal desain dan rancang bangunan. Jadi dari mulai bikin perencanaan desain, pemilihan style yang tepat, komposisi warna, tata letak ruang, sampai bikin blueprint di AutoCAD trus bikin maket buat model bentuk bangunannya.

Kalau planologi lebih ke soal penataan wilayah dan ruang, dari mulai perencanaan tata kota yang ideal, sistem transportasi yang oke supaya gak bikin macet, gorong-gorong saluran air, distribusi daya listrik, area penyerapan resapan air supaya bisa menanggulangi risiko banjir, dlsb.

 

11. Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)

Fakultas ini punya gedung yang paling keliatan modern di ITB. Rata-rata yang kuliah di SBM lulusnya paling cepet, kurang lebih 3-4 tahun. Di SBM lo akan belajar sistem pengelolaan bisnis dan manajemen resource, dari mulai perencanaan, organizing, implementasi, sampai ke tahap evaluasi. Di SBM juga lo akan belajar teknik-teknik operasional administrasi bisnis, dari mulai keuangan, pengelolaan sumber daya manusia, proses produksi, sampai ke strategi marketing yang pas buat beragam bisnis model.

Fakultas ini juga termasuk yang lumayan banyak ceweknya. Salah satu alumninya adalah Maria Selena, atlit basket yang pernah jadi Miss Indonesia.

 

12. Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Di fakultas ini, selain belajar gambar, desain, lukis, lo juga bakal belajar tentang humaniora loh. Jadi jangan harap anak FSRD cuma jago dalam ranah estetika aja, tapi mereka juga jago banget dalam pemahaman akan budaya, sejarah, sastra, dan filsafat. Anak-anak FSRD ini emang terkenal yang paling nyentrik di kampus. Gue pernah liat mereka kompakan kuliah pake seragam SMP, misalnya (ini serius lho!).

Di fakultas ini ada 5 prodi: Desain Komunikasi Visual (DKV), Seni Rupa, Desain Produk, Kriya, dan Desain Interior. Fakultas ini punya banyak banget lulusan yang ngetop. Dari mulai Aming, Pandji Pragiwaksono, Pidi Baiq, dan masih banyak lagi.

Di prodi DKV, mereka belajar tentang cara mengungkapkan pesan secara visual, dan fokusnya biasanya lebih ke arah seni terapan. Kalo di desain produk dipelajari perancangan bentuk produk yang fungsional secara fisik, tapi juga mempertimbangkan aspek estetikanya. Nah, kalo di seni rupa, karya-karya seni dibuat sebagai bentuk ekspresi dari emosi dan pemikiran seorang seniman, dan pastinya karya seni itu harus dibuat dengan mempertimbangkan aspek filosofis dan maknanya.

Kalo desain interior itu mirip dengan arsitektur, tapi lebih fokus pada bagian estetika dari sebuah tatanan ruang, dari mulai menentukan themes, nuansa dan kesan yang ingin dibangun dalam sebuah ruangan, dsb. Terakhir, untuk kriya itu posisinya ada di antara seni dan desain. Yang jadi objek studi di kriya (craft) itu bisa seperti batik, keris, keramik, dll.

****

Nah, begitulah kira-kira gambaran kehidupan kampus di ITB. Tertarik masuk ITB nggak? Kalau ada yang mau diobrolin tentang ITB bareng anak-anak zenius yang lain, langsung aja comment di bawaha artikel ini yak! Sebagai penutup, gua mau kasih lihat video dari "keisengan" anak-anak FSRD yang tahun lalu menggelar event setiap 4 tahun sekali yaitu Pasar Seni ITB 2014

Sumber : https://www.zenius.net/blog/5541/kuliah-di-itb-institut-teknologi-bandung

Sukarno : Kehidupan & Perjuangan Sang Pendiri Bangsa

Oke guys, dari judulnya aja lo pasti udah bisa nebak apa isi artikel ini. Yak, setelah sebelumnya zenius blog pernah nulis biografi singkat dari Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, dan Kartini. Tepat hari ini tanggal 6 Juni 2016, sebagai bentuk peringatan kelahiran Bapak Bangsa kita, zenius blog mempersembahkan tulisan biografi singkat dari Ir. Sukarno, seorang pejuang revolusi, salah seorang pendiri negara kita, sekaligus presiden pertama Republik Indonesia.

Siapa sih warga negara Indonesia yang ga tau nama Sukarno? Namanya begitu melekat di setiap hati dan pikiran orang Indonesia. Jutaan orang mengidolakannya, menjadikan dirinya sebagai figur negarawan ideal, bahkan kata-katanya seringkali dianggap sebagai refleksi dari karakter Bangsa Indonesia yang seharusnya. Bagi sebagian orang, Sukarno seolah-olah adalah personifikasi dari negara Indonesia itu sendiri.

Namun demikian, kadang gua penasaran... berapa banyak sih dari orang-orang yang ngakunya mengidolakan Sukarno itu, memang betul-betul tau tentang proses perjuangan dia dalam mendirikan negara Indonesia? Sejauh mana sih orang Indonesia yang ngakunya cinta NKRI, memang betul-betul memahami gagasan, ide, serta pemikiran dari Bapak Bangsa kita ini?

Nah, dalam artikel blog kali ini, gua mendapat kehormatan untuk menulis biografi singkat dari Bapak Bangsa kita. Walaupun di luar tulisan ini sudah banyak yang mengupas sisi kehidupan Sukarno, tapi kebanyakan malah bercerita tentang gossip kehidupan pribadinya. Nah, khusus untuk artikel kali ini, gua akan fokus mengupas PROSES PERJUANGAN Sukarno dalam memerdekakan serta pokok pemikirannya tentang Negara Republik Indonesia. Selamat membaca!

Chapter 1: Masa Kecil-Remaja Sukarno (1901-1921)

Sukarno terlahir dengan nama Kusno pada 6 Juni 1901 di Surabaya dari seorang ibu keturunan bangsawan Bali bernama Ida Ayu Nyoman Rai dan ayahnya adalah keturunan Sultan Kediri bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo. Berdasarkan silsilah keluarga, darah pejuang sudah mengalir kental dalam diri Sukarno. Kakek moyang Sukarno dari pihak ibu adalah pejuang dari Kerajaan Singaraja dalam perang Puputan di pantai utara Bali. Sementara dari pihak ayah, mengalir darah patriot dari pahlawan tanah Jawa yaitu Diponegoro. Dari kisah perjuangan kakek-nenek moyang keluarga, hasrat pejuang pembebasan itu diwariskan terus hingga menjadi ambisi yang dalam diri Sukarno muda.

Walaupun lahir dari keturunan bangsawan dari pihak ayah maupun ibu, jangan dikira Sukarno lahir dan tumbuh dari keluarga yang berkecukupan. Gelar kebangsawanan itu hanyalah tinggal nama karena kebanyakan leluhur Sukarno kalah dalam perjuangan lokal melawan kolonial Belanda. Ayah Sukarno hanyalah guru sekolah rendah di Singaraja, sementara sang ibu adalah gadis Pura yang menjaga kebersihan rumah ibadat itu. Sesudah pindah ke Blitar, Sukarno dibesarkan di tengah keluarga yang bisa gua bilang kebangetan miskinnya! Menurut otobiografi yang ditulis Sukarno dan Cindy Adams, dia tinggal di rumah yang sangat sederhana. Keluarganya bahkan ga punya sendok, garpu, ataupun sepatu. Waktu kecil keluarga Sukarno hanya bisa makan nasi 1x sehari, mereka bahkan gak mampu beli beras, jadi mereka beli padi dan harus numbuk padi sendiri setiap subuh supaya jadi beras. Bapak Bangsa kita ini memulai kehidupannya dari kemelaratan yang tak terbayangkan oleh kita semua.

Walaupun hidup dalam kemiskinan, ayahnya yang seorang guru terus menggembleng Sukarno dengan prinsip-prinsip hidup yang terus dia pegang. Karena itulah, Sukarno muda tumbuh dengan jiwa kepemimpinan, cerdas, cekatan, bawel, penuh semangat, dan sekaligus juga memiliki perasaan yang halus. Karakternya yang seperti itulah yang membuat dirinya bisa bertahan dalam diskriminasi anak-anak Belanda sewaktu belajar di sekolah Rendah Belanda hingga masuk ke Hoogere Burgerschool (HBS) sekolah menengah Belanda. Cerita dikata-katain, diludahin, sampai berantem pukul-pukulan sama anak-anak cowok Belanda, udah jadi makanan sehari-hari bagi Sukarno yang masih remaja.

Singkat cerita, sejak Sukarno masuk kelas HBS Belanda di Surabaya, dia numpang bersama kawan ayahnya yang merupakan salah satu tokoh nasional sekaligus sang guru Bangsa yaitu Hadji Oemar Said Cokroaminoto (selanjutnya disebut Cokroaminoto). Pada saat itu Cokro adalah ketua Sarekat Islam, sekaligus tokoh politik masyarakat Jawa yang dijuluki Belanda "Raja Jawa tanpa mahkota". Di rumah Cokro yang sangat sederhana ini, Sukarno tinggal dan belajar bersama dengan anak asuh didik Cokro yang lain seperti Kartosoewirjo, Musso, Alimin, Semaoen.

Eh tapi jangan lo bayangin kamar asrama Sukarno itu kayak asrama yang nyaman kayak zaman sekarang ye. Menurut deskripsi langsung dari Otobiografi Sukarno, kamarnya di rumah Cokro itu tidak lebih baik dari kandang ayam! Kamarnya itu gak ada pintu, ga ada jendela, ga ada kasur, ga ada bantal, ga ada lampu. Bener-bener gelap gulita dan satu-satunya penerangan cuma dari lilin pijar. Di dalem kamar itu cuma ada meja dan kursi reyot sama tikar untuk tidur, lengkap bersama sarang-sarang serangga seperti nyamuk, kecoa, kelabang, dan laba-laba. Maknyus bener dah!

Tapi jangan salah lo, justru dari kamar yang kayak kandang ayam itulah, Sukarno menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk membaca dan mengejar ilmu pengetahuan. Kalo kebanyakan anak remaja zaman sekarang pada males belajar dan suka bolos ke sekolah, Sukarno umur 15 tahun di 'kandang ayam' yang gelap penuh sarang serangga itu justru hobinya belajar, membaca, dan membedah pemikiran politikus kelas dunia dari ratusan tahun sebelumnya. Dari masih remaja, Sukarno udah katam betul perjuangan politik pembebasan Amerika beserta perjuangan para pendiri Bangsa Amerika seperti Thomas Jefferson, George Washington, Benjamin Franklin, John Adams, dkk.

Sukarno remaja juga tertarik sejarah perjuangan revolusi Perancis, revolusi industri, perjuangan buruh, declaration of independence, perang saudara di AS, sampai revolusi politik di Russia. Gila banget kan?? Seorang remaja umur 15 tahun yang lahir dalam kemelaratan, Sukarno udah gak asing lagi dengan gagasan dan pemikiran tokoh intelektual kelas dunia seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin, Rousseau, Voltaire, Gladstone, Beatrice Webb, Mazzini, Cavour, Garibaldi, Otto Bauer, Alfred Adler, dan masih banyak lagi. Coba, dari nama-nama di atas berapa banyak yang lo tahu? Gokilnya lagi, Sukarno mempelajari pemikiran mereka semua dari kamar pengap yang cuma diterangi oleh 1 lilin! Dari kamar yang seperti 'kandang ayam' itulah terlahir bibit-bibit nasionalisme dan gagasan-gagasan pemberontakan Sukarno melawan kolonialisme.

Di masa remaja ini pula, tumbuh jiwa politik Sukarno bersama dengan teman-teman diskusinya. Perkumpulan politik Sukarno yang pertama adalah Tri Koro Darmo dengan tiga tujuan yaitu kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial. Tidak lama kemudian lahir perkumpulan baru dengan aktvitas yang lebih konkrit yaitu Jong Java. Dari perkumpulan inilah, Sukarno dkk memulai pendekatan politiknya dengan pergi ke kampung-kampung untuk melakukan aktivitas kerja sosial, mendirikan sekolah, membantu korban bencana, dll. Pada umur 19 tahun, Sukarno (saat itu masih SMA) udah produktif menulis gila-gilaan sampai 500 artikel di harian Oetoesan Hindia dengan nama samaran Bima untuk mengobarkan semangat pemberontakan pada masyarakat luas.

10 Juni 1921 Sukarno lulus dari HBS Belanda, lalu menikah dengan puteri dari Cokroaminoto yaitu Utari. Namun demikian pernikahannya dengan Utari (16 tahun) diakui Sukarno hanya sebatas bentuk rasa hormat pada Cokroaminoto yang khawatir akan masa depan anaknya, sehingga hubungan mereka lebih seperti kakak-adik ketimbang seperti suami istri. 1 Juli 1921, Sukarno resmi jadi mahasiswa Technische Hogeschool Bandung (TH Bandung atau THB), yang sekarang namanya berubah jadi Institut Teknologi Bandung. Dia keterima di jurusan waterbowkunde (tata bangunan air), yang dalam perkembangannya dia ternyata lebih minat jadi arsitek bangunan umum.

Setelah kuliah, Sukarno dan Utari ngekos di rumah temennya Cokro, yaitu H. Sanusi yang merupakan tokoh Sarekat Islam. Di tahun kedua masa kuliahnya, Sukarno mulai ngerasa bahwa istrinya masih 'bocah' dan belum bisa menjadi perempuan dewasa untuk menjadi seorang istri pejuang revolusi. Di samping itu, ibu kosnya Inggit Ganarsih, juga punya masalah perkawinan dengan suaminya yaitu H. Sanusi. Singkat kata singkat cerita, Sukarno dan Inggit jatuh cinta, kemudian Sukarno memutuskan untuk bercerai dengan Utari secara baik-baik. Tanpa diduga-duga, ternyata H.Sanusi juga tidak berkebaratan untuk bercerai dengan Inggit dan tidak mempermasalahkan hubungan Inggit dengan Sukarno. Ibu Inggit inilah yang kelak nantinya sangat setia menemani Sukarno di masa-masa awal perjuangannya.

Chapter 2: Awal Pergerakan Memberontak Pada Hindia (1921-1942)

Setelah bercerai dengan Utari dan menikah dengan Ibu Inggit, Sukarno semakin gencar dalam aktivitas politiknya. Sepulang dari kampus, doi sering mampir dulu ke warung nasi madura Madrawi, dari tempat itulah dia semakin kenal dengan tokoh politik lain yang juga doyan melakukan rapat politik di situ. Beberapa tokoh yang menggebrak rasa nasionalisme rakyat yaitu Ki Hajar Dewantara, Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker (Setiabudi), yang merupakan pendiri Indische Partij, sebuah perkumpulan radikal dengan cita-cita pemberontakan terhadap Belanda. Sejak saat itu, Sukarno muda semakin terbakar semangatnya untuk tampil di atas panggung.

Salah satu momen yang paling menggemparkan adalah tahun 1922 ketika ada rapat raksasa di lapangan terbuka Bandung, namanya rapat radicale concentratie yang diadakan oleh organisasi kebangsaan partai-partai lokal untuk mengumpulkan petisi demi membela hak-hak pribumi. Sukarno yang saat itu cuma seorang mahasiswa tanggung, mencoba angkat tangan untuk menyampaikan pendapat di depan publik. Pada saat itu, untuk pertama kalinya kemampuan orasi Sukarno membuat ratusan penonton terperangah.

Gak tanggung-tanggung, Sukarno muda (21 tahun) secara terang-terangan menantang Belanda (tepat di depan batang hidung para polisi Belanda), dia secara tegas menolak cara-cara pengumpulan petisi, dan mengusulkan gerakan non-kooperatif total terhadap pemerintahan Hindia. Itu adalah moment yg luar biasa menggemparkan, saat itu juga rapat langsung dibubarkan polisi Belanda, dan hari itu juga nama Sukarno seorang pemuda nekat menjadi pembicaraan di seluruh kota Bandung.

Akibat peristiwa itu, Sukarno dapat peringatan serius oleh rektor TH Bandung waktu itu, Prof. Jan Klopper, yang secara khusus memanggil Sukarno ke kantornya buat ngingetin bahwa sebaiknya Sukarno jangan bikin ulah aneh-aneh, dan lebih baik fokus sama studinya yang sebentar lagi harus selesai. Karena rasa hormat pada sang professor, Sukarno manut walau setengah hati. Dia akhirnya konsen sama studi dan berhasil mempertahankan tesisnya dan lulus tahun 1926. Pada saat itu, Sukarno yang awalnya lahir dari kemelaratan, dengan ketekunan yang luar biasa, beliau berhasil menjadi insinyur ke tiga dari kalangan Bumiputera, se-Hindia Belanda. GOKIL!

Lulus sebagai insinyur, Sukarno baru merasakan kebebasan berekspresi dalam politik. Hal itu ditandai dengan sikapnya untuk ga mau ngerjain proyek-proyek pembangunan pemerintah kolonial. Oleh karena itu, Sukarno lebih sering bikin proyek bangunan rumah sederhana bersama kawan seangkatannya Ir. Anwari. Uniknya, setiap rumah yang dibangun sama Sukarno dan Anwari, dikasih “tanda tangan” berupa Gada Rujakpala di atas genteng, senjatanya Bima - salah satu tokoh wayang kesukaan Sukarno. Satu-satunya proyek arsitek besar yang pernah dibangun Sukarno adalah Hotel Preanger Bandung atas permintaan khusus dari Prof. Wolff Schoemaker, dosen kesayangan Sukarno.

Pembentukan PNI dan Indonesia Menggugat

Setelah beberapa kali Sukarno berkarya dalam dunia arsitek, pada akhirnya dia kembali pada ambisi terpendamnya sejak dulu, yaitu dunia politik dan pembebasan Hindia dari Belanda. Sampai pada akhirnya, Sukarno dan teman-teman diskusi politiknya di Bandung mendirikan Algemeene Studie Club (ASC). Di samping itu, rupa-rupanya gerakan politik dari tokoh nasionalis lain pun sedang bergejolak, di antaranya para lulusan perguruan tinggi di Belanda yang mendirikan Indische Vereniging (IV). Dari sisi lain Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Tan Malaka, Alimin, dan Munawar Muso juga melancarkan gerakan pemberontakan pada November 1926, namun sayangnya gagal karena rencana yang kurang matang. Sampai pada akhirnya, Sukarno dari ASC dan teman-teman dari IV bersepakat mendirikan partai baru bernama Perhimpunan Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927.

Di sisi lain, kegagalan pemberontakan PKI kepada pemerintahan Belanda yang sempat didukung rakyat luas membuat para petinggi partainya ditangkep dan dibuang ke Boven Digoel. Ketika rakyat semakin pesimis dan mendambakan wadah perjuangan baru, PNI inilah yang akhirnya menjadi wadah perjuangan baur bagi rakyat, dan Sukarno sebagai tokoh PNI paling vokal, mulai mendapat banyak pendukung setia di tanah Jawa.

Puncaknya adalah tahun 1928 ketika PNI (namanya sekarang jadi Partai Nasional Indonesia) menggelar kongres pertama di Surabaya dengan slogan “Indonesia Siap Merdeka”, makin lebarlah sayap PNI sebagai partai yang didukung rakyat. Terlebih, hasil kongres tersebut sangat bernuansa pemberontakan :

  1. Program politik untuk mencapai Indonesia merdeka
  2. Program ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran nasional
  3. Menetapkan asas non-kooperatif terhadap Belanda untuk perjuangan PNI

Makin ketar-ketirlah pihak kolonial Belanda dengan ulah Sukarno, dkk di PNI. Gubernur Jenderal de Graeff yang waktu itu baru aja ngejabat jelas ga mau kehilangan muka kalah sama pendahulunya Dirk Fock yang telah berhasil menumpas pemberontakan PKI. Akhirnya de Graeff merintahin surat penangkapan buat para petinggi PNI seperti Sukarno, Gatot Mangkuprojo, dan Markun Sumodiredjo.

Ditangkap dan diasingkan

Malem tanggal 29 Maret 1929, di tengah-tengah orasi di Yogyakarta, Sukarno dan para petinggi PNI ditangkap dan dibawa ke Penjara Banceuy Bandung untuk nunggu pengadilan. Singkat kata singkat cerita, Sukarno pas disidang akhirnya ngeluarin pidato pembelaan yang dia kasih judul “Indonesia Menggugat” (IM). Naskah IM ini, walopun dia susun pas di rumah tahanan Banceuy yang pengap dan bau pesing, isinya luar biasa lho. Ga kurang dari 60 tokoh sedunia dia kutip dalam pidatonya itu. Mulai dari Karl Marx, Dr. Sun Yat Sen, Mustafa Kamil (tokoh nasionalis Mesir), Henk Sneevliet (pendiri Partai Komunis Belanda dan Indonesia), sampe Dr. Snouck Hurgronje, antropolog kenamaan Belanda, dia kutip untuk mendukung pembelaan diri dan bangsanya melawan pemerintahan kolonial. Dari situ Belanda kaget banget dengan kapasitas intelektual seorang insinyur muda dari kepulauan timur jauh di Asia Tenggara karena bisa memiliki pengetahuan tentang politik dunia sampai seluas itu. Kendati memberikan pembelaan, hakim tetap memutuskan Sukarno bersalah dan kembali ditahan di penjara Sukamiskin.

Kisah hidup Sukarno setelah itu kebanyakan dalam penjara atau pembuangan. Sesaat sebelum de Graeff diganti oleh Gubernur Jenderal de Jonge, dia membebas beberapa tahanan politik termasuk Sukarno. Sukarno akhirnya sempat aktif lagi di politik walau cuma sesaat dengan bergabung ke Partindo, sementara perjuangan dalam PNI dilanjutkan oleh Hatta dan Sjahrir. Namun jangan lo bayangin Sukarno itu kompak dengan kubu Hatta dan Sjahrir pada waktu itu. Justru pada awal perjuangan, Sukarno terlibat saling kritik dan cela-celaan di media lokal dengan Hatta dan Sjahrir. Karena makin bandel dan ga kapok-kapok, Sukarno akhirnya ditangkep (lagi) oleh Gubjend de Jonge dan langsung diasingkan ke Ende, Nusa Tenggara Timur. Sementara Hatta, Sjahrir, dkk ditangkap dan dipenjara di Penjara Glodok (1934), kemudian dibuang lagi ke Boven Digul Papua pada Januari 1935.

Itulah nasib perjuangan dan pengorbanan Bapak-Bapak Bangsa Indonesia, belasan tahun diburu polisi, ditangkap, penjara dan dibuang kesana-kemari. Tapi semangat mereka tetap menyala demi cita-cita sinting mereka untuk memerdekakan Hindia dan membuat negara baru bernama Indonesia. Tahun demi tahun berlalu di pembuangan, harapan itu muncul ketika Jepang mulai menyerbu Asia Tenggara termasuk Indonesia pada tahun 1942.

Chapter 3: Kependudukan Jepang & Kemerdekaan Indonesia (1942 - 1945)

Pada awal tahun 1942,terjadi peristiwa yang tidak diduga-duga, militer Jepang masuk ke wilayah Asia Tenggara termasuk Hindia Belanda. Persenjataan militer Belanda ternyata ga ada apa-apanya dibandingkan kekuatan Nippon, Belanda yang udah ratusan tahun menduduki Hindia, bisa dipukul mundur oleh Jepang hanya dalam hitungan hari! Maret 1942, Belanda nyerah kepada Jepang. Penyerahan kekuasaan berlangsung cepet banget. Supaya dapet simpatik masyarakat, Jepang langsung ngebebasin para tokoh pemberontak dan pahlawan rakyat seperti Hatta, Sjahrir, termasuk Bung Karno.

Sukarno sekarang udah berumur 41 tahun, untuk pertama kalinya dia ngeliat adanya harapan pembebasan negerinya dari kekuasaan Eropa. Menurut Sukarno, penyerangan Jepang inilah yang bisa membuka celah untuk membebaskan Indonesia. Di sisi lain, Jepang juga ingin memanfaatkan tenaga kerja dari Bumiputera untuk bisa membantu mereka dalam perang melawan sekutu. Walaupun kepentingan antar kedua belah pihak ini seolah-olah sejalan, tapi masing-masing tetap menaruh curiga satu sama lain. Gerak-gerik Jepang sangat ga jelas maunya apa. Awalnya sih terkesan mau nolong rakyat lepas dari jajahan Eropa, tapi ya namanya mereka ini yang punya kekuatan militer superpower, kita bisa apa kalo ujung-ujungnya mereka mau ngejajah kita?

Dibawalah Sukarno ke Batavia (waktu itu baru aja namanya diganti menjadi Jakarta Tokubetsu-Shi), dan akhirnya untuk kali pertama dalam idupnya ketemuan langsung sama yang namanya Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Pertemuan ini bisa dibilang moment yang sangat sangat bersejarah, karena setelah berjuang masing-masing dari tahun 1931, tiga tokoh utama kemerdekaan kita ini baru bertemu untuk pertama kalinya. Dari hasil pertemuan itu, Sukarno berpendapat bahwa untuk sementara kita perlu mengikuti keinginan Jepang, agar kemerdekaan Indonesia bisa didapatkan tanpa perlu pertumpahan darah. Di sisi lain, Sjahrir nolak usulan itu dan lebih memilih meneruskan perjuangan secara non-kooperatif dengan membangun basis massa agar semangat kemerdekaan tetap terjaga dari akar rumput.

Nah, dimulailah duet maut Sukarno dan Hatta pada saat itu. Mereka memulai berdiskusi dengan Mayjen Harada agar Nusantara bukan jadi status koloni Jepang, tapi justru mengakui kemerdekaan Indonesia sebagai atas nama persaudaraan di Asia. Sebagai timbal baliknya, masyarakat pribumi Nusantara akan mendukung Jepang dalam perang Pasifik melawan sekutu. Akhirnya Jepang secara setuju karena emang lagi kepepet perang, dia mengangkat empat serangkai (Bung Karno, Bung Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara) jadi pimpinan Pusat Tenaga untuk mempengaruhi masyarakat berperang melawan sekutu.

Serpak terjang Sukarno dalam kurun waktu pendudukan Dai Nippon di Indonesia adalah titik sejarah yang dilematis dan sangat kontroversial. Di satu sisi, Sukarno jadi "orang kepercayaan" Jepang, dijadikan pemimpin Pusat Tenaga Rakyat buat ngebantu ngelancarin propagada Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia. Sukarno tetep percaya bahwa langkah-langkah kolaborasi ini merupakan satu-satunya langkah dalam menempuh kemerdekaan Indonesia. Langkah ini menimbulkan korban yang luar biasa banyaknya, terutama pada penduduk Pulau Jawa dan Sumatera. Lebih dari satu juta orang mati karena kelaparan gara-gara hasil pangan diambil untuk bekal tentara Jepang. Selain itu, proyek-proyek pembangunan massal dan cepat juga nimbulin banyak banget korban jiwa. Sukarno sangat menyesali andilnya dalam romusha ini, tapi dia juga berpikir bahwa hal ini sangat diperlukan untuk dapat mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Keputusan Bung Karno & Hatta untuk berkooperasi dengan Jepang dengan membantu mereka berperang adalah perdebatan moral yang tidak berujung dalam sejarah bangsa kita. Di satu sisi, Bung Karno & Hatta menganggap cara yang mereka tempuh adalah "langkah yang paling taktis" agar Indonesia bisa mendapatkan celah untuk memerdekakan diri tanpa perlu berperang melawan Jepang yang kekuatan militernya bahkan mampu memukul mundur Belanda hanya dalam hitungan hari. Sementara bagi tokoh pergerakan lapangan seperti Tan Malaka, bahkan juga Sjahrir, Bung Karno & Hatta dinilai terlalu lembek dan pengecut untuk melawan Jepang secara terang-terangan.

Bentuk kooperatif ini akhirnya menemukan celah ketika Jepang mengalami kekalahan beruntun di peperangan pasifik melawan sekutu pada awal 1945. Puncaknya ketika Bom atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki tanggal 7 & 9 Agustus 1945 yang memaksa hampir seluruh tentara Jepang untuk pulang ke negaranya. Di tengah masa vakum ini, akhirnya Sukarno, dan para pejuang revolusi kita mengambil tindakan tegas untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus sekaligus mewujudkan mimpi hampir seluruh rakyat Nusantara untuk menjadi negara mandiri yang merdeka.

Chapter 4: Peran Sukarno dalam Proses Pembentukan Negara (1945 - 1950)

17 Agustus 1945, NKRI secara sepihak menjadi negara yang merdeka. Sukarno membacakan teks proklamasi dalam kondisi ga tidur selama empat hari dan sedang demam tinggi 40°C karena terserang malaria. Lega campur gundah tetep nyelimutin perasaannya. Dalam kondisi yang belum 100% pulih dari demam, esok hari setelah proklamasi berangkatlah dia ke Gedung Raad van Indie, tempat dulu Volksraad berkantor. Di gedung itu lagi ngumpul para pendiri-pendiri bangsa yang sedang Rapat PPKI. Hasil rapat pada hari itu memutuskan bahwa Sukarno diangkat jadi presiden Republik Indonesia & Bung Hatta menjadi wapres.

Dengan perasaan campur aduk antara senang, bangga, sekaligus khawatir mengemban tugas yang berat tersebut. Sebenernya, ada tiga hal yang harus dikerjain oleh Sukarno selaku Presiden RI. Pertama adalah fungsi eksekutif sebagai presiden. Dari mulai milih menteri dan departemen, serta membentuk struktur wewenang yang konkrit dan jelas. Tugas kedua, menyiarkan berita kemerdekaan lewat siaran-siaran colongan dari pemancar berita Pemerintahan Jepang (jaman dulu belum ada twitter bok!). Tugas yang ketiga adalah melucuti senjata dari pihak tentara Jepang yang masih ketinggalan di Indonesia dan belum pulang kampung. Ini paling penting nih yang ketiga, karena Sukarno sudah memprediksikan, ga nyampe sebulan lagi pasti pasukan Sekutu bakal nyampe ke Indonesia. Kebayang kalo pasukan Sekutu yang begitu canggih terus kita ga punya senjata yang memadai. Bisa gagal merdeka nih!

Konsentrasi dalam hal ini pun dilakukan. Republik harus bertahan. Tapi pake apa? Tentara kah? Milisi? Apa ga bahaya kalo bentuk ketentaraan? Apa nanti ga langsung diahajar Jepang yang masih belum mengakui kemerdekaan. Biar udah gak terlalu banyak, tentara Jepang masih banyak yang bertugas buat ngejagain teritori Indonesia loh. Akhirnya tanggal 23 dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Bentuk dari BKR ini bukanlah ketentaraan, tapi hanya sekadar organisasi masyarakat untuk menampung para prajurit mantan PETA, Heiho, dan KNIL. Lumayan lah, dari nama wadahnya ga terlalu bikin Jepang curiga. Tapi di sisi lain, kita jadi punya organisasi pertahanan militer walau berlabel "ormas".

Senjata siap, manpower siap. Satu lagi yang harus dilakuin sama para petinggi bangsa ini. Gimana caranya seluruh dunia tau dan ngedukung perjuangan Indonesia untuk tetap merdeka. Secara teori sih sesuai Perjanjian Postdam, wilayah hasil invasi Jepang harus dikembaliin ke negara “pemilik” masing-masing. Nah, masalahnya pemilik Indonesia ini siapa? Jangan-jangan yang dimaksud itu Belanda yang udah menduduki kita selama 300 tahun. Bisa gawat nih! Nah, tugas berat untuk meyakinkan seluruh dunia bahwa Republik Indonesia adalah pemilik resmi rakyat Nusantara berada dalam pundak 2 pendiri bangsa kita yang lain, yaitu Sutan Sjahrir & Mohammad Hatta. Kalo lo mau lebih tau lebih detail gimana cerdiknya Sjahrir & Hatta dalam mendapatkan pengakuan internasional, gua sarankan baca artikel biografi Sjahrir & Mohammad Hatta di blog zenius.

Hari-hari ke depan yang ga menentu buat Republik Indonesia. Urusan keamanan dan pertahanan dia serahin ke para perwira dan prajurit yang pada waktu itu belom layak disebut tentara. Kolonel Sudirman dipercaya untuk menjadi panglima TKR yang baru aja dibentuk yang gantiin panglima aslinya, Supriyadi. Para milisi non-tentara dihimpun oleh Tan Malaka untuk bisa bantuin tentara buat berjuang melawan agresi sekutu. Urusan diplomasi dipegang Sjahrir & Hatta, urusan perang & bentrokan militer dipegang Sudirman dan Malaka. Sukarno ngapain? Nah, ini nih yang jaraaang banget infonya. Apa sih peran Sukarno selama masa Revolusi?

Kalo mau dibilang lebay sih, Sukarno itu nyawanya Revolusi. Figur Indonesia yang dibawa Sukarno adalah arah perjuangan rakyat saat itu. Dalam arti lebay, Indonesia bisa dianggap ada jika dan hanya jika Sukarno tetap hidup. Berkali-kali tentara Inggris nyoba buat nangkep Sukarno, selalu gagal. Berkali-kali pula tentara NICA nyoba bunuh Sukarno, selalu gagal juga. Jadi tugas Sukarno selain melakukan tugas eksekutifnya, dia juga harus bertahan hidup dan kabur-kaburan dari entah berapa banyak percobaan pembunuhan. Dengan tetap hidup, Sukarno akan tetap menjadi "figur" yang mewakili terbentuknya NKRI & diperjuangkan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Di sisi lain ternyata ga cuma pihak asing yang ngerepotin Sukarno, orang kita sendiri pun kadang-kadang ngeribetin Sukarno buat hal-hal yang sebenernya kurang penting-penting amat untuk diladenin sama Sukarno. Jatah beras mogok dari Bekasi, Sukarno yang nyamperin. Ada sekelompok pemuda yang ngeblokade rel kereta, Sukarno pula yang ngademin mereka. Selidik punya selidik, hal-hal konyol semacam itu ternyata emang kadang dibikin-bikin karena rakyat saking penasarannya dengan sosok Sukarno dan pengen didatengin dan melihat langsung sosok Sukarno. Intinya, Sukarno merasa bahwa dirinya harus hadir di tengah-tengah masyarakat gimana pun kondisinya.

Sukarno harus mimpin sebuah negara yang sedang diserbu oleh sekutu dan sisa-sisa tentara Jepang masih menghantui. Negara baru yang bener-bener belum punya apa-apa. Duit ga ada, militer seadanya, kebutuhan pokok pas-pasan, perdagangan ke luar diblokade Belanda, kacau deh! Ujung-ujungnya apa yang dilakukan? Nyelundupin barang! Menteri Kemakmuran waktu itu, Dr. Adnan Kapau Gani akhirnya bertugas menyelundupkan barang agar nafas ekonomi negara kita berhembus di bawah tekanan perang. Segala macem diselundupin dari mulai timah, beras, hasil perkebunan, dsb untuk dituker sama persenjataan dan emas sebagai alat transaksi universal. Sukarno benar-benar ngurusin negara yang masih bayi, ga punya apa-apa, tapi punya segudang harapan dan potensi. Digaji ga dia waktu itu? Sama sekali nggak.

Di bawah Sjahrir atas arahan Sukarno, Indonesia berhasil mencapai kata sepakat sama Negeri Belanda pada Perundingan Linggarjati tahun 1947. Baru deh Sukarno agak lega, karena walaupun rugi bandar secara teritorial, Republik ini bisa napas. Untuk sejenak, ga ada lagi pertempuran yang sifatnya bunuh-bunuhan. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1949 giliran Bung Hatta yang memberi kemenangan telak atas Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag tahun 1949, dengan memenangkan teritori kedaulatan Indonesia dari Sabang sampai NTT & Maluku (Timor-Timur dan Irian Barat menyusul). Kalau bukan karena seorang Bung Hatta yang waktu itu pergi mewakili Indonesia di KMB, mungkin yang namanya negara Republik Indonesia bentuknya ga akan seluas seperti yang kita kenal sekarang.

 

Chapter 5 : Demokrasi Liberal (1950 - 1959)

Usai sudah masa Revolusi yang penuh dengan pertumpahan darah dan intrik-intrik baik dari kalangan eksternal maupun internal (konflik PKI Madiun, berdirinya Negara Islam Indonesia, dsb). Saatnya Indonesia bisa berfungsi layaknya negara merdeka pada umumnya. Saat itu, negara kita ini udah terlanjur memiliki bentuk federasi sesuai dengan isi KMB. Sukarno dan Hatta, memutuskan untuk segera ngubah bentuk negara menjadi negara kesatuan seperti yang dicita-citain waktu Proklamasi. Tugas pertama Sukarno sebagai presiden RIS adalah bikin RIS jadi NKRI.

Seabis ganti bentuk negara dan ganti undang-undang dari Konstitusi RIS ke UUDS 1950, Sukarno memutuskan bahwa sekaranglah saatnya dia berperan sebagai “duta” Indonesia untuk seluruh dunia dan mengenalkan negara baru ini ke hadarapan para pemimpin dunia. Sementara untuk urusan dalam negeri, Sukarno cuma mau tiga masalah diselesaikan oleh para Perdana Menteri:

  1. Irian Barat direbut kembali.
  2. Pemilihan Umum.
  3. Menjaga keutuhan NKRI.

Nah, mulailah rencana Sukarno dalam memperkenalkan Indonesia ke mata dunia. Hal pertama yang dia lakukan adalah merencanakan sebuah pertemuan akbar di Bandung bersama dengan PM Ali Sastroamijoyo. Yes, pertemuan itu bernama Konferensi Asia Afrika (KAA). Dengan pidato yang ciamik untuk mempersatukan kerjasama antar negara-negara di Asia dan Afrika, Sukarno menggoyang panggung KAA dan mengenalkan nama negara kita pada negara-negara di Asia dan Afrik. Sekali tepuk dua benua, boss!

Keberhasilan Ali dan Sukarno di KAA bikin nama Indonesia makin nyata di kancah internasional. KAA dianggap oleh bangsa-bangsa dunia ke tiga sebagai wujud dari perlawanan atas penjajahan dan kolonialisme. Perlawanan sekeren itu Indonesia yang bikin coy! Status ini dipake sama Sukarno untuk muncul ke tengah-tengah panggung dunia sebagai tokoh yang sangat anti penjajahan dan menjunjung tinggi kenetralan. Baik Eisenhower & Kennedy (dua presiden Amrik) maupun Nikita Khrushchev (pemimpin Uni Soviet) menaruh perhatian besar kepada sosok Sukarno. Di mata dunia, Sukarno menjadi sosok pemimpin yang betul-betul netral dalam perang dingin, tidak memihak (non-blok), namun secara tegas menolak penjajahan dan kolonialisme. Itulah kenapa, Sukarno bisa akrab dengan banyak pemimpin dunia dari berbagai macam latar belakang ideologi.

Usai sudah KAA, Pemilu pun digelar. Hasilnya justru membuat Sukarno kecewa. Bukannya pesta demokrasi yang makin tercipta, malah musuh politik jadi makin banyak. PNI, Masyumi, NU, PSI, saling melakukan serangan politik satu sama lain. Para pejabat yang harusnya mikirin kesejahteraan rakyat, malah main kubu-kubuan, sindir-sindirian satu sama lain. Di sisi lain, PKI justru berhasil menarik simpati rakyat sebagai organisasi awal yang mengimpun massa dalam revolusi melawan Belanda maupun agresi militer pasca kemerdekaan.

Selain itu, situasi keamanan negara juga makin ga jelas. Banyak perwira-perwira yang udah keliatan bakal mau protes bahkan merencanakan pemberontakan. Ada Kolonel Alex Kawilarang dan Letkol Vantje Sumual dari Sulawesi, ada Kolonel Maludin Simbolon dari Sumatera Utara, dan Kapten Kahar Muzakkar sudah menyatakan diri bergabung dengan Negara Islam Indonesia bentukan SM Kartosuwiryo, temen sekamar Sukarno waktu remaja saat tinggal di rumah Pak Cokroaminoto. Ironis banget temen seperjuangan Sukarno dari remaja saat melawan kolonial, sekarang malah jadi pemimpin pemberontak NKRI. Di saat itu, keutuhan NKRI mulai terancam, bukan lagi dari pihak luar, tapi justru dari internal saudara sebangsa kita sendiri.

Pendapat parlemen hasil pemilu waktu itu mengusulkan Hatta yang bisa ngatasin semua ini dan selayaknya dia jadi Perdana Menteri. Eh, Bung Hatta malah memutuskan untuk mengundurin diri dari posisi Wapres dan ga mau ikut-ikutan lagi dalam percaturan politik RI. Di satu sisi memang pasal UUDS 1950 ga memperbolehkan Wapres jadi PM, di sisi lain belakangan emang Bung Hatta makin ga cocok sama Bung Karno dalam visi politiknya. Enough is enough, tugas gue untuk bikin negara ini merdeka 100% udah selesai dengan kesuksesan di KMB, sekarang gua ga mau ikut-ikutan politik kotor ini, begitu mungkin menurut kata hati Hatta yang integritasnya ga ada yang nandingin sepanjang sejarah Indonesia.

Sendirian, Sukarno akhirnya dapat dukungan dari TNI yang juga setuju kalo perpecahan internal di kalangan politik dan pemberontakan internal ini ga bisa dibiarkan lebih lama lagi. Dengan dukungan penuh dari Jenderal Nasution yang waktu itu dipercaya lagi sebagai Panglima TNI, jatuhlah Dekrit Presiden 1959. Kekuasaan kembali jatuh ke tangan presiden.

"Ga ada lagi sistem multipartai yang malah bikin ribet dan memupuk konflik internal begini, biarin aja gua dibilang diktator sama Hatta! Kalo partai-partai itu terus berseteru, bisa-bisa perang saudara gara-gara mereka pada haus kekuasaan!"

Begitulah kurang lebih pendapat Sukarno terhadap sistem Demokrasi Liberal. Sejak saat itulah, lahir yang namanya demokrasi terpimpin.

Chapter 6 : Demokrasi Terpimpin - Lengser dari Pemerintahan (1950 - 1966)

Sebenernya, apa sih yang dimaksud sama Demokrasi Terpimpin a la Sukarno? Sukarno sih ngakunya konsep ini udah dia pikirin sejak tahun 1928, dan menurut dia, konsep demokrasi yang seperti ini lah yang paling cocok dengan kepribadian Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia, secara sosiologis menurut dia, adalah bangsa yang membutuhkan figur “Bapak” dalam keluarga tempat segala keputusan ditentukan dan diimplementasikan oleh anggota keluarga yang lain, seperti halnya bangsa-bangsa dengan adat ketimuran lainnya.

Supaya ada yang mengevaluasi dan mencegah dirinya gak jadi diktator, diangkatlah tiga orang yang dikasih jabatan Deputi Perdana Menteri: Subandrio, Dr. Leimena, dan Khairul Saleh. Lebih lanjut, buat nyegah terjadinya kesewenang-wenangan pada fungsi eksekutif, dibentuklah MPRS dan DPR Gotong Royong, yang terdiri dari wakil-wakil partai, angkatan bersenjata, tokoh-tokoh terkemuka dari setiap daerah, dll. Ditambah lagi, beberapa orang ahli yang dapat memberikan masukan dan saran terhadap jalannya pemerintahan yang digabungin dalam satu badan khusus yang disebut Dewan Pertimbangan Agung. Baru kali inilah, Sukarno bisa dibilang betul-betul berkuasa secara eksekutif, baru sekarang ini juga terbentuk sistem negara impian Sukarno sejak masa mudanya.

Terus, apa sih yang dihadapin sama pemerintahan Sukarno pada masa Demokrasi Terpimpin? Ada banyak hal, salah satunya adalah protes keras dari banyak pihak intelektual yang mengkritik keputusan Dekrit & terciptanya Demokrasi Terpimpin. Dari namanya saja, bentuk pemerintahan ini dinilai menghianati makna demokrasi yang sesungguhnya dan membuka pintu bagi kediktatoran dengan kekuasaan yang terlalu terpusat pada satu sosok, yaitu Sukarno. Kritik terhadap Sukarno ini dilakukan bukan hanya oleh tokoh mahasiswa seperti Soe Hok Gie, tapi juga para kawan-kawan seperjuangannya seperti Moh Hatta, Sjahrir, dan juga Natsir.

Tapi di antara semua masalah itu, hal yang paling bikin gemes sih, masalah perebutan Irian Barat yang gak beres-beres udah belasan taun. Akhirnya, Sukarno memercayakan isu-isu keamanan dan teritorial ini kepada 3 ksatria yang paling dia andalkan. Secara umum, masalah pertahanan ini dia percayakan pada Jenderal Abdul Harris Nasution. Untuk ngurus pemberontak macem Negara Islam Indonesia dan PRRI-Permesta, dia percayain kepada perwira kesayangannya yang jago banget meredam pemberontakan yaitu Mayor Jenderal Ahmad Yani. Untuk masalah Irian Barat dia percayain ahli strategi lapangan yang sangat berpengalaman dari sejak agresi militer Belanda sekaligus komandan pasukan Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Mayor Jenderal Suharto.

Dari ketiga ksatria ini, Ahmad Yani adalah anak emas kesayangan Sukarno. Bahkan berdasarkan desas-desus yang berkembang di kalangan petinggi militer maupun sipil, Sukarno sedang mempertimbangkan Yani sebagai calon penggantinya sebagai presiden. Tapi di sisi lain, ada juga tokoh kuat yang punya pendukung paling banyak di masa Demokrasi Terpimpin, yaitu Ahmad Aidit yang waktu itu lebih dikenal dengan nama D.N. Aidit, Ketua Comite Central PKI. Aidit juga sangat dekat dengan Sukarno dan disebut-sebut juga sebagai calon kuat pengganti Sukarno karena memiliki dukungan luas, terutama dari kalangan petani dan buruh. Permainan Tahta pun dimulai.

Ketegangan politik pada era Demokrasi Terpimpin akhirnya pecah dalam 1 peristiwa yang sangat luar biasa. Yak, mungkin lo udah bisa nebak bahwa peristiwa itu adalah gerakan 30 september 1965 dimana terjadi pembunuhan yang paling misterius dalam catatan sejarah bangsa Indonesia. Tujuh perwira tinggi yang menjadi target upaya pembunuhan, 6 jendral terbunuh termasuk Ahmad Yani, sementara 1 jendral yang selamat adalah AH. Nasution. Peristiwa ini kemudian menjadi titik tonggak perubahan transisi peralihan kekuasaan dari pemerintahan Presiden Sukarno.

Peristiwa 30 September ini bisa dibilang sebagai catatan sejarah Indonesia yang paling kelam, paling misterius, paling kontroversial, dan sangat sensitif untuk dibahas terutama pada masa pemerintahaan Orde Baru. Peristiwa ini begitu mempengaruhi nasib jutaan masyarakat Indonesia, dari mulai peralihan transisi kekuasaan, posisi kebijakan luar negeri Indonesia, serta penangkapan dan pembunuhan masal selama puluhan tahun. Peristiwa ini begitu kompleks hingga memunculkan berbagai macam versi sejarah, dimana secara detail udah pernah gua & Glenn bahas secara mendalam pada artikel Dinamika Catatan Sejarah Gerakan 30 September 1965. Buat lo yang penasaran tentang berbagai macam versi sejarahnya, bisa coba baca artikel itu setelah beres baca artikel ini.

Chapter 7 : Lengser sampai Menutup usia (1966 - 1970)

Setelah peristiwa 30 September 1965, inflasi membumbung tinggi. Harga-harga kebutuhan pokok naik drastis berkali-kali lipat. Terjadi tuding-menuding antar elemen bangsa. Sukarno sendiri gimana? Di tengah kondisi kesehatannya yang memburuk karena serangan stroke, Sukarno pusing sendiri karena balance of power yang dia jaga selama ini untuk menampung seluruh aspirasi masyarakat, yang dia namain sebagai NASAKOM (+militer), gagal total. Kekuasaan bikin orang-orang jadi saling bunuh, saling serang, saling nyalah-nyalahin, dsb. Keyakinan bahwa bangsa ini akan menjadi cahaya bagi kebebasan umat sedunia dengan Gerakan Non Blok dan sikap anti imperialismenya runtuh bukan karena penjajah, tapi karena ulah kalangan internal rakyat Indonesia sendiri.

Rakyat jelata semakin tercekik dengan krisis ekonomi yang mengerikan, rakyat semakin tidak percaya pada pemerintah. Kekuasaan Sukarno akhirnya bener-bener terancam setelah 26 tahun menjadi figur sentral dalam pembentukan bangsa ini. Di tengah-tengah intrik politik perebutan tahta ini, Sukarno bener-bener dibuat bingung, siapakah orang yang bisa dia percaya, siapakah musuh dalam selimut? Akhirnya di akhir masa kekuasaannya, dia hanya berfokus pada dua hal, yaitu membersihkan namanya dan mencegah adanya pertumpahan darah yang meluas di kalangan rakyat.

Demonstrasi mahasiswa yang makin meluas dan kritik dari para “musuh” politiknya terus gencar sampai pada akhirnya MPRS yang dipimpin oleh Nasution, menjatuhkan mosi tidak percaya terhadap presiden Sukarno dan 3 point utama, yaitu:

  1. Membiarkan G30S terjadi,
  2. Membiarkan ekonomi merosot, dan
  3. menjatuhkan moral bangsa dengan perilaku-perilaku “genit” terhadap perempuan.

Dengan tuntutan dari MPRS ini, Sukarno harus melakukan pembelaan diri terhadap MPR yang ia namakan “Nawaksara”. Ini merupakan langkah terakhir Sukarno untuk mempertahankan Demokrasi Terpimpin sekaligus jabatannya sebagai presiden. Pada akhirnya pembelaan ini ditolak oleh MPRS, bahkan Sukarno dijerat oleh Tap MPRS No. 33/MPR/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Negara dari Presiden Sukarno. Sekaligus menjadi dasar tudingan bahwa Sukarno terlibat dengan gerakan G30S bahkan memberikan keputusan yang melindungi tokoh-tokoh yang diduga kuat mendalangi peristiwa G30S/PKI. Ketetapan itu menjadi sikap MPRS pamungkas untuk menjatuhkan Sukarno dari kekuasaan dengan dugaan pengkhianatan.

Sukarno akhirnya tidak berdaya lagi dengan situasi politik yang sudah terlalu menyudutkan dia. Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Sukarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Ga kebanyang gimana perasaan Sukarno yang diberhentikan atas tuduhan mengkhianati negara yang dia perjuangkan dari 40 tahun terakhir. Dari sejak muda menjadi tokoh pemberontak Belanda, dibuang dan dipenjara belasan tahun, akhirnya harus ikut propaganda Jepang yang menelan jutaan nyawa rakyatnya, belum lagi belasan kali percobaan pembunuhan yang terus meneror hidupnya.

Sukarno akhirnya betul-betul sendirian. Ga ada lagi Hatta, Sjahrir, Ali, Natsir, Aidit yang biasa jadi penasehatnya yang dia percaya. Setelah lengser, Sukarno yang kondisi kesehatannya makin parah, dijadiin tahanan rumah dengan penjagaan ketat dan bantuan medis seadanya oleh negara yang dia perjuangkan sejak muda. Sampai pada akhirnya pada 21 Juni 1970 pkl 07.00 pagi Ir. Sukarno meninggal dunia. Walaupun Sukarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis Bogor, namun pemerintahan Presiden Suharto memilih Kota Blitar, sebagai tempat peristirahatan terakhir, sang pendiri negara Indonesia.

****

Demikian persembahan dari gue di ulang tahun Sukarno ke-115. Tentu mustahil rasanya untuk merangkum kehidupan sosok sebesar Bung Karno hanya dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu gua secara pribadi berharap agar pembaca maklum, jika ada banyak kisah sisi kehidupan beliau yang terlewatkan. Untuk itu juga, gua berharap para pembaca (khususnya kaum muda) untuk mencoba secara proaktif menggali dan mengenal lebih dalam sosok Bapak Bangsa kita yang sangat luar biasa ini. Dari seorang pemuda melarat yang tidak punya apa-apa, dan tumbuh di kamar yang seperti kandang ayam, Sukarno terus berjuang dengan mempersembahkan seluruh hidupnya agar kita semua mendapatkan hidup yang merdeka. Selamat ulang tahun Sang Pendiri Bangsa Indonesia, MERDEKA!

 

Referensi

Adams, Cindy. 2014. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Yogyakarta : Yayasan Bung Karno & penerbit Media Pressindo.
Ir. Sukarno. 1964. Dibawah Bendera Revolusi. Jakarta: Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi
Tim Buku Tempo. 2015. Sukarno Paradoks Revolus Indonesia. Jakarta: KPG.
Sumber: https://www.zenius.net/blog/12208/biografi-sukarno-soekarno

Ngejar IPK tinggi atau Aktif Organisasi / Kepanitiaan?

Halo guys... apa kabar nih liburannya? Buat lo anak kelas 12 & alumni mungkin lagi harap-harap cemas ya nunggu pengumuman SBMPTN 2016. Atau mungkin ada juga yang masih sibuk ikut beberapa Ujian Saringan Mandiri sebagai alternatif lain masuk kuliah selain SBMPTN & SNMPTN. Nah, terlepas dari hasil pengumuman SBMPTN, gua mau cerita-cerita dikit nih tentang dunia perkuliahan di kampus. Jadi bagi lo yang sebentar lagi masuk ke dunia perkuliahan, atau bagi para alumni zenius yang sekarang lagi menempuh kuliah di semester awal kuliah, kemungkinan topik yang akan gua bahas ini bakalan cocok dan bersentuhan banget sama keseharian lo.

Oke, lo mungkin udah bisa nebak sendiri apa yang mau dibahas dengan ngeliat judul artikel di atas. Yak, kesibukan di dunia perkuliahan emang macem-macem deh! Dan hal itulah yang membuat mahasiswa seringkali harus memilih kegiatan apa yang mau dijalaninya. Ada tipe mahasiswa yang memang fokusnya cuma kuliah, ngerjain tugas, belajar buat ujian, dan mengejar nilai akademis (baca: IPK) setinggi mungkin. Ada mahasiswa yang malah fokus sama organisasi kemahasiswaan, ada juga tipe yang sibuk dengan UKM (unit kegiatan mahasiswa) dan kerjaannya ikut lomba ini-itu atau pertukaran pelajar sampai ke luar negeri. Belum lagi, tipe mahasiswa yang suka asik-asikan aja ikut kepanitiaan acara fakultas. Wah, macem-macem deh pokoknya!

Nah, biasanya nih... bagi para mahasiswa baru di awal-awal semester, bakalan ngerasa kaget banget dengan segudang jenis kegiatan yang bisa mereka pilih. Tapi di sisi lain, timbul juga dilema untuk fokus mau ngerjain apa. Sampai biasanya muncul 2 macam pendapat yang kurang-lebih bunyinya seperti ini:

  1. Kuliah itu beda sama waktu SMA, jangan cuma dihabisin waktunya buat belajar & fokus dengan nilai akademis aja. Pengalaman di organisasi dan prestasi di UKM nantinya akan jauh lebih menentukan kesuksesan lo dan kematangan lo di dunia kerja!
  2. Ah organisasi & kepanitiaan cuma bikin sibuk ga puguh! Ujung-ujungnya waktu kuliah cuma abis untuk rapat panitia melulu. Gara-gara sibuk kepanitaan, ada yang sampai bela-belain bolos kuliah, ga ngerjain tugas, sampai nilai ujian semester berantakan semua. Namanya lagi kuliah, berarti nomor satu itu belajar dan kuliah yang bener! Bukan malah sibuk ga jelas tapi nilai akademis ancur lebur.

Nah, bagi lo yang udah kuliah... gua yakin lo ga asing lagi dengan 2 tipe pandangan di atas. Bagi yang belum atau sebentar lagi mau kuliah, gua harap tulisan ini bisa jadi tips lebih awal untuk menghadapi dinamika kehidupan kuliah. Khusus buat lo yang belum pernah nyentuh dunia perkuliahan, mungkin agak asing dengan istilah IPK, UKM, terus apa bedanya organisasi dan kepanitaan (waktu SMA kan cuma ada 1 doang, namanya OSIS). Oke, berikut di bawah ini adalah penjelasan singkatnya:

  1. IPK: Singkatan dari Indeks Prestasi Kumulatif. IPK merupakan alat ukur prestasi lo selama lo kuliah di kampus lo. Kasarnya, keseluruhan nilai lo tuh bakal direpresentasikan dengan angka (indeks) dari skala 0.00-4.00 dan besarnya IP tersebut ditentukan dengan nilai mata kuliah lo (dari nilai A - E) dikali dengan bobot sks masing-masing mata kuliah tersebut. Nantinya, kalo IP lo setiap semester (istilahnya IP/IPS) digabung sampai semester akhir kelulusan, dan menjadi IPK.
  2. ORGANISASI: kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. Biasanya, organisasi punya periode kepengurusan yang relatif lebih lama daripada kepanitiaan (rata-rata 6 bulan sampai 1 tahun). Kemudian, anggota kepengurusannya juga diwariskan dari angkatan lama, ke angkatan baru (ada kaderisasi). Contoh organisasi: BEM, Himpunan Mahasiswa, dll.
  3. KEPANITIAAN: Keanggotaan yang berisikan panitia. Panitia di sini merupakan kelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan acaranya. Contohnya panitia seksi acara, seksi dokumentasi, seksi dekorasi, dll. Biasanya, kepanitiaan dibentuk untuk ngurusin acara-acara kampus seperti seminar, talkshow, event bursa kerja, ospek fakultas, dll.
  4. UKM: Singkatan dari Unit Kegiatan Mahasiswa. Kalo gampangnya sih ini seperti semacam extrakurikuler waktu di SMA, tapi cakupan kegiatannya lebih serius dan skalanya bisa sampai internasional. Contohnya UKM pecinta alam, debat, musik, olahraga, bahasa, dll. Kalo UKM kampus tersebut punya sejarah prestasi yang bagus, ga jarang bisa sampai didanai kampus untuk ikutan lomba sekelas internasional di luar negeri lho!

Oke, gua harap sekarang lo udah paham ya apa bedanya organisasi, kepanitiaan, UKM, dll. Nah sekarang kita balik lagi nih ke masalah utama kita.

Benarkan ikut organisasi dan kepanitiaan bisa menyita waktu kuliah lo?

Jawaban gue: tergantung. Tergantung sama banyaknya mata kuliah yang lo ambil, organisasi/kepanitiaan yang lo ambil, dan kegiatan-kegiatan di luar kampus yang harus lo jalanin. Berdasarkan pengalaman gue secara umum: IYA, organisasi dan kepanitiaan di kampus cenderung akan menyita waktu kuliah.

Hal ini bakal kerasa banget terutama untuk para mahasiswa baru (semester awal) yang masih belum paham dengan porsi kesibukan di dunia kuliah. Ada mata kuliah tertentu yang cenderung santai, ada yang matkul lain yang emang terkenal sibuk banget... dan hal-hal kayak gitu cuma diketahui dari pengalaman atau cerita temen kampus yang udah ngambil mata kuliahnya. Masalahnya nih, biasanya mahasiswa baru itu (termasuk gue juga jaman dulu) rada-rada gak mikir panjang untuk ngambil tawaran ikut organisasi dan kepanitiaan. Hahaha, kesalahan gua itu jangan ditiru yah!

Jadi, sebelum lo mau ambil kuliah atau memutuskan ikut kepanitiaan, gua saranin lo coba tanya-tanya kakak angkatan dulu apakah mata kuliah atau acara kepanitiaan tersebut sibuk atau nggak. Dengan begitu, lo jadi bisa ngira-ngira porsi kesibukan yang wajar untuk semester tersebut.

Sebetulnya lebih penting mana, sih? Fokus ke akademis (IPK) atau ikut kepanitiaan dan organisasi?

Jawaban gue lagi-lagi: tergantung. Tergantung keputusan lo sendiri mau fokusin kehidupan kuliah lo ke mana. Inilah bedanya dunia kuliah dan dunia SMA. Waktu SMA mungkin lo terbiasa 'ngikutin arus' aja sama temen-temen sekelas. Karena emang alur kegiatan jaman SMA cenderung lebih seragam dan terstandarisasi dari pihak sekolah. Nah, masalahnya lo ga bisa pakai mindset itu waktu kuliah. Kalo lo 'ngikut arus' aja (baca: nerima setiap tawaran kepanitiaan acara) bisa-bisa tanpa sadar lo terikat sama tanggung jawab dan kesibukan di luar batas kemampuan dan nguras waktu lo habis-habisan. Jadi sekali lagi, lebih penting yang mana itu justru harus lo sendiri yang putuskan. Lo mau punya prestasi akademis yang bagus dengan pengalaman organisasi yang cukup, atau lo mau punya pengalaman organisasi segudang dengan nilai akademis yang standard? Ga ada yang lebih jelek/bagus karena semua itu tergantung tujuan hidup lo ke depannya mau kemana.

Sekadar bocoran, kalau lo emang mau fokus dalemin bidang disiplin ilmu lo, terus lo mau ngelanjutin S2 di luar negeri dan berharap untuk dapetin beasiswa. Lo harus hati-hati sama nilai akademis karena seleksi dalam bidang akademis cukup ketat. Rata-rata mereka (kampus luar negeri) pasang standar minimal lo punya IPK 3.00, bahkan, beberapa universitas besar dan ternama pasang standar IPK minimal 3.7 supaya lo bisa dapet beasiswa full di luar negeri. Tapi selain itu, ada beberapa tes juga yang harus lo lalui mencapai standar angka tertentu. Tes-tes itu misalnya TOEFL/IELTS, GRE, GMAT, dll. Jadi, kalau misalnya IPK lo gak gede-gede amat, jangan berputus asa dan patah harapan. Selama lo bisa kompensasi itu dengan skor-skor tes lo yang lain, trus lo punya surat rekomendasi dan surat motivasi yang meyakinkan, lo masih punya kemungkinan untuk keterima di universitas yang ternama.

Di sisi lain, ikut kepanitiaan dan organisasi bisa nambah pengalaman elo, baik dalam segi komunikasi, terutama juga untuk nambah networking. Dari aktif di organisasi, kepanitiaan, dan UKM... lo bisa mencerminkan sisi kualitas lain seperti integritas, kedisiplinan, kerja keras, dan tanggung jawab... yang bisa jadi bikin lo dapet banyak kesempatan ke depannya. Gak jarang juga lho, mahasiswa yang aktif di organisasi, kepanitiaan, & UKM bakal dapat kesempatan lebih awal, seperti pertukaran pelajar ke luar negeri, lomba paduan suara sampai ke Eropa, didanai kampus untuk naik gunung Everest bersama tim pecinta alam, sampai tawaran posisi tertentu dalam organisasi politik.

Jadi, lo mau kehidupan kuliah yang seperti apa? Terserah lo tapi yang pasti jadikan tujuan lo itu sebagai patokan untuk menentukan prioritas lo. Pastiin lo nentuin rencana lo habis lulus mau ngapain. Menurut gue, sah-sah aja kalau lo mau fokus ke akademis doang, dan sah-sah aja kalau lo mau fokus ke organisasi dan kepanitiaan. Selama lo bisa mempertanggungjawabkan apa yang lo lakuin, kenapa enggak?

Kesalahan Umum Bagi Mahasiswa yang aktif di Organisasi, Kepanitiaan, dan UKM.

Mungkin beberapa di antara lo ada yang mulai mikir dan berkontemplasi, kira-kira kehidupan kuliah lo mau diarahkan kemana. Nah, khusus buat lo yang emang berminat aktif dalam kegiatan non-akademis, gua mau ceritain sedikit beberapa kesalahan umum yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa.

Oke, sebelum gua masuk ke kesalahan umum mahasiswa, gua mau ceritain dikit tentang dunia organisasi di kampus gue (Universitas Indonesia) sebagai refleksi atau gambaran buat lo. Kalau lo baca artikel gue tentang seluk-beluk kuliah di UI, gue sempet nyinggung tentang skor kegiatan UI yang belakangan ini lagi anjlok menurut Kemenristekdikti. Wah kenapa bisa gitu ya? Singkatnya sih, berdasarkan UURI Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, merupakan kewajiban Perguruan Tinggi untuk mengadakan kegiatan yang berkaitan sama pendidikan, penelitian, dan pengabdian ke masyarakat atau biasa disebut dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal inilah yang harusnya dijadiin “landasan utama” mahasiswa untuk ngadain kegiatan atau aksi-aksi di kampus.

Nah, dari prediksi gua sih... salah satu hal yang membuat peringkat UI menurun itu karena acara di kampus UI tuh terlalu banyak, dan (sayangnya) secara umum, gue ngeliat banyak acara-acara di UI yang gak ada urgensinya sama Tridharma Perguruan Tinggi dan gak well-executed. Padahal, panitia-panitianya udah capek mempersiapkan acaranya sampai harus ngorbanin waktu buat nugas dan kelas. Tapi ga jarang kalo dipikir-pikir lagi, tujuan acaranya itu sebetulnya ga penting-penting amat bagi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Gak jarang juga, acara-acara di kampus kebanyakan masih pakai pola pikir :

“Oke, kita udah bikin acara ini nih, seru juga ternyata. berikutnya kita bikin acara apa lagi ya?“

Jadinya bikin acara kampus cuma jadi ajang seru-seruan doang, tujuannya dibikin-bikin aja supaya dana dari rektorat turun. Padahal menurut gua sih, seharusnya sebelum bikin acara, jauh lebih tepat kalo dimulai dengan pertanyaan: "Sejauh mana acara kita nanti akan bermanfaat? Bakal guna gak sih? Efek positif bagi yang dateng ke acara kita apa? dll” Nah, jangan sampai acara kampus itu terus dilaksanakan tanpa adanya refleksi dan evaluasi hanya karena “tradisi”.

Nah, dari cerita singkat gua di atas, gua harap bisa jadi acuan buat lo yang mau ikutan acara kepanitiaan di kampus. Intinya sih, kalaupun lo memutuskan untuk ikut organisasi/kepanitiaan, pastikan bahwa hal tersebut bisa bermanfaat bagi elo, bisa ngembangin skill yang lo punya, bisa mengasah kemampuan leadership lo, atau minimal sekadar bisa menambah pengetahuan lo tentang bidang tertentu lo. Intinya sih jangan sampai lo sibuk dengan berbagai acara yang ga ada manfaatnya, & tanpa sadar cuma buang-buang waktu lo doang.

"Wah, kalau gitu sia-sia dong organisasi dan kepanitiaan yang ada di kampus? Mendingan gak usah diadain aja apa ya?"

Jangan dipukul rata semua gitu sih. Menurut gue, adanya organisasi dan kepanitiaan di kampus tuh penting banget sebagai wadah bagi mahasiswa untuk nyalurin minat dan bakat mereka. Cuma ya kalau kegiatannya gak ada esensinya sama sekali, mahasiswa gak akan dapat apa-apaan selain dapetin rasa capek dan omelan dari kepala bidang/divisi mereka. Nah, berikut di bawah ini adalah beberapa ciri organisasi dan kepanitiaan akan menurut gua bermanfaat bagi mahasiswa:

  1. Tujuannya jelas, latar belakang diadakannya organisasi/kepanitiaan tersebut berlandaskan kebutuhan dunia riset, atau bermanfaat bagi mahasiswa/masyarakat.
  2. Manajemen sumber dayanya jelas. Siapa yang mendukung adanya acara tersebut, dananya turun dari mana, siapa aja yang aktif dalam kegiatannya. Gimana sejarah latar belakang aktivitasnya. Semuanya menurut gua harus lo telusuri dulu.
  3. Penempatan anggota sesuai dengan minat dan bakat. Gue sering banget ngedenger temen-temen gue yang narikin anak-anak (terutama mahasiswa baru) untuk masuk ke kepanitiaan/organisasi mereka karena mereka kekurangan sumber daya manusia. Mereka yang ga tau apa-apa, disuruh pegang seksi keselamatan & rescue, atau mereka yang ga biasa pegang kamera, disuruh jadi seksi dokumentasi. Intinya sih, sebelum lo memutuskan untuk gabung ke kepanitiaan atau jadi pengurus organisasi, pastikan dulu lo tau lo bakal ngapai-ngapain aja dan pastikan bahwa lo siap untuk nanggung konsekuensi yang akan lo terima kalau gabung.

Kesimpulan

Kalo kita balik ke pertanyaan awal:

"Lebih baik ngejar IPK tinggi atau Aktif Organisasi / Kepanitiaan?"

Jawaban gue: suka-suka lo. Tergantung sama prioritas lo. Banyak-banyak aja ngobrol sama senior, atau konsultasi ke dosen pembimbing ketika lo bingung. Dan yang paling penting, pastikan lo tau betul kenapa lo ikut organisasi atau kepanitaan tersebut. Jangan sampai lo terpaksa ikut cuma karena sekadar ikut-ikutan temen doang. Mungkin waktu SMA, setiap kegiatan sekolah dilakukan barengan, tapi dunia kuliah tuh beda, lo ga harus ikut2an temen2 lo lagi ngelakuin apa. Lo bebas menentukan kegiatan lo sendiri. Lo betul2 punya kebebasan fokus untuk belajar ngejar prestasi akademis atau ikut kegiatan2 tertentu.

Jadi prinsipnya: tentukan prioritas lo sendiri! Kalau lo ikut kepanitaan, pastikan tujuannya emang bermanfaat buat lo, entah itu koneksi, entah itu pengalaman kerja, dll. Kalo lo mau fokus akademis, boleh juga. Pastikan lo mau fokus ngejar nilai akademis karena emang lo mau ngejar ilmunya, karena lo mau berkarya di bidang disiplin ilmu lu. Karena target lu nanti jadi ahli / pakar yang handal, atau senggaknya lo mau kerja di tempat yang membutuhkan pemahaman yg mendalam terhadap ilmu lo. Mantepin bener-bener pilihan elo. And good luck for that!

Sumber : https://www.zenius.net/blog/12371/kuliah-ipk-organisasi-panitia-mahasiswa